Determinasi Tumbuhan HASIL DAN PEMBAHASAN
Tahap berikutnya, ekstrak gubal di-stirrer semalaman di dalam almari es dan dilanjutkan sentrifugasi pada 2010 xG selama 20 menit maka akan diperoleh
supernatan dan endapan. Endapan yang diperoleh dilarutkan dalam sesedikit mungkin larutan dapar natrium fosfat 5 mM pada pH 7,2 dan selanjutnya
didialisis sedangkan supernatannya ditampung untuk preparasi fraksi protein dengan derajat kejenuhan berikutnya.
Proses dialisis dilakukan untuk memurnikan protein dari amonium sulfat dan melepaskan molekul kecil lainnya yang dianggap kontaminan protein. Sampel
dimasukkan pada membran dialisis dan direndam dalam larutan dapar natrium fosfat 5 mM pH 7,2 dalam beaker glass. Penggantian larutan dapar perlu
dilakukan untuk menjaga gradien konsentrasi amonium sulfat di dalam dengan di luar membran dialisis tetap besar sehingga mekanisme difusi pasif tetap berjalan.
Pada penelitian ini dilakukan penggantian larutan dapar sebanyak 1 kali diharapkan tidak ada lagi amonium sulfat yang tersisa. Supernatan hasil dialisis
ini merupakan sampel FP
20
umbi teki. Dengan pengerjaan yang sama akan diperoleh berturut-turut sampel FP
40
, FP
60
, dan FP
80
umbi teki. Untuk menentukan jumlah amonium sulfat yang ditambahkan untuk
mendapatkan FP
20
, FP
40
, FP
60
, dan FP
80
dilakukan perhitungan berdasarkan rumus pada Lampiran 3. Pada preparasi sampel selanjutnya, jumlah amonium sulfat yang
ditambahkan berturut-turut untuk mendapatkan sampel fraksi protein umbi teki FP
40
, FP
60
, dan FP
80
dengan pengendapan amonium sulfat adalah sebanyak 79,4 g untuk 700 ml supernatan ; 87,2 g untuk 720 ml supernatan ; dan 98,8 g untuk 760
ml supernatan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dalam penelitian ini menggunakan metode pengendapan dengan garam yaitu amonium sulfat. Pemilihan amonium sulfat karena bersifat sangat larut
dalam larutan buffer dingin, dapat mengendapkan hampir semua protein, dan menjaga protein dari denaturasi irreversible. Keuntungan lainnya yaitu harganya
relatif tidak mahal dan kemampuannya mencegah aktivitas enzim proteolitik Wang, 2004. Amonium sulfat akan mengendapkan protein melalui mekanisme
“salting out”. Adanya amonium sulfat pada konsentrasi tertentu dalam larutan akan mengurangi kelarutan protein, menyebabkan terjadinya agregasi sehingga
protein dapat mengendap. Protein memiliki asam amino hidrofilik dan hidrofobik. Asam amino yang relatif hidrofobik karena gugusan fungsional nonpolar pada
rantai sampingnya, membentuk interaksi intra-hidrofobik dan asam amino polar berinteraksi dengan pelarut agar tetap stabil dalam larutan. Hasilnya, lapisan
hidrasi terbentuk di sekitar masing-masing molekul. Lapisan tersebut menghalangi interaksi dengan molekul protein lainnya Adanya ion garam SO
4 -2
menarik air di sekeliling area hidrofobik sehingga molekul protein yang bebas membentuk ikatan hidrofobik satu sama lain dan akhirnya mengendap. Maka pada
proses fraksinasi, protein nonpolar akan mengendap terlebih dahulu diikuti pengendapan protein yang bersifat lebih polar dengan derajat kejenuhan tertentu.
Oleh karena itu, protein yang terkandung pada masing-masing FP tidak sama.