57 dari faktor utama yang mempengaruhi pengembangan kebun kakao rakyat di
Kabupaten Padang Pariaman menurut stakeholders disajikan pada Gambar 10.
Gambar 10 Struktur hierarki faktor utama dan kriteria dari faktor utama yang mempengaruhi pengembangan kebun kakao rakyat di Kabupaten
Padang Pariaman menurut stakeholders Faktor pasar sangat berpengaruh terhadap pengembangan kebun kakao
rakyat, karena dengan selalu tersedianya pasar tempat menampungmenjual biji kakao petani maka mereka akan tetap melakukan kegiatan pengusahaan kebun
kakao. Ketersediaan pasar ini tentunya didukung dengan layaknya harga jual biji kakao, sehingga petani tetap memperoleh keuntungan. Membaiknya harga jual
biji kakao akan memotivasi petani dalam mengusahakan kebun kakao. Selain faktor pasar menurut stakeholders, faktor sumberdaya manusia sangat
Lahan 0,14
Kesesuaian Lahan 0,36
Kepemilikan lahan 0,24
Luas pengusahaan lahan 0,40
Sumberdaya Manusia 0,25
Ketersediaan tenaga kerja 0,33
Ketersediaan tenaga penyuluh 0,32
Keterampilan teknis budi daya petani 0,35
Pasar 0,28
Efisiensi rantai pemasaran 0,29
Penetapan standarisasi harga 0,29
Kelayakan dan kestabilan harga 0,42
Teknologi 0,23
Teknologi informasi ttg kakao 0,26
Teknologi pasca panen 0,31
Teknologi dalam budidaya 0,43
Modal 0,10
Sistem ijon 0,14
Bantuan dana pemerintah 0,35
Modal pribadi 0,51
Pengembangan perkebunan kakao rakyat
Tujuan Kriteria Faktor Utama
Faktor Utama
58 menentukan dalam pengusahaan kebun kakao. Adanya dukungan sumberdaya
manusia yang handal akan dapat meningkatkan produktivitas tanaman kakao. Faktor teknologi juga harus diperhatikan dalam mengusahakan kebun kakao,
dengan adanya teknologi petani akan sangat terbantu dalam pengusahaan kebun kakao mereka.
Dari berbagai faktor utama yang mempengaruhi pengembangan kebun kakao rakyat, selanjutnya dicari urutan kriteria prioritas dari masing-masing faktor
utama tersebut. Menurut stakeholders, kelayakan dan kestabilan harga adalah kriteria utama dari faktor harga. Kestabilan dan kelayakan harga sangat
menentukan keberlanjutan dan kesuksesan petani dalam pengusahaan kebun kakao. Kelayakan harga disini berarti, petani tetap memperoleh keuntungan dari
harga jual biji kakao mereka. Layak dan stabilnya harga jual biji kakao akan memotivasi petani untuk mengusahakan kebun kakao dan lebih memperhatikan
pemeliharaan kebun mereka. Disamping kelayakan dan kestabilan harga, penetapan standarisasi harga jual biji kakao dan efisiensinya rantai pemasaran
komoditas kakao juga sangat menentukan terhadap pengembangan perkebunan kakao kedepannya menrut stakeholders. Standarisasi harga disini bermaksud,
adanya perbedaan harga berdasarkan kualitas biji kakao yang dihasilkan oleh petani, seperti adanya perbedaan harga jual antara biji kakao yang difermentasi
dengan non fermentasi. Kemudian menurut stakeholders, semakin efisien rantai pemasaran makan akan semakin menguntungan petani.
Kriteria utama dari faktor sumberdaya manusia SDM yang harus diperhatikan adalah keterampilan teknis petani dalam budidaya tanaman kakao.
Meningkatnya keterampilan teknis budidaya petani menurut stakeholders akan dapat meningkatkan produktivitas kebun mereka. Selanjutnya yang menjadi fokus
perhatian dari faktor SDM adalah ketersediaan tenaga kerja untuk mengolah dan memelihara kebun serta ketersediaan tenaga penyuluh untuk mendampingi petani
dalam budidaya tanaman kakao.
Faktor teknologi yang menjadi prioritas utama adalah teknologi dalam budidaya tanaman kakao. Teknologi dalam budi daya kakao sangat diperlukan,
seperti tersedianya peralatan untuk pemeliharaan tanaman kakao serta tersedianya sarana produksi seperti pupuk dan obat-obatan. Selajutnya yang juga perlu
diperhatikan adalah teknologi pasca panen dari komoditas kokao, karena dengan adanya teknologi ini akan meningkatkan nilai tambah dari komoditas kakao.
