pada interaksi antara matriks dan protein. Cairan yang keluar eluat dikumpulkan menjadi fraksi-fraksi Moran Scrimgeour, 1994.
Konsentrasi protein tiap fraksi dapat ditentukan secara spektrofotometri dengan mengukur absorbansi eluat pada 280 nm. Untuk mendapatkan protein
yang diharapkan, fraksi yang berisi protein kemudian harus diuji aktivitas biologis atau beberapa sifat lainnya Moran Scrimgeour, 1994.
Pada ion-exchange chromatography, matriks berupa butiran atau fiber yang membawa muatan positif anion-exchange resins atau muatan negatif
cation-exchange resins. Anion-exchange mengikat protein bermuatan negatif, menahannya dalam matriks untuk elusi berikutnya. Sebaliknya, cation-exchange
mengikat protein bermuatan positif. Protein yang terikat dapat dielusi bertingkat dengan meningkatkan konsentrasi garam dalam larutan secara bertahap, karena
muatan ion garam dan protein yang sama mengikat matriks secara kompetitif Moran Scrimgeour, 1994.
Pada gel-filtration chromatography, pemisahan protein berdasarkan ukuran molekul menggunakan gel resin yang berupa butiran penyerap. Protein
yang lebih kecil dari ukuran pori rata-rata, banyak berpenetrasi ke bagian dalam butiran dan diperlambat oleh matriks sehingga terelusi terakhir dari kolom.
Sedikit pori dapat menerima molekul protein yang lebih besar maka protein yang paling besar bergerak melewati butiran dan terelusi pertama. Pemilihan ukuran
pori pada matriks gel-filtration tergantung pada bobot molekul protein yang dimurnikan Moran Scrimgeour, 1994.
c. Elektroforesis Pada elektroforesis, memisahkan protein berdasarkan perpindahan
molekul dalam medan listrik. Pada polyacrylamide gel electrophoresis PAGE, sampel protein diletakkan pada highly cross-linked gel matrix, dan medan listrik
dialirkan. Matriks berupa buffer sampai pH yang sedikit basa supaya sebagian besar protein adalah anionik dan bergerak ke arah anoda. Secara khusus, beberapa
sampel bergerak serentak bersama dengan sampel baku. Gel matriks memperlambat pergerakan molekul-molekul besar selama berada di medan listrik.
Oleh sebab itu, protein terfraksinasi atas dasar muatan dan massa Moran Scrimgeour, 1994. Sodium dodecyl sulfate-polyacrylamide gel electrophoresis
SDS-PAGE adalah metode terbaik dalam mengidentifikasi dan memonitor protein selama pemurnian dan memperkirakan bobot molekul protein Deutscher,
1990.
3. Pengukuran kadar protein
Sejumlah metode tersedia untuk penetapan kandungan protein dalam larutan protein yaitu metode Kjeldahl, spektrofotometri UV, dan kolorimetri
Bicinchoninic Acid [BCA], Bradford, Biuret, Lowry. a.
Spektrofotometri UV Pada spektrofotometri UV, absorbansi yang terukur berasal dari asam-
asam amino aromatik triptofan dan tirosin. Banyak protein memiliki absorbansi maksimum pada 280 nm, dengan kandungan asam amino aromatiknya. Asam
nukleat atau komponennya menganggu dalam pengukuran, kandungan cincin purin dan pirimidin menunjukkan absorbansi kuat sekitar 260 nm, dan pita
absorbansi yang lebar ini menganggu pengukuran selektif protein pada 280 nm. Maka dari itu perlu mengukur pula kadar asam nukleat pada
λ 260 nm sebagai faktor koreksi Kerese, 1984.
b. Metode Lowry
Pada metode ini berdasarkan dua reaksi yaitu pembentukan kompleks warna ion Cu
2+
dengan adanya ikatan peptida dan reduksi fosfomolibdat- fosfotungstat reagen Folin-Ciocalteu oleh asam amino aromatik. Metode ini
membutuhkan waktu lama tetapi sangat akurat dan reprodusibel, dan sensitif Bergmeyer, 1974.
