Penentuan Lokasi yang Berpotensi untuk Pengembangan Perkebunan

23 ∑ Dimana : Bt = Benefit pada tahun ke-t t = Lamanya waktu investasi Ct = Biaya pada tahun ke-t i = Tingkat suku bunga 3.3.2.2 Net Benefit Cost Ratio Net BCR Net Benefit Cost Ratio adalah perbandingan antara nilai manfaat dengan biaya yang diperhitungkan saat ini Soekartawi, 1996. Suatu pengusahaan kebun kakao layak dan efisien untuk dilaksanakan jika nilai Net BCR1, yang berarti manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan dan berlaku sebaliknya. Nilai Net BCR = 1 satu berarti cash in flow = cash out flows BEP atau TR=TC. Secara matematis Net BCR dapat dihitung dengan rumus : ∑ ∑ ...................................... 2 Dimana : Bt = Benefit pada tahun ke-t t = Jangka waktu proyekusahatani Ct = Biaya pada tahun ke-t i = Tingkat bunga yang berlaku n = umur proyekusahatani 3.3.2.3 Internal Rate of Return IRR Untuk mengetahui sejauh mana pengusahaan kebun kakao memberikan keuntungan, digunakan analisis IRR. IRR dinyatakan dengan persen yang merupakan tolok ukur dari keberhasilan pengusahaan kebun kakao Soekartawi, 1996. Penggunaan investasi akan layak jika diperoleh IRR yang persentasenya lebih besar dari tingkat suku bunga bank yang ditentukan, karena kegiatan usaha berada dalam keadaan yang menguntungkan. Demikian juga sebaliknya, jika IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga bank yang ditentukan, berarti pengusahaan kebun kakao merugi dan tidak layak untuk dilaksanakan. .......................... 3 Dimana : i 1 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV 1 i 2 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV 2 Kelayakan usaha ditentukan dengan mempertimbangkan ketiga alat analisis tersebut, dimana usaha tersebut layak apabila : NPV0, artinya manfaat yang diterima proyek lebih besar dari semua biaya total yang dikeluarkan. Net BCR1, yang berarti manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. IRR yang persentasenya lebih besar dari tingkat suku bunga bank yang ditentukan. 24 Pada penelitian ini juga akan dihitung seberapa cepat waktu yang dibutuhkan proyek untuk mengembalikan investasi dan modal kerja yang ditanam dengan rumus : ∑ ∑ ........................... 4 Dimana : T p -1 = jumlah tahun pada saat nilai Net Benefit Kumulatif negatif TC icp -1 = jumlah total biaya pada saat nilai Net Benefit Kumulatif negatif B icp -1 = jumlah total benefit pada saat nilai Net Benefit Kumulatif negatif B P = jumlah benefit pada tahun awal nilai Net Benefit Kumulatif positif Analisis sensitivitas sensitivity analysis dilakukan untuk meneliti kembali suatu analisis kelayakan pengusahaan kebun kakao, agar dapat mengetahui pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah atau ada suatu kesalahan dalam dasar perhitungan biaya dan manfaat. Analisis kepekaan sensitivitas adalah suatu teknik analisis yang menguji secara sistematis apa yang terjadi pada pada kapasitas penerimaan suatu kegiatan usaha apabila terjadi kejadian yang berbeda dengan perkiraan yang dibuat dalam perencanaan. Hal ini dibutuhkan dalam analisis pengusahaan kebun kakao, biasanya didasarkan pada proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian dan perubahan yang akan terjadi dimasa yang akan datang, pengusahaan kebun kakao dapat berubah-ubah sebagai akibat empat permasalahan yaitu : 1. Perubahan harga jual biji kakao 2. Terlambatnya tanaman kakao berproduksi 3. Kenaikan biaya input untuk pemeliharaan kebun kakao 4. Perubahan volume produksi tanaman kakao Analisis kepekaan dilakukan untuk mengetahui sampai seberapa besar penurunan atau peningkatan faktor-faktor tersebut dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi, dari layak menjadi tidak layak dilaksanakan Gittinger, 1986. Analisis sensitivitas pada penelitian ini dihitung dengan skenario : 1. Meningkatkan biaya-biaya Input 2. Menghitung Break Event Point BEP harga jual biji kakao petani 3. Menghitung Break Event Point BEP volume produksi biji kakao petani Analisis Break Event Point BEP digunakan untuk mengetahui jangka waktu pengembalian modal atau investasi dalam pengusahaan kebun kakao. Produksi minimal biji kakao kegiatan usaha harus menghasilkan atau menjual biji kakao agar tidak mengalami kerugian. BEP adalah suatu keadaan dimana pengusahaan kebun kakao tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian, dapat dilihat pada Gambar 4. Titik BEP dicapai pada saat total penerimaan sama dengan total biaya, yaitu TP=TB, karena TP=TBT + BC.Q Rustiadi et al. 2009. Break Event Point BEP harga jual dihitung untuk mengetahui sampai seberapa besar batas rata-rata harga jual biji kakao petani selama periode analisis pengusahaan 20 tahun yang masih menguntungkan petani dengan asumsi ceteris paribus , dimana apabila harga rata-rata penjualan biji kakao petani selama periode pengusahaan 20 tahun dibawah harga tersebut maka petani akan rugi. Break Event Point BEP volume produksi dihitung untuk mengetahui sampai seberapa 25 besar batas rata-rata volume produksi biji kakao yang dihasilkan petani selama periode analisis pengusahaan 20 tahun yang masih menguntungkan petani dengan asumsi ceteris paribus, dimana apabila rata-rata volume produksi penjualan biji kakao petani selama periode pengusahaan 20 tahun dibawah nilai tersebut maka petani akan rugi. Gambar 4 Grafik Break Event Point BEP Skenario meningkatkan biaya-biaya input dihitung dengan mencari sampai seberapa persen peningkatan biaya-biaya input dalam kegiatan pengusahaan kebun kakao tersebut yang menyebabkan kegiatan tersebut menjadi tidak layak dengan asumsi ceteris paribus. Perhitungan Break Event Point BEP dapat dilakukan dengan cara Trial and Error yaitu dengan menghitung keuntungan operasi suatu volume produksipenjualan tertentu. Apabila perhitungan tersebut menghasilkan keuntungan maka diambil volume penjualanproduksi yang lebih rendah, dan sebaliknya. Demikian dilakukan seterusnya hingga dicapai volume penjualan produksi dimana penghasilan penjualan tepat sama dengan besarnya biaya total TR=TC. 3.3.3 Analisis Rantai dan Margin Pemasaran serta Integrasi Pasar Komoditas Kakao 3.3.3.1 Analisis Rantai dan Margin Pemasaran Margin tata niaga digunakan untuk mengetahui dimana terletak keuntungan terbesar dari rantai pemasaran biji kakao di Kabupaten Padang Pariaman. Semakin besar bagian harga yang diterima petani, berarti bargaining position petani lebih menguntungkan, demikian pula sebaliknya. Dari rantai-rantai pemasaran yang terbentuk di masyarakat, dengan analisis margin pemasaran maka rantai pemasaran yang terefisien akan diketahui. Masukan tersebut merupakan hal yang terpenting dalam pengembangan perkebunan kakao rakyat di Kabupaten Padang Pariaman. Secara matematis persamaan margin tata niaga dapat dirumuskan sebagai berikut : ∑ ∑ ∑ ∑ ..................5 Keterangan : TP : Total Penerimaan TB : Total Biaya BT : Biaya Tetap BV : Biaya Variabel Harga Volume BEP TP TB = BT+BV BV BT