Kriteria dari faktor lahan yang menjadi fokus utama untuk diperhatikan adalah pengusahaan lahan. Tanaman kakao memerlukan perawatan yang intensif,
dengan pengusahaan lahan yang tidak terlalu luas akan memudahkan petani dalam pemeliharaan kebun mereka tersebut. Kriteria lain dari faktor lahan juga harus
mendapat perhatian menurut stakeholders adalah kesesuaian lahan tersebut untuk ditanami tanaman kakao. Hal ini perlu diperhatikan karena akan mempengaruhi
produktivitas dari tanaman kakao tersebut.
Faktor modal tidak begitu berpengaruh menurut stakeholders, karena pengusahaan kebun kakao rakyat tidak begitu luas rata-rata 1,6 ha, modal petani
sendiri dipandang cukup untuk mendanai kebun mereka. Disamping itu petani dengan menggunakan modal sendiri tidak merasa dibebani, karena mereka tidak
perlu mengeluarkan cicilan pinjaman setiap bulannya. Sebagian stakeholders berpendapat, petani tetap memerlukan bantuan modal dari pemerintah, hanya saja
59 dalam bentuk lain seperti bantuan pupuk, obat-obatan untuk membasmi hama
penyakit, peralatan, bibit unggul dan sebagainya.
5.5 Arahan Pengembangan Perkebunan Kakao Rakyat di Kabupaten Padang Pariaman
Penyusunan arahan pengembangan perkebunan kakao rakyat ditinjau dari aspek biofisik dimaksudkan agar lokasi yang akan dijadikan pengembangan
perkebunan kakao tidak bertentangan dengan arahan pola ruang yang tertuang dalam RTRWK yang telah ditetapkan dan lokasi tersebut merupakan lahan yang
sesuai untuk tanaman kakao. Penyusunan lokasi yang menjadi arahan pengembangan dengan mempertimbangkan penggunaan lahan eksisting dikaitkan
dengan kemudahan dan biaya pengolahan lahan tersebut apabila dijadikan perkebunan kakao. Disamping itu, lahan yang menjadi arahan diasumsikan lahan
yang diprioritaskan untuk pengembangan perkebunan kakao oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Padang Pariaman. Hal ini sesuai dengan Baktiawan 2008,
lokasi yang menjadi arahan pengembangan kebun kakao di Lampung Timur mempertimbangkan aspek kesesuaian lahan dan penggunaan lahan. Lokasi arahan
pengembangan perkebunan kakao rakyat di Kabupaten Padang Pariaman dibagi menjadi tiga prioritas. Kriteria pembagian prioritas lokasi yang menjadi arahan
pengembangan perkebunan kakao rakyat tertera pada Tabel 17.
Tabel 17 Pembagian prioritas lokasi yang menjadi arahan pengembangan perkebunan kakao rakyat di Kabupaten Padang Pariaman.
Lokasi Arahan RTRW Kawasan
Hutan Penggunaan
Lahan Kelas kesesuaian
lahan Prioritas I
KP APL
Alang-alang, semakbelukar dan
tanah kosong S2S3
Prioritas II KP
APL Kebun campuran dan
perkebunan rakyat S2S3
Prioritas III KP
APL Hutan belukar
S2S3
Keterangan: KP = Kawasan Perkebunan, APL = Areal Penggunaan Lain
Berdasarkan Tabel 17. yang menjadi prioritas pertama adalah lahan yang berupa alang-alang, semak belukar dan tanah kosong pada kawasan perkebunan
dalam RTRW dan areal penggunaan lain pada kawasan hutan. Lahan ini menjadi prioritas pertama dengan pertimbangan ingin memanfaatkan lahan kosong tidur
dan lahan tidak produktif. Dengan diusahakan tanaman kakao maka lahan ini diharapkan dapat memberikan manfaatpendapatan kepada petani. Disamping itu,
lahan
ini dipandang
tidak memerlukan
biaya yang
besar untuk
mengembangkannya menjadi kebun kakao. Prioritas kedua merupakan lahan yang telah dimanfaatkan, tetapi belum
memberikan keuntungan yang optimal kepada petani, seperti memanfaatkan ruanglahan yang kosong diantara tanaman lain seperti kelapa, pinang, pisang dan
sebagainya. Selain itu, melalui rehabilitasi atau peremajaan tanaman kakao yang sudah tua dan tanaman yang tidak produktif, dengan cara mengganti dengan bibit
yang lebih unggul. Rehabilitasi dapat dilakukan oleh petani dengan cara sambung samping atau sambung pucuk tanaman kakao. Menurut Goenadi et al. 2005
60 arahan pengembangan kakao di Indonesia kedepannya yaitu melalui perluasan
areal pada lahan-lahan yang potensial, rehabilitasi dan peremajaan tanaman kakao tuatidak produktif lagi. Febryano 2008 menyatakan bahwa, tiga pola tanam
tanaman kakao yaitu: 1 tanaman kakao ditanam secara tumpang sari dikombinasikan dengan pisang; 2 tanaman kakao dikombinasikan dengan
petai; 3 tanaman kakao dikombinasikan dengan durian, ketiga pola tanam tersebut layak diusahakan secara finansial.
