iya memang realitanya begitu. itu mudah dimengerti dan ada buktinya…itu yang utama. Sehingga kalau cuma berkreasi dalam kalimat,
masyarakat masih punya tanda tanya.” Selain itu ada pula copy writing dengan kalimat: “Mohon doa restu untuk
melanjutkan pengabdian”. Dia menjelaskan kalau kalimat tersebut merupakan wujud seorang incumbent mengajak masyarakat kembali memilihnya.
5. Penempatan Iklan
Informan Penelitian 1 Caleg yang masih berstatus sebagai dosen ini menuturkan, awal mulanya
dia menempatkan alat peraga kampanyenya di media luar ruang pada tempat- tempat yang selama ini dinilai strategis. Strategis disini berarti banyak dilalui oleh
orang dan kendaraan. Dia memasang media kampanyenya di pinggir-pinggir jalan besar, namun bukan di jalan protokol. Bahkan dia menarik semua alat peraga
kampanyenya yang berada di jalan Ir. Sutami. Menurutnya, jalan besar itu kedepannya akan menjadi jalan protokol. “Meskipun misalnya tau aturannya
dipasang disitu boleh, karena itu bukan jalan protokol…tetapi kedepan kalau dengan SK Walikota akan jadi jalan protokol.”
Gambar 2.1
Pada awal Desember 2008, mantan Rektor III Univet Sukoharjo ini mengalihkan pemasangan alat peraga kampanyenya dari jalan-jalan besar ke
jalan-jalan kampung. Menurutnya langkah itu lebih strategis karena konstituen langsung mengetahui di daerah sekitar rumahnya. Namun dia memprioritaskan
pemasangan alat peraga kampanyenya di daerah-daerah yang selama ini perolehan suara Partai Golkar cukup signifikan.
“Tapi perlu diketahui bahwa baliho dan banner saya masuknya yang paling banyak di kelurahan Jebres, kemudian di Mojosongo di mana basis
massa Golkar yang paling banyak… diwilayah-wilayah sempit kan gak mungkin saya pasang besar-besar, tapi ada… taruhlah Kepatihan Kulon,
Kepatihan Wetan, ada saya…tetapi disitu suara Golkar ndak sampai 100 orang saat itu, gitu lo…sementara di Jebres sini aja Golkar hampir 2000.
Mojosongo hampir dua setengah…saya harus memperhatikan konstituen saya disitu.”
Gambar 2.2 Informan Penelitian 2
Caleg PAN ini menempatkan alat peraga kampanyenya di beberapa tempat strategis seperti yang dilakukan caleg lain, yaitu di perempatan jalan dan di
pinggir jalan-jalan besar. Menurutnya, perempatan adalah tempat orang biasa
berhenti, jadi alat peraga kampanyenya bisa mudah dilihat orang. Namun caleg ini sadar kalau letak penempatan yang sama seperti caleg lain harus diimbangi
dengan strategi penempatan khusus. Karena itu, dia meletakkan kebanyakan alat peraga kampanyenya di sekitar masjid. Pasalanya, sebagai seorang pendakwah
caleg ini banyak dikenal orang di daerah sekitar masjid. “Supaya orang-orang yang aktif atau jamaah masjid itu kalau keluar
masuk masjid itu kan melihat gambar saya…ooo..ternyata pak Hami nyalon.. karena di Solo ini masjid itu ada sekitar 500-an. Tapi yang di
Dapil saya, Pasar Kliwon, Serengan itu ada sekitar 150 masjid. Nah itu hampir semua masjid, di depan sekitar masjid itu ada gambar saya.”
Selain itu caleg ini juga menempatkan alat peraga kampanyenya di
lingkungan kampung tempat tinggalnya sendiri. Menurutnya orang sekampungnya harus tahu kalau dia mencalonkan diri lagi sebagai caleg. “Sehingga njenengan
kalau kesana ada gambar saya, ke selatan juga ada gambar saya. Minimal orang kampung kan tau. Jangan sampai orang kampung gak tau kalau saya nyalon.”
Informan Penelitian 3 Agar mudah dilihat oleh masyarakat, caleg ini menempatkan alat peraga
kampanyenya di pinggir-pinggir jalan, di setiap kampung dan kelurahan, di perempatan atau pertigaan dan ditempat-tempat yang dianggap strategis.
Informan Penelitian 4 Informan 4 ini meletakkan media kampanye luar ruangnya di berbagai
tempat yang dianggap strategis. Adapun pengertian strategis, menurut pria ini adalah suatu tempat yang mudah dilihat orang. Dia meletakkan spanduknya di
jalan-jalan masuk kampung. Sementara baliho dia pasang di jalan-jalan besar. Untuk baliho kecil atau banner, dia memasangnya di jalan-jalan kampung. Pria ini
juga mengungkapkan kalau dia hanya memasang atribut kampanyenya di free area, sehingga dia tidak perlu membayar pajak reklame.
Gambar 2.3
C. Faktor Kondisional Pada Pemilih Pemula a.
Latar Belakang Agama dan Suku
Informan Penelitian 5 Cowok bertubuh tinggi ini beragama Islam dan berasal dari suku Jawa.
Namun dia lahir di kabupaten Wonogiri 17 tahun yang lalu. Informan Penelitian 6
Cowok kelahiran kota Solo 17 tahun yang lalu ini beragama Islam dan berasal dari suku Jawa.