Analisis Keterpaduan Pasar Vertikal

43 Berdasarkan tabel diatas, hasil uji kointegrasi ditemukan bahwa terdapat satu persamaan yang terkointegrasi pada taraf signifikan 5. Hal ini berarti hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak ada kointegrasi ditolak. Hal ini menyatakan bahwa maksimal ada satu kointegrasi diterima. Uji kointegrasi menunjukkan bahwa diantara variabel yang ada di penelitian ini memiliki hubungan kombinasi linear yang bersifat stasioner kointegrasi. Adanya kointegrasi di dalam persamaan menunjukkan bahwa terdapat hubungan jangka panjang diantara variabel-variabel tersebut.

6.2.5 Uji kausalitas Granger

Uji kausalitas granger digunakan untuk membuktikan apakah suatu variabel memmpunyai hubungan dua arah atau hanya satu arah saja. Uji kausalitas granger melihat apakah adakah pengaruh masa lalu terhadap kondisi saat ini. uji kausalitas granger melihat adakah hubungan kausal sebab akibat antara pasar pasar yang menjadi sample dalam penelitian ini. Dari hasil pengujian kausalitas granger terlihat bahwa bahwa harga ayam broiler di pasar Jasinga dan pasar Citeureup terjadi hubungan kausalitas dua arah atau hubungan sebab akibat. Hal ini dapat diartikan apabila terjadi perubahan harga ayam broiler pada pasar Jasinga maka akan mempengaruhi pada perubahan harga ayam broiler di pasar Citeureup. Demikian pula sebaliknya, apabila terjadi perubahan harga ayam broiler di pasar Citeureup maka akan memperngaruhi harga ayam broiler di pasar Jasinga. Hubungan kausalitas dua arah yang signifikan juga terjadi antara harga ayam broiler di pasar Cibinong dan pasar Citeureup. Hal ini berarti apabila terjadi perubahan harga ayam broiler pada pasar Cibinong maka akan mempengaruhi pada perubahan harga ayam broiler di pasar Citeureup. Demikian pula sebaliknya, apabila tejadi perubahan harga ayam broiler di pasar Citeureup maka akan mempengaruhi harga ayam broiler di pasar Cibinong.Uji kausalitas granger antara harga ayam broiler di pasar Cibinong dengan harga di pasar Jasinga menunjukkan hubungan kausalitas satu arah 44 Demikian pula sebaliknya, apabila tejadi perubahan harga ayam broiler di pasar Citeureup maka akan mempengaruhi harga ayam broiler di pasar Cibinong. Uji kausalitas granger antara harga ayam broiler di pasar Cibinong dengan harga di pasar Jasinga menunjukkan hubungan kausalitas satu arah. Artinya, perubahan harga pada pasar Cibinong dapat mempengaruhi harga pada pasar Jasinga, namun perubahan harga pada pasar Jasinga tidak dapat mempengaruhi harga ayam broiler pada pasar Cibinong. Tabel 7. Hasil Uji Kausalitas Granger Null hypotesis Obs F-statistic prob JASINGA does not Granger Cause LEUWILIANG 34 0.62721 0.5412 LEUWILIANG does not Granger Cause JASINGA 34 2.67942 0.0855 CIBINONG does not Granger Cause LEUWILIANG 34 2.32284 0.1160 LEUWILIANG does not Granger Cause CIBINONG 34 0.41071 0.6670 CIEUTEREUP does not Granger Cause LEUWILIANG 34 0.18062 0.8357 LEUWILIANG does not Granger Cause CIEUTEREUP 34 3.10481 0.0600 CIBINONG does not Granger Cause JASINGA 34 10.4247 0.0004 JASINGA does not Granger Cause CIBINONG 34 2.21788 0.1270 CIEUTEREUP does not Granger Cause JASINGA 34 3.91491 0.0313 JASINGA does not Granger Cause CIEUTEREUP 34` 6.85093 0.0037 CIEUTEREUP does not Granger Cause CIBINONG 34 5.33770 0.0106 CIBINONG does not Granger Cause CIEUTEREUP 34 18.6876 6.E-06 Keterangan : signifikan pada α= 5 45

