13 model linear sehingga model VAR mudah diestimasi dengan menggunakan
metode OLS. VAR dibagi menjadi tiga jenis, 1 VAR in level, jika data yang
digunakan sudah stasioner, 2 VAR in difference, jika data yang digunakan belum stasioner dan tidak ada kointegrasi antara variabel-variabel yang
digunakan dalam model, dan 3 VECM Vector Eror Correction Model, jika data yang digunakan belum stasioner dan ada kointegrasi antara
variabel yang digunakan dalam model Widarjono 2010.
2.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu mengenai ayam broiler yang terkait dengan penelitian dilakukan oleh Asmarantaka 1994 mengkaji efisiensi tataniaga
ayam potong RAS di wilayah Jabodetabek. Tujuan dari penelitian tersebut adalah mengkaji sistem tataniaga ayam ras pedaging khususnya yang
berkaitan dengan saluran tataniaga, struktur pasar serta sistem informasi pasar yang keseluruhannya akan menentukan efisinsi tataniaga dan
mempelajari penyebab inefisiensi. Analisis data menggunakan tabulasi, regresi sederhana dan autoregressive distributed lag Ravallion dan heytens,
1986. Hasil analisis hubungan antara harga di tingkat peternak dan harga di tingkat pengecer menunjukkan bahwa perubahan harga di tingkat pengecer
tidak dinikmati oleh peternak. Mekanisme harga yang terjadi bukan mekanisme pasar bekerjanya supply dan demand, tetapi lebih ditentukan
berdasarkan musyawarah diantara pemimpin pasar perusahaan yang menguasai pangsa pasar terbesar. Informasi yang diberikan kepada peternak
transparan tetapi data yang diberikan tidak valid, kondisi ini menyebabkan peternak berada dalam posisi yang sulit terutama dalam penentuan harga
produk.
Penelitian terdahulu mengenai keterpaduan pasar dilakukan oleh Arifianto 2007, Arifianto 2007 melakukan analisis marjin pemasaran
dan keterpaduan pasar daging domba di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Analisis indeks keterpaduan pasar antara harga di pasar lokal dan harga di
pasar acuan rujukan dapat diukur dengan menggunakan IMC. Metode
14 yang digunakan oleh keduanya yaitu autoregresive distributed lag.
Arifianto 2007 memperoleh hasil analisis keterpaduan pasar yang menunjukkan terjadinya keterpaduan pasar anatara pedagang pemasok di
PTR dengan pedagang pengecer di pasar Kadipaten dalam jangka panjang. Hal ini ditunjukkan dengan nilai b
2
= 1,10 dapat diterima secara statistik dari hasil uji hipotesis t hitung dengan hipotesis nol Ho b
2
= 1 pada taraf nyata 0,05. Sedangkan antara pedagang pemasok dengan pengecer di pasar
Cigasong diperoleh hasil b
2
= 0,444 dan ditolak secara statistik sehingga tidak terjadi keterpaduan pasar dalam jangka panjang. Sedangkan
keterpaduan pasar dalam jangka pendek antara pasar pemasok PTR dengan kedua pasar pengecer tidak ada yang terpadu dalam jangka pendek.
Akan tetapi pasar Kadipaten cenderung lebih mendekati terpadu dalam jangka pendek dibanding pasar Cigasong. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
IMC pasar Kadipaten yang lebih mendekati nol, yaitu sebesar 0,869 dibanding pasar Cigasong dengan nilai IMC sebesar 2,378. Sehingga dapat
disimpulkan informasi perubahan harga daging domba di tingkat pedagang
pemasok tidak didistribusikan secara cepat dan tepat kepada pasar pengecer.
Penelitian mengenai Transmisi harga dilakukan oleh Adinugroho 2011 dengan menggunakan pendekatan metode VAR didalam
penelitiannya untuk menganalisis transmisi harga teh hitam grade dust di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapatnya
hubungan timbal balik antara harga teh di auction Jakarta, Colombo dan Guwahati sehingga perubahan harga yang terjadi di kedua auction luar
tersebut tidak tertransmisikan terhadap harga yang terjadi.