Kostum caleg pada foto dalam iklan

menurut pendapatnya diarahkan oleh sang fotografer. “Bu mbok senyum, nanti bisa itu, jangan cemberut terus.” Informan Penelitian 15 Gadis yang telah genap berusia 17 tahun ini menyatakan kalau foto diri caleg di media luar ruang sudah tidak asli karena sudah diolah di komputer. Selain itu, informan ini menambahkan jika foto caleg tersebut sudah ditata sedemikian rupa agar menarik. Informan Penelitian 16 Informan ini menyatakan kalau foto diri caleg dalam iklan politik kurang menarik dan terlalu standar. Dia berharap para caleg membuat foto dengan gaya yang aneh agar mampu menarik perhatian.

b. Kostum caleg pada foto dalam iklan

Informan Penelitian 5 Foto seorang caleg dalam iklan di media luar ruang biasanya berupa foto setengah badan. Hal itu membuat caleg juga menampilkan suatu kostum tertentu untuk memperkuat foto diri yang dia tampilkan. Informan ini berpendapat kalau kostum caleg dalam iklan politik di media luar ruang digunakan untuk membangun karakter yang tertentu yang ingin ditonjolkan seorang caleg. “Ya itu kan untuk membangun kesan tertentu mas....pakai peci atau kerudung biar dianggap religius atau agamis....pakai jas biar kelihatan formal dan berwibawa.” Informan Penelitian 6 Pemakaian kostum tertentu oleh caleg pada foto yang dipampang di media luar ruang tersebut juga ditanggapi dingin oleh informan ini. Menurutnya kostum tersebut hanya untuk menarik simpati dan membangun kesan tertentu. “Kalau pakai koko biar kelihatan islami, pakai jas biar kayak ada wibawanya gitu....ya gitu-gitulah.” Informan Penelitian 7 Informan ini menanggapi dingin mengenai kostum yang dipakai oleh caleg pada foto mereka di media luar ruang sebagai sesuatu yang biasa dilakukan. Menurutnya pemakaian kostum tersebut bukanlah hal yang istimewa. Namun dia menyadari kalau mungkin ada pemilih yang memilih berdasarkan kostum yang dipakai oleh caleg. Informan Penelitian 8 Informan ini juga berpendapat skeptis terhadap kostum yang dipakai oleh caleg pada foto diri mereka di media luar ruang. Menurutnya kostum tersebut hanya ingin menunjukkan suatu kesan tertentu yang ingin ditonjolkan caleg. Bahkan informan ini kurang menyukai pemakaian kostum dengan membawa nuansa agama. “Kalau memakai koko istilahnya intimidasi buat agama Islam, o...ini Islam. Biasanya cuma untuk mencari popularitas dari agama Islam.” Informan Penelitian 9 Informan menyatakan kalau kostum caleg merupakan hal yang mendukung pembentukan karakter yang ingin dikesankan oleh caleg pada masyarakat. Menurutnya pemakaian peci atau kerudung guna mengesankan kesan agamis, sementara pemakaian jas biar kelihatan berwibawa. Informan Penelitian 10 Cewek yang hobi jalan-jalan ini menyatakan kalau pemakaian kostum tertentu pada foto caleg dalam iklan merupakan hal yang wajar. Informan ini menjelaskan bahwa jika foto yang dipakai penting, kostum dalam foto tidak akan dibuat asal-asalan. “Pakaian itu juga mencerminkan orangnya juga.” Sementara itu, menurut informan 10 ini pakaian atau kostum yang dipakai oleh caleg merepresentasikan kesan tertentu. Dia mencontohkan kalau caleg memakai batik biar kelihatan berbudaya, jika memakai baju koko, kopyah atau jilbab dapat mencerminkan kalau caleg tersebut agamis, sementara jika caleg memakai kostum jas dapat menimbulkan kesan berwibawa. Informan Penelitian 11 Menurutnya kostum caleg dalam iklan juga berfungsi untuk memperkenalkan diri caleg. Informan ini menjelaskan jika kostum caleg tersebut untuk membangun kesan tertentu di benak pemilih. Dia mencontohkan jika caleg memakai baju koko atau kerudung, berarti si saleg ingin terkesan agamis. Sementara jika sang caleg memakai jas berarti ingin terkesan formal dan berwibawa. Informan Penelitian 12 Cowok berdarah batak ini menyatakan bahwa kostum yang dipakai para caleg dapat menunjukkan suatu kesan kewibawaan. Karena itu, menurut pendapatnya bisa jadi pilihan seseorang jatuh kepada caleg yang mampu mengesankan pribadinya melalui nuansa kewibawaan yang dibangun oleh busana yang dipakai caleg dalam iklan di media luar ruang. Informan Penelitian 13 Menurut informan ini, pemakaian kostum tertentu oleh caleg dalam iklan politik merupakan hal yang bagus. Dia mencontohkan kalau caleg pakai jas menandakan keformalan. Namun dia berpendapat kalau caleg di Solo banyak yang memakai batik. Informan ini menjelaskan bahwa pemakaian batik itu agar terkesan sang caleg mewakili masyarakat Solo. Informan Penelitian 14 Informan ini cenderung kurang begitu suka dengan kostum caleg yang mempresentasikan nilai-nilai religiusitas. “Mungkin yang jilbaban mungkin cuma tampilan luar aja, nggak tau dalemnya gimana.” Sementara untuk caleg yang memakai peci, informan ini meyatakan kalau caleg tersebut ingin dipersepsikan sebagai orang religius pula. Namun informan ini juga ragu apakah caleg tersebut mampu menepati janjinya yang disampaikan saat berkampanye. “Kalau yang pakai kopyah, rasanya gimana…gitu…terlalu anu…nggak enak aja rasanya.” Informan ini menambahkan jika seorang caleg memakai dasi, hal tersebut memberi kesan elegan. Jika sang caleg memakai kostum jas, menurut informan ini memberi kesan gagah. Sementara jika seorang caleg memakai pakaian budaya, menurutnya sang caleg ingin melestarikan budaya. Menurutnya pemakaian kostum tersebut dapat mempengaruhi persepsinya dirinya pada sorang caleg. “Mungkin sedikit mempengaruhi, tapi nanti kalau nanti pas milih, nanti saya milihnya yang biasa aja…nggak neko-neko.” Informan Penelitian 15 Informan 15 ini menyatakan kalau kostum caleg pada iklan mereka di media luar ruang bertujuan untuk menunjukkan karakter seorang caleg. Informan ini menganggap kalau caleg tidak mungkin memakai pakaian asal-asalan dalam foto diri mereka. Menurutnya kostum caleg tersebut terkesan resmi dan rapi, seperti memakai jas maupun kerudung. Informan Penelitian 16 Senada dengan pendapatnya mengenai foto diri caleg, informan ini juga menganggap kostum caleg dalam iklan politik mereka juga standar. Menurutnya kostum yang mereka pakai relatif sama.

c. Pemahaman terhadap karakter pribadi caleg