6.2.6 Estimasi Model VAR Model VAR yang digunakan dalam penelitian ini adalah VARD

VAR in difference model VARD digunakan karena data yang ada stasioner pada tingkat first difference serta model VARD sesuai dengan subtansi penelitian ini yaitub untuk melihat transmisi harga serta hubungan keterpaduan antara pasar. Hasil estimasi model VAR dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Estimasi Model VAR Variabel DlogLeuwilia ng DlogJasinga Dlogibinong DlogCiteureu p DlogLeuwiliang-1 [ 0.85947] [0.90501] [ 0.52782] [ 0.42387] DlogLeuwiliang-2 [ 0.61432] [ 0.07755] [ 0.68142] [ 1.60890] DlogLeuwiliang-3 [-0.87848] [-0.87261] [ 0.58188] [ 0.02709] DlogJasinga-1 [-0.63237] [ 0.16481] [-1.21740] [ 2.14321] DlogJasinga-2 [-1.38165] [-3.18748] [-1.48683] [-2.12103] DlogJasinga-3 [-0.16527] [ 1.48431] [-0.21561] [-0.04119] Dlogibinong-1 [ 1.05227] [ 3.81941] [ 0.26221] [ 2.12925] Dlogibinong-2 [-1.17037] [-5.40300] [-0.29659] [-1.02110] Dlogibinong-3 [ 2.69453] [ 5.15646] [ 0.64346] [ 1.67790] DlogCiteureup-1 [ 0.28789] [ 1.07716] [ 1.44783] [-2.30941] DlogCiteureup-2 [ 0.24903] [ 1.53358] [ 0.43105] [-0.68849] DlogCiteureup-3 [-0.36242] [ 2.37680] [ 0.01703] [ 0.05528] C [ 0.09615] [-0.35138] [ 0.86483] [ 0.04647] R-squared 0.504455 0.885434 0.424628 0.801415 Keterangan : Angka dalam [ ] adalah nilai statistik, nyata pada taraf 5 Hasil dari model VARD yang ada pada tabel menunjukkan bahwa harga ayam broiler di pasar Leuwiliang dipengaruhi secara nyata pada taraf nyata 5 oleh variabel harga di pasar Cibinong pada 3 periode sebelum nya. Selain itu, berdasarkan hasil yang diperoleh dapat menjelasakan pendugaan harga yang akan datang melalui variabel-variabel yang digunakan pada model sebesar 50,44 persen dan sisanya sebesar 49,56 dijelaskan oleh komponen lain diluar model error. Harga ayam broiler di pasar Jasinga dipengaruhi oleh variabel harga sebelumnya di pasar cibinong hingga tiga periode sebelumnya dan harga di pasar Citeureup pada tiga periode sebelumnya. Sedangkan hasil pada pasar cibinong menunjukkan bahwa tidak ada pasar yang berpengaruh secara signifikan pada taraf nyata lima persen. 46 Harga ayam broiler di pasar Citeureupdipengaruhi oleh harga sebelumnya di pasar citeureup sendiri dan harga di pasar jasinga pada periode sebelumnya serta dua periode sebelum nya. Serta harga di pasar Cibinong pada periode sebelumnya. Sedangkan untuk pendugaan harga di masa datang sebesar 80,1 dapat dijelaskan melalui variabel-variabel yang digunakan dalam model sedangkan 19,9 yang dijelaskan oleh komponen error. Menurut Widarjono 2010 menyatakan bahwa untuk menginterpretasi koefisien model VAR Vector autoregression secara individual merupakan hal yang sulit karena VAR adalah pemodelan simultan yang berbentuk reduced from matrix yang bertujuan untuk menangkap dinamika data time series,oleh karena itu untuk menggambarkan bagaimana hubungan dinamis antar data digunakan fungsi respon impuls dan dekomposisi ragam.

6.2.7 Analisis Fungsi Respons Impuls

Analisis fungsi respons impuls digunakan untuk mengetahui dampak yang terjadi jika salah satu variabel endogen terjadi shock terhadap variabel endogen yang lain. Analisis ini mengukur respon perubahan masing masing variabel terhadap shock yang terjadi pada salah satu variabel. Oleh karena itu pada analisis fungsi respons impuls dapat diketahui respon yang terjadi dari suatu variabel terhadap variabel lainnya baik itu respon nya negatif maupun positif. Sumbu horizontal menggambarkan periode ke depan setelah terjadinya shock, sedangkan sumbu vertikal menggambarkan nilai respon dari shock. Pada penelitian ini mengambil respon impuls hingga 20 periode mendatang. Data yang disajikan dalam bentuk tabel dapat dilihat pada lampiran. Dari hasil respons impuls dapat terlihat bahwa apabila harga ayam broiler di pasar Citeureup terjadi shock atau guncangan sebesar satu standar deviasi maka respons akan yang dialami oleh pasar lainnya, pada periode pertama respon yang dialami ketiga pasar lainnya adalah positif,pada periode pertama, ketiga pasar belum menunjukkan respon terhadap guncangan, akan terjadi respon positif pada ketiga pasar dimulai dari 47 periode kedua, pasar cibinong sebesar 0.009109, pasar Jasinga sebesar 0.005465 dan respons terendah dialami oleh pasar Leuwiliang yaitu sebesar 0.002653. Respons tersebut terus berfluktuasi di setiap pasar. Penurun tertinggi terjadi pada periode ke empat yaitu pasar Cibinong sebesar - 0,002518, pasar Jasinga sebesar -0,012958 dan pasar Leuwiliang sebesar - 0,014772. Respon ketiga pasar terhadap guncangan yang terjadi pada pasar Citeureup akan terus berfluktuasi pada ketiga pasar lainnya hingga akhir periode. Pasar Leuwiliang terjadi shock atau guncangan sebesar satu standar deviasi maka respons yang dialami oleh pasar lainnya, pada periode pertama, pasar Citeureup dan Jasinga akan merespon positif, masing-masing sebesar 0,008509 dan 0.009703 dan pasar cibinong merespon negatif sebesar -0,00977. Pada periode ke empat dapat terlihat bahwa fenomena ini terjadi kembali, yaitu pada Pasar Citeureup merespon guncangan dengan nilai yang negatif yaitu sebesar -0,010408 dan Jasinga sebesar -0,002646, sedangkan pasar Cibinong merespon positif dengan nilai sebesar 0,006158. Hingga akhir periode respon ketiga pasar terus berfluktuatif hal ini dapat dilihat dari nilai yang berbeda di setiap periode nya lampiran Pasar Jasinga terjadi shock atau guncangan sebesar satu standar deviasi maka respon yang dialami oleh ketiga pasar lainnya adalah ; pasar Cibinong dan Citeureup merespon positif dengan nilai masing-masing sebesar 0,002215 dan 0,014135 sedangkan pasar Leuwiliang pada periode pertama tidak merespon adanya guncangan tersebut, respon di pasar leuwiliang dimulai pada periode kedua sebesar 0,00125. Pada periode ke empat, respon yang dialami ketiga pasar adalah negatif dengan pasar Cibinong sebesar -0,00809,