c. Metode Biuret Prinsip metode ini adalah pembentukan kompleks warna reagen Cu
dengan ikatan peptida, dimana intensitas warna dapat dibaca secara kolorimetri. Reaksi biuret tergantung pada susunan kompleks antara ion tembaga II dan
empat atom peptida-N dibawah suasana alkalis membentuk kompleks berwarna biru-ungu yang mengindikasikan keberadaan protein Kerese, 1984.
d. Metode Kjeldahl Penentuan nitrogen sebagai dasar kandungan protein, sekarang tidak lagi
penting. Metode ini membutuhkan waktu yang lama dan seringkali membutuhkan persiapan sampel untuk menghilangkan kandungan selain nitrogen. Pengukuran
kadar protein dalam metode Kjeldahl didasarkan pada pengukuran proporsi nitrogen dimana konsentrasi nitrogen dalam protein sebesar 16 Bergmeyer,
1974. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
e. Metode Bradford dan Bicinchoninic Acid BCA Pada metode Bradford ditambahkan reagen Coomassie Brilliant Blue G-
250 yang akan berinteraksi hidrofobik dan ionik dengan protein menghasilkan suatu warna yang diukur absorbansinya secara kolorimetri untuk menetapkan
kadar proteinnya Anonim, 2006 c. Pada metode BCA menggunakan reagen Folin yang akan berinteraksi
dengan senyawa kompleks antara ion kupri dan ikatan peptida. Penetapan kadar protein dengan mengukur absorbansi kompleks warna biru secara kolorimetri
Anonim, 2006 c.
D. Kultur Sel
Kultur sel adalah proses dimana baik sel prokariotik maupun eukariotik tumbuh di bawah kondisi yang terkontrol. Kultur sel diperoleh dari baik jaringan
utama eksplansel maupun suspensi sel. Kultur sel primer secara khas akan mempunyai jangka hidup yang terbatas dalam kultur sedangkan bentuk sel
berkelanjutan, dalam arti, bentuk sel sering diubah dan abnormal. Cell lines tumbuh dan dijaga pada kondisi yang baik secara khas, 37°C, 5 CO
2
dalam inkubator sel sebab medium yang digunakan adalah buffer dengan sodium
bikarbonat dan pH harus diperhatikan. Kultur harus diperiksa setiap hari, mengamati morfologi, warna medium dan kepadatan sel. Sel dipanen ketika sel
sudah mencapai suatu kepadatan populasi yang pertumbuhannya ditekan-tekan Wolf, 2006.
1. Morfologi sel kanker dan sel normal
Sel kanker memiliki ciri morfologi yang spesifik yaitu intinya lebih besar daripada sel normal, distribusi kromatin dalam inti kasar, jumlah nukleolinya
meningkat dengan ukuran yang lebih besar daripada nukleoli sel normal, dan sel kanker tidak menunjukkan adanya inhibisi kontak terikat erat satu dengan yang
lainnya Anonim, 2004.
2. Sel Vero
Sel Vero digunakan dalam kultur sel. Sel Vero adalah sel garis keturunan Vero, diperoleh dari sel epitelial ginjal dari monyet hijau Afrika Cercopithecus
aethiops. Garis keturunan Vero diisolasi pada 27 Maret 1962, oleh Yasumura dan Kawakita di Universitas Chiba, Jepang. Sel Vero digunakan dalam kultur sel
untuk banyak tujuan yaitu skrining untuk toksin E.coli Verotoxin dan sebagai sel host untuk tumbuhnya virus Anonim, 2006 d.
3. Sel SiHa
Menurut Sofian, ginekolog RS Cipto Mangunkusumo, 90 kasus kanker leher rahim diduga kuat akibat virus yang bernama Human Papilloma Virus
HPV yang ditemukan pada tahun 1990, khususnya tipe 16 dan 18. Sel SiHa adalah salah satu bentuk tumor serviks. Sel SiHa diperoleh dari fragmen sampel
jaringan primer dari suatu karsinoma serviks dan merupakan squamosa yang tidak terdiferensiasi. Sel SiHa diperoleh dari karsinoma serviks yang diambil melalui
pembedahan, mempunyai satu atau dua salinan DNA HPV-16 pada kromosom 13. Oleh karena pengaturan virus DNA yang sederhana, sel SiHa semakin sering