Lahan berupa hutan belukar dijadikan prioritas terakhir ketiga karena untuk mengusahakan lahan ini menjadi kebun kakao akan membutuhkan biaya
yang cukup besar untuk land clearing seperti penebangan pohon, pembongkaran akar-akar pohon dan sebagainya. Rincian luas lokasi prioritas arahan
pengembangan perkebunan kakao rakyat di Kabupaten Padang Pariaman tertera pada Tabel 18.
Tabel 18 Lokasi prioritas dan luas arahan pengembangan perkebunan kakao rakyat di Kabupaten Padang Pariaman
No. Kecamatan
Luas Lahan Arahan ha Jumlah
ha Luas
Prioritas I Prioritas II Prioritas III 1
2 x 11 Enam Lingkung 124
1.916 602
2.642 5,15
2 2 x 11 Kayu Tanam
209 2.608
1.233 4.050
7,89 3
Batang Anai 668
1.797 257
2.722 5,30
4 Batang Gasan
133 4.062
1.266 5.461
10,64 5
Enam Lingkung -
1.170 -
1.170 2,28
6 IV Koto Aur Malintang
169 3.341
965 4.475
8,72 7
Lubuk Alung 343
2.471 407
3.221 6,27
8 Nan Sabaris
98 1.563
- 1.661
3,24 9
Padang Sago -
1.837 -
1.837 3,58
10 Patamuan -
1.785 131
1.916 3,73
11 Sintuk Toboh Gadang 66
1.298 -
1.364 2,66
12 Sungai Geringging 98
5.711 172
5.981 11,65
13 Sungai Limau 173
3.992 977
5.142 10,02
14 Ulakan Tapakis 95
247 -
342 0,67
15 V Koto Kapung Dalam -
3.198 92
3.290 6,41
16 V Koto Timur -
3.672 47
3.719 7,24
17 VII Koto Sungai Sarik -
2.349 -
2.349 4,58
Jumlah 2.176
43.017 6.149
51.342 100,00
Berdasarkan Tabel 18 diketahui bahwa lahan yang menjadi prioritas dua merupakan lahan paling luas yaitu 43.017 ha 83,78 yang tersebar disetiap
kecamatan. Sebaran terluas terdapat di Sungai Geringging 5.711 ha dan paling sedikit terdapat di Kecamatan Ulakan Tapakis 247 ha. Selanjutnya lahan yang
menjadi prioritas tiga merupakan lahan terluas kedua yaitu sebesar 6.149 ha 11,98 tersebar di 11 kecamatan, paling luas terdapat di Kecamatan Batang
Gasan
1.266
ha. Lahan prioritas satu yang paling sedikit yaitu seluas 2.176 ha 4,24 yang juga tersebar di 11 kecamatan, paling luas terdapat di Kecamatan
Batang Anai 668 ha. Secara spasial arahan lokasi pengembangan perkebunan kakao rakyat di Kabupaten Padang Pariaman disajikan pada Gambar 11.
Lokasi arahan pengembangan kakao di Kabupaten Padang Pariaman secara aspek biofisik kedepannya perlu disempurnakandisusun dengan rencana
61 operasional paling detil. Hal ini dilakukan mengingat keterbatasan skala peta yang
digunakan, dimana dalam penelitian ini hanya mengacu pada sakala peta satuan lahan land unit dengan skala 1:250.000.
Gambar 11 Peta arahan lokasi pengembangan perkebunan kakao rakyat di Kabupaten Padang Pariaman
Arahan pengembangan kebun kakao rakyat kedepannya juga harus memperhatikan aspek pemasaran dari komoditas kakao, sumberdaya manusia
SDM dan teknologi yang mendukung dalam budidaya tanaman kakao. Aspek pemasaran mencakup ketersediaan pasar yang akan menampung hasil panen
petani dan rantai pemasaran dari komoditas kakao. Menurut pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan perkebunan kakao rakyat stakeholders,
tersedianya pasar dengan harga yang layak dan relatif stabil akan memotivasi petani dalam pengusahaan kebun kakao mereka.
