Kostum caleg Profil caleg dalam iklan

Gambar 1.4

b. Kostum caleg

Informan Penelitian 1 Pada foto dirinya di Media luar ruang, caleg ini menampilkan beberapa macam jenis desain dengan foto yang berbeda-beda untuk setiap desainnya. Dia memiliki 5 konsep desain dengan kostum yang berbeda-beda, yaitu 2 desain dengan foto memakai pakaian adat Jawa, 2 desain dengan foto memakai jaket kulit hitam dan 1 desain dengan foto memakai jas Partai Golkar berwarna kuning. Alasan bapak ini menggunakan beberapa konsep kostum dalam fotonya di media luar ruang, karena ada sebagian orang yang hanya dapat mengenali dirinya ketika dia memakai salah satu dari busana yang dia pampang di media luar ruang. Pada foto dengan busana adat Jawa, berupa beskap lengkap beserta keris di pinggang, dia mengaku ingin mencitrakan dirinya sebagai orang berpendidikan yang peduli dengan adat budaya Jawa. Dengan begitu pencitraan tersebut selaras dengan dengan brand Solo sebagai kota budaya. “Sehingga ketika saya menggunakan pakaian adat Jawa, mencirikan kalau saya ingin memajukan Solo sebagai kota budaya…itu barangkali yang lebih utama itu”. Bahkan menurutnya, foto dengan pakaian adat Jawa tersebut cukup membangun image-nya dengan baik dan banyak disukai masyarakat karena terkesan berwibawa. Target dari pemakaian kostum adat Jawa ini adalah untuk menarik para orang tua yang masih kental budaya Jawa-nya dan juga menarik para pemerhati budaya di kota Solo agar memilihnya. Kemudian, Pemakaian kostum jaket kulit hitam menurutnya bertujuan untuk merepresentasikan suatu makna bahwa tidak selamanya kesan informal merupakan wujud dari kekurangterpelajaran seseorang. Pada desain dengan foto kostum jaket kulit hitam ini dia menyertakan tulisan beberapa kesibukannya selama ini, mulai dari dosen sampai Ketua AMPG Solo. Dia berdalih pencantuman pengalaman kerjanya itu sudah membuktikan bahwa dia orang yang kompeten. Sehingga, kesan informal yang dibangun pada foto dengan kostum jaket kulit hitam menunjukkan kapabilitasnya sebagai orang terpelajar. “Justru ketika saya memakai jaket mesti saya tulis saya dosen mana-dosen mana gitu. kenapa itu perlu saya tulis, ini bukan sesuatu yang ego tidak…tapi masyarakat kan tahu…gelar itu carinya kan gampang…orang gelarnya Drs, M.Pd, M.Sc, Ir, M.B.A dan lain-lain…itu kan belum tentu orang itu dosen…yang kedua kan gini to…tidak semua orang yang bergelar, itu kompeten….nah kalau saya tulis saya mantan PR 1, saya mantan ketua Muskel, Muscam, macem-macem itu sampai pada tataran saya dosen S2…itu jadi tidak pakai gelar pun, ini orang kompeten.” Selain itu, menurutnya kostum jaket kulit hitam itu dapat menarik para pemilih pemula untuk lebih mengenalnya dan kemudian memilihnya. “Generasi muda senang…wah ini penampilannya santai gitu kan….ini saya menjaring konstituen yang muda-muda”. Sementara pada foto dengan kostum jas kuning Partai Golkar, menurut Wakil Sekretaris DPC Partai Golkar Kota Surakarta ini bertujuan untuk menujukkan bahwa dia kader partai dan konstituen Partai Golkar cepat mengenali dirinya. “ketika saya pakai ini jas kuning Golkar, minimal konstituen Golkar tahu… o…saya orang Golkar, padahal sepintas kan ndak tau pakai jaketnya, padahal jaketnya udah saya tonjolkan ada golkarnya”. Pada waktu menjelang gelaran kampanye berakhir, caleg