Kelayakan Finansial Usaha Tani

14 dan Sulawesi Tengah. Disamping itu juga diusahakan jenis kakao mulia oleh perkebunan besar negara di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Dari segi kualitas, kakao Indonesia tidak kalah dengan kakao dunia dimana bila dilakukan fermentasi dengan baik dapat mencapai cita rasa setara dengan kakao yang berasal dari Negara Ghana dan kakao Indonesia mempunyai kelebihan yaitu tidak mudah meleleh sehingga cocok bila dipakai untuk blending. Sejalan dengan keunggulan tersebut, peluang pasar kakao Indonesia cukup terbuka baik ekspor maupun kebutuhan dalam negeri. Dengan kata lain, potensi untuk menggunakan industri kakao sebagai salah satu pendorong pertumbuhan dan distribusi pendapatan cukup terbuka Depperin, 2007. Dalam rangka meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman kakao, sekaligus ingin meningkatkan pendapatan masyarakat, maka dilaksanakan kegiatan perluasan tanaman kakao pada wilayah-wilayah yang berpotensi untuk pengembangan tanaman kakao yang tertuang dalam Pedoman Teknis Perluasan Tanaman Kakao Tahun 2012, seperti wilayah yang masyarakatnya memperoleh pendapatan relatif rendah dibawah rata-rata, wilayah perbatasan dengan negara tetangga dan wilayah pasca konflik serta pasca bencana alam melalui perluasan tanaman yang dialokasikan di pemerintah kabupatenprovinsi Ditjen perkebunan, 2012. Sasaran secara nasional dari kegiatan perluasan tanaman kakao antara lain: 1 Meningkatnya produksi, produktivitas, mutu produk dan pendapatan pelaku agribisnis; 2 Berkembangnya usaha agribisnis dan agroindustri di kawasan pengembangan; 3 Meningkatnya keterampilan, kemandirian dan kerjasama kelompok. Adapun Tujuan dari peluasan tanaman kakao yaitu: 1 Meningkatkan produksi, produktivitas kakao nasional; 2 Meningkatkan kesempatan kerja sehingga berdampak pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani Ditjen perkebunan, 2012. Kakao sebagai salah satu komoditas andalan perkebunan yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia, namun dalam pelaksanaan perluasan dan pengembangan perkebunan kakao mengalami beberapa kendala diantaranya, tanaman kakao sudah tua umur diatas 30 tahun atau rusak, serta meluasnya serangan hama dan penyakit Penggerek Buah KakaoPBK dan Vascular Streak Dieback VSD, sehingga produktivitasnya menurun Ismail, 2011. Pada perkebunan rakyat penurunan produktivitas diindikasikan terjadi karena mutu benih yang digunakan rendah benih tidak bersertifikat dan teknik budidaya tidak sesuai standar. Walaupun telah dilakukan upaya untuk memperbaiki kondisi tersebut namun hasilnya belum optimal karena masih dilakukan secara parsial dan dalam skala kecil. Oleh karena itu pemerintah melalui Kementerian Pertanian RI melakukan upaya percepatan peningkatan produktivitas tanaman dan mutu hasil kakao nasional dengan memberdayakan secara optimal seluruh potensi pemangku kepentingan serta sumber daya yang ada melalui kegiatan Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional GERNAS 2009 - 2011 Ismail, 2011. Selain produktivitas lahan yang masih rendah permasalahan lain yang dihadapi dalam pengembangan perkebunan kakao yaitu masih belum optimalnya pengembangan produk hilir kakao. Hal ini menjadi suatu tantangan sekaligus peluang bagi para investor untuk mengembangkan usaha dan meraih nilai tambah yang lebih besar dari agribisnis kakao Depperin, 2007. 15 Mencermati sejauh mana peluang yang dimiliki Indonesia untuk menjadi produsen kakao terkemuka dunia, beberapa keunggulan komparatif pengusahaan kakao yang dimiliki Indonesia dibandingkan dengan negara produsen kakao lainnya seperti Afrika dan Amerika Latin antara lain: 1 lahan pengembangan yang masih terbuka lebar; 2 jumlah tenaga kerja melimpah; 3 secara geografis Indonesia terletak pada posisi strategis karena dekat dengan negara tujuan ekspor sehingga biaya transportasi jauh lebih murah; dan 4 sistem politik luar negeri bebas aktif memudahkan Indonesia menembus pasar ke negara-negara pengimpor Husain, 2006. Bertitik tolak dari keberhasilan pengembangan tanaman kakao di pulau Sulawesi yang cukup mengejutkan dunia dalam periode 1980-1994, Akiyama dan Nishio 1997 menyatakan bahwa keberhasilan pengembangan tanaman kakao di pulau tersebut ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu ketersediaan lahan yang sesuai, biaya produksi yang rendah, sistem pasar dengan kompetisi tinggi, infrastruktur transportasi yang mendukung, kebijakan makro ekonomi yang mendukung, dan adanya kewirausahaan petani kecil. Untuk menjadikan Indonesia sebagai produsen kakao terkemuka di dunia, faktor-faktor keberhasilan di atas bukanlah hal sulit untuk diterapkan di daerah lain. Tentunya diperlukan dukungan semua pihak terutama pemerintah untuk mewujudkannya.

2.7 Penelitian Terdahulu

Bambang 2003 yang melakukan penelitian berjudul “Formulasi strategi pengembangan agribisnis kakao rakyat di Provinsi Sulawesi T enggara” menunjukkan bahwa ada delapan set formulasi strategi dalam pengembangan agribisnis kakao rakyat di Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu: 1 Perluasan areal, intensifikasi, dan rehabilitasi kakao rakyat; 2 Fasilitasi jalinan kemitraan antara petani dengan pabrik pengolahan kakao di Makasar dan mendukung percepatan pembangunan pabrik kakao di Kendari; 3 Peningkatan mutu SDM; 4 Fasilitasi penyediaan sarana produksi dan pembangunan sarana serta prasarana penunjang; 5 Peningkatan mutu hasil kakao serta penerapan standarisasi sesuai kebutuhan konsumen; 6 Optimalisasi fungsi dan peranan lembaga penelitian dan pengembangan; 7 Kerja sama dengan lembaga terkait mengupayakan keanggotaan Indonesia dalam Asosiasi Kakao Internasional serta menyelenggarakan promosi; dan 8 Pemberdayaan lembaga petani dan peningkatan peranan lembaga penunjang. Baktiawan 2008 melakukan penelitian yang berjudul “Analisis pengembangan perkebunan kakao rakyat di Kabupaten Lampung Timur” menyatakan bahwa Kelayakan investasi usaha tani kakao pada tiap kelas kesesuaian lahan yang ada di Lampung Timur S2 dan S3 menunjukkan nilai yang menguntungkan. Hal tersebut terlihat dari nilai NPV antara Rp 19.014.723- Rp 31.990.514, nilai BCR antara 4-6, dan nilai IRR antara 20-31 yang keseluruhan parameter tersebut dihitung berdasarkan discount faktor 17. Kinerja pemasaran kakao di Lampung Timur cenderung belum efisien. Hal tersebut ditunjukkan dengan besarnya share keuntungan yang masuk ke lembaga pemasaran yang terlibat 31,06 dan tidak adanya keterpaduan harga pasar jangka panjang antara pasar tingkat petani dan tingkat eksportir pedagang besar.