Rantai pemasaran komoditas kakao juga akan menentukan kesuksesan petani dalam kegiatan usahatani mereka. Walaupun secara finansial kelayakan
pengusahaan kebun kebun kakao rakyat menguntungkan, namun dilihat dari segi tataniaga biji kakao yang ada di Kabupaten Padang Pariaman relatif belum efisien.
Hal ini dapat terlihat dari besarnya margin pemasaran, masih kecilnya bagian harga yang diterima oleh petani dan belum terintegrasinya pasar di tingkat petani
dengan pasar di tingkat pedagang kabupaten. Ketidak efisienan rantai pemasaran ini dapat diatasi salah satunya dengan membentuk lembaga pemasaran bersama
para petani melalui wadah kelompok tani, sehingga rantai pemasaran dapat diperpendek. Kemudian dibutuhkan peran aktif instansi terkait untuk melakukan
pembinaan dan penyaluran informasi kepada petani, sehingga petani mempunyai informasi terbaru tentang perkembangan harga komoditas kakao.
62 Selain aspek pemasaran komoditas kakao, ketersediaan sumberdaya
manusia juga perlu menjadi fokus perhatian dalam pengembangan perkebunan kakao rakyat kedepannya. Adanya dukungan sumberdaya manusia yang handal
akan dapat meningkatkan produktivitas tanaman kakao, baik sumberdaya manusia penyuluh pertanian maupun sumberdaya manusia petani itu sendiri. Faktor
teknologi juga harus diperhatikan dalam mengusahakan kebun kakao, dengan tersedianya teknologi akan sangat membantu petani dalam pengusahaan kebun
kakao mereka. Teknologi dalam budidaya kakao sangat diperlukan, seperti tersedianya peralatan untuk pemeliharaan tanaman kakao serta tersedianya sarana
produksi seperti pupuk dan obat-obatan.
6 SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Wilayah yang berpotensi untuk pengembangan perkebunan kakao rakyat
berdasarkan aspek biofisik dan ketersediaan lahan di Kabupaten Padang Pariaman seluas 51.342 ha, sedangkan lahan yang tidak berpotensi seluas 2.754
ha. Lokasi wilayah yang berpotensi disajikan dalam bentuk peta.
2. Pengusahaan kebun kakao rakyat pada lahan kelas kesesuaian lahan S2 dan S3
di Kabupaten Padang Pariaman layak secara finansial. Hal ini dapat terlihat dari nilai NPV, Net BCR dan IRR berada pada kriteria layak.
3. Terdapat tiga bentuk rantai pemasaran komoditas kakao di Kabupaten Padang
Pariaman yaitu: 1 rantai pemasaran 1: petani – pedagang nagari – pedagang
kecamatan – pedagang kabupaten; 2 rantai pemasaran 2: petani – pedagang
kecamatan – pedagang kabupaten; 3 rantai pemasaran 3: petani – pedagang
nagari – pedagang kabupaten. Dari ketiga rantai pemasaran tersebut dilihat dari
nilai margin pemasaran, maka rantai pemasaran 2 yang memberikan bagian harga lebih tinggi kepada petani.
4. Pasar komoditas kakao di Kabupaten Padang Pariaman belum terintegrasi
antara pasar di tingkat petani dengan pasar di tingkat pedagang kabupaten. 5.
Faktor yang sangat mempengaruhi pengembangan perkebunan kakao di Kabupaten Padang Pariaman adalah faktor pasar terutama terkait dengan
kelayakan harga dan kestabilan harga jual komoditas kakao. Faktor-faktor lain yang juga berpengaruh secara berurutan berdasarkan besar tingkat pengaruhnya
adalah faktor sumberdaya manusia SDM meliputi keterampilan teknis budidaya petani serta ketersediaan tenaga kerja dan tenaga penyuluh, faktor
teknologi dalam budidaya kakao, faktor luas pengusahaan lahan dan faktor modal.
6. Arahan pengembangan perkebunan kakao rakyat di Kabupaten Padang
Pariaman meliputi area seluas 51.342 ha yang terbagi kedalam tiga prioritas yaitu: prioritas 1 dengan luas 2.176 ha tersebar di 11 kecamatan, prioritas 2
dengan luas 43.017 ha tersebar diseluruh kecamatan dan prioritas 3 seluas