Partai Golkar ini juga memiliki rencana untuk menambah satu jenis lagi desain media luar ruang yang ingin dia keluarkan. Dia telah mengkonsep akan memakai jas formal hitam. “Di terakhir ini saya akan masang gambar saya pakai jas hitam….sebagai ucapan terima kasih pada masyarakat Solo untuk nyukseskan pemilu secara baik, kemudian saya akan menambahkan dengan event-event yang saya lakukan selama kegiatana kampanye kemarin… nanti pencitraannya disitu….banyak event yang saya buat disitu ada foto saya, dan itu untuk masyarakat umum” Menurut caleg Partai Golkar ini pada masa akhir kampanye ada sekitar 15 pemilih yang belum menentukan pilihannya atau massa mengambang. Konsep iklan di media luar ruang terkahir yang dibuat itu bertujuan untuk mendapatkan simpati massa mengambang tersebut. Informan Penelitian 2 Caleg ini melengkapi foto dirinya dengan kostum jas berwarna biru dan memakai kopyah atau peci. Dia menjelaskan kalau perpaduan kopyah dan jas melambangkan nilai religius dan semangat nosinalisme. Peci melambangkan kereligiusitasan sementara jas melambangkan nasionalisme. “Kalau Islam banget itu kan baju koko, kopyah...jenggoten gitu atau mungkin juga yang nasionalis banget itu hanya jas aja gitu”. Pemilihan warna jas dengan warna biru melambangkan warna background partai caleg, yaitu PAN. Sementara pemilihan jenis kopyah atau peci hitam dengan ada pernak-pernik garis kuning bertujuan untuk memperindah tampilan. Sang informan menjelaskan kalau dia hanya memakai kopyah hitam polos, maka akan terkesan monoton. “Kesannya kurang hidup, ya datar, monoton dan umum. Kalau itu kan bisa menjadi sesuatu yang khas”. Namun, pada media spanduk yang dikeluarkan caleg ini saat perayaan hari raya kurban, dia memakai foto diri dengan kostum baju koko putih. Gambar 1.5 Informan Penelitian 3 Caleg wanita ini dalam foto iklannya di media luar ruang memakai pakaian batik dibalut dengan jas Partai Hanura dengan kerudung di kepala. Menurutnya pemakaian baju batik itu karena dia memang suka dengan batik dan batik merupakan ciri khas kota Solo. Selain itu dengan memakai batik dia merasa ikut melestarikan budaya. Sementara jilbab yang dipakainya untuk mengesankan dirinya adalah muslimah. Selain itu, pemakaian jilbab tersebut dilatarbelakangi oleh ibadah haji yang telah dia tunaikan. Dengan begitu dia berharap dapat membangun kesan baik dibenak masyarakat yang akan memilihnya. “Jadi kesan saya ini biar saya tunjukkan ke masayarakat…bahwa wajah saya dengan saya berbusana muslim…tentunya sekarang kan masyarakat menunggu dan mencari seorang pemimpin yang bener-bener dan tentunya punya moral yang baik, akhlak yang baik, budi pekerti yang baik, kan begitu…jadi saat inilah yang ditunggu masyarakat”. Informan Penelitian 4 Pada desain iklan di media luar ruang, caleg ini memakai baju putih lengan panjang dibalut dengan jas hitam tanpa dasi. Menurutnya dengan kostum tersebut dia ingin memberi kesan formal tapi sedikit santai agar tidak menciptakan jarak terlalu jauh dengan masyarakat. “Sehingga posisinya tidak begitu jauh mengambil jarak dengan konstituen, itu juga dipandang performa itu bisa meyakinkan. Kalau kebebasen performa juga menjadi penilaian orang yang melihat. Tetapi bila terlalu formil itu juga kurang rileks dimata masyarakat”.

c. Pencantuman gelar