negeri dan rakyat tanpa memfokuskan pada satu isu tertentu. Pada jargon informan 2 dan informan 3, mereka ingin mencitrakan sebagai caleg yang mampu
menjalankan amanat rakyat atau orang yang dapat dipercaya. Bentuk pesan politik diatas merupakan strategi pesan politik dengan
bentuk image oriented. Menurut Pawito 2009: 244 iklan dengan konsep pesan tersebut lebih mengutamakan penampilan kandidat dengan maksud terutama
untuk menumbuhkan citra
81
. Adapun pemakai jargon dengan pendekatan isu atau program kerja hanya
dilakukan oleh informan 1. Dengan jargon “Menjadikan kota Solo maju dan berbudaya”, caleg ini secara spesifik menunjukkan isu kemajuan lokal dan sikap
berbudaya. Dia ingin menyampaikan programnya untuk tidak hanya memajukan kota Solo dalam segi ekonomi dan pendidikan, namun juga dalam kehidupan
berbudayanya. Pesan politik caleg ini termasuk issue oriented. Pawito menyatakan bahwa iklan dengan konsep issue oriented lebih mengutamakan penyampaian
persoalan-persoalan serta posisi-posisi partai atau kandidat terhadap persoalan- persoalan bersangkutan.
Sebenarnya inti konsep pencitraan adalah memikirkan hal yang remeh atau sepele menjadi hal yang penting
82
. Konsep inilah yang belum disadari oleh para informan diatas. Mereka lebih tertarik dengan membangun penonjolan citra
pribadi atau membuat pesan politik yang terkesan penting dan besar.
5. Penempatan Iklan
81
Op. Cit, Pawito, 2009, hal.244
82
Muktiyo, Widodo, Membangun Usaha dengan Kekuatan Image, Pinus Book Publisher, Yogyakarta: 2006, hal.161
Sebuah iklan di media luar ruang tidak akan mampu mencapai tujuan pembuatannya jika tidak ditempatkan ditempat yang tepat. Maka perlu strategi
penempatan iklan yang baik agar iklan politik caleg di media luar ruang mampu dilihat dan dicerna oleh calon pemilih dengan baik. Strategi penempatan iklan
politik caleg DPRD II Kota Surakarta dapat dilihat pada tabel dibawah.
Tabel 1V.9 Strategi Penempatan Iklan
Informan Jenis Iklan
Letak Penempatan
Informan 1 Baliho
Pinggir jalan raya maupun jalan kampung disetiap kelurahan Jebres, serta di
perempatan atau pertigaan jalan Informan 1
Poster Di tempel di pohon-pohon di pinggir jalan
Informan 1 Spanduk
Diatas jalan-jalan kampung Informan 1
Iklan di angkot Angkot trayek 03 dan 07 yang melewati
dapil Jebres Informan 2
Baliho Pinggir jalan, petigaan maupun perempatan
dan disekitar masjid Informan 2
Banner atau poster
Di pinggir jalan dengan cara ditempel di pohon-pohon
Informan 2 Spanduk Di pasang diatas jalan di kampung-kampung
Informan 3 Baliho
Di pinggir jalan raya dan dipertigaan maupun perempatan jalan dan merata disetiap
kelurahan yang masuk dapil Banjarsari Informan 3
Poster Di pinggir jalan dan ditempel di pohon
Informan 3 Spanduk
Dipasang diatas jalan-jalan Informan 3 Bendera
Di pinggir jalan-jalan raya maupun jalan kampung
Informan 4 Baliho
Di jalan-jalan besar Informan 4
Poster atau banner
Di jalan-jalan kecil atau jalan kampung
Informan 4 Spanduk
Diatas jalan masuk kampung Strategi pemasangan iklan di media luar ruang antara satu caleg dengan
caleg lain relatif sama. Mereka menempatkan iklan pada tempat-tempat yang dianggap strategis, seperti: di pinggir-pinggir jalan besar maupun jalan kampung
dan di perempatan atau pertigaan jalan. Sebagian besar caleg hanya menempatkan baliho di perempatan atau pertigaan jalan. Namun, hanya informan 1 yang juga
menempatkan baliho politiknya di pinggir jalan besar maupun jalan kampung. “Pokoknya ditempat yang strategis, tetapi di akhir-akhir kampanye,
diakhir-akhir menjelang bulan desember itu kami sudah alihkan semua baliho, banner dan lain-lainnya sudah masuk ke pelosok, ke daerah
istilahnya. Jadi sudah masuk ke kampung-kampung.” Selain itu hanya informan 2 yang secara khusus mengaku menempatkan
iklan politiknya di daerah sekitar masjid. Berikut alasan informan ini mengenai strategi penempatan iklannya disekitar rumah ibadah:
“Pertama kebetulan saya itu banyak dikenal masyarakat dilingkungan masjid ya, karena saya kebetulan banyak berdakwah, sehingga pertama-
tama saya pasang itu disekitar-sekitar masjid. Supaya orang-orang yang aktif atau jamaah masjid itu kalau keluar masuk masjid itu kan melihat
gambar saya.” Iklan jenis poster atau banner ditempatkan dipinggir-pinggir jalan. Iklan
jenis itu kebanyakan ditempelkan pada badan-badan pohon. Sementara pada iklan jenis spanduk, para caleg menempatkannya di atas jalan-jalan kampung. Informan
4 secara spesifik menempatkan spanduk politiknya diatas jalan masuk kampung.
Adapun iklan jenis bendera yang hanya dipakai oleh informan 3 ditempatkan dipinggir-pinggir jalan besar maupun jalan kampung.
Penempatan iklan media luar ruang caleg DPRD II Kota Surakarta dilakukan pada tempat-tempat strategis yang dinilai dapat dengan mudah dilihat
oleh para pengguna jalan. Perempatan dan pertigaan jalan adalah tempat favorit bagi para caleg menempatkan baliho politik mereka. Namun, hampir tidak ada
caleg DPRD II Kota Surakarta yang menggunakan tempat iklan resmi yang telah dilelang Dinas Pendapatan Kota Surakarta kepada biro iklan. Tingginya biaya
yang harus dikeluarkan caleg jika memakai tempat baliho resmi menjadi alasan kuat caleg untuk tidak memanfaatkan tempat baliho resmi tersebut.
Para caleg membuat sendiri alat penyangga baliho menggunakan kayu maupun bambu. Sementara poster dan banner banyak yang ditempelkan pada
pohon-pohon di pinggir jalan. Hal ini membuat distribusi iklan politik caleg cukup banyak dan meluas karena tersebar di hampir seluruh sudut-sudut kota.
B. Analisis Persepsi Pemilih Pemula Terhadap Iklan Politik Caleg DPRD II
Surakarta di Media Luar Ruang 1.
Seleksi
Pada proses pengorganisasian informasi sehingga menimbulkan persepsi, seleksi merupakan tahap paling awal. Menurut Alex Sobur seleksi adalah proses
penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya