Preparasi Sampel Fraksi Protein Umbi Teki

Tabel I. Data absorbansi fraksi protein dan kadar protein Fraksi protein umbi teki Absorbansi pada λ 280 nm Absorbansi pada λ 260 nm Kadar protein mgml FP20 0,466 0,609 26,562 FP40 0,208 0,245 13,772 FP60 0,442 0,461 33,592 FP80 0,499 0,486 40,331 Nilai absorbansi yang diperoleh untuk masing-masing fraksi protein tidak sama, mungkin dikarenakan sifat protein yang terendapkan pada tiap FP berbeda. Dengan kandungan protein yang berbeda maka sifat asam amino aromatik penyusunnya dapat berbeda-beda pula sehingga memberikan hasil serapan yang tidak sama. Rumus perhitungan kadar protein dapat dilihat pada Lampiran 4. Pengukuran estimasi kadar protein untuk fraksi-fraksi pengendapan dari umbi teki dilakukan dengan spektofotometri UV pada panjang gelombang 280 nm karena pada umumnya protein memiliki absorbansi maksimal pada panjang gelombang tersebut. Protein mengandung residu asam amino yaitu tirosin, fenilalanin dan triptofan yang mempunyai struktur cincin aromatis. Tujuan dari penelitian ini adalah analisis kuantitatif maka hanya asam amino tirosin dan triptofan yang bertanggung jawab terhadap penyerapan sinar UV karena keduanya mengandung kromofor dan auksokrom. HO H 2 C C H CO 2 NH 3 Tyrosin N H H 2 C C H CO 2 NH 3 Triptofan Gambar 9. Asam amino aromatik pada penyerapan sinar UV Pada fenilalanin kurang berperan dalam analisis kuantitatif karena tidak adanya gugus auksokrom sehingga intensitas yang dihasilkan jauh lebih rendah, sehingga jumlah protein yang dibutuhkan lebih banyak untuk mendeteksi keberadaan fenilalanin. Maka, fenilalanin terbatas hanya bertanggung jawab terhadap penyerapan sinar UV dalam analisis kualitatif. H 2 C C H CO 2 NH 3 Gambar 10. Struktur fenilalanin Kelemahan metode ini adanya asam nukleat dan komponenya serta senyawa-senyawa yang mengandung cincin purin dan pirimidin yang mempunyai absorban yang kuat pada panjang gelombang 280 nm, sehingga dapat mengganggu pembacaan hasil dan memberikan hasil serapan yang tidak tepat. Oleh karena itu dilakukan pula pengukuran absorbansi pada panjang gelombang 260 nm sebagai faktor koreksi. Keuntungan dari metode ini adalah sensitivitas yang tinggi, proses relatif cepat, dan proses mungkin dilakukan tanpa reagen.

E. Uji Sitotoksisitas

Nilai absorbansi hasil uji sitotoksisitas dengan metode MTT untuk menghitung jumlah sel hidup, pada inkubasi selama 24 jam dapat dilihat pada Lampiran 5 dan Lampiran 6. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Sel SiHa

Tabel II. Data prosentase kematian sel SiHa diinkubasi selama 24 jam dengan 6 seri konsentrasi pada FP 20 , FP 40 , FP 60 , dan FP 80 umbi teki Respon kematian sel SiHa No. sumuran Kadar fraksi protein umbi teki μgml FP 20 FP 40 FP 60 FP 80 1 4000 95,59 104,06 90,47 88,46 2 2000 82,40 95,54 74,96 78,52 3 1000 72,04 82,14 74,45 66,23 4 500 64,83 71,84 61,07 61,13 5 250 60,01 63,83 56,92 61,10 6 125 59,62 57,45 57,928 59,81 20 40 60 80 100 120 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 kadar fraksi protein umbi Teki μgml ke mat ian sel S iH a FP 20 FP 40 FP 60 FP 80 Gambar 11. Grafik prosentase kematian sel SiHa diinkubasi selama 24 jam dengan 6 seri konsentrasi pada FP 20 , FP 40 , FP 60 , dan FP 80 umbi teki Dari hasil uji sitotoksisitas menunjukkan bahwa menurunnya kadar protein yang diberikan pada sel SiHa, prosentase kematian pada tiap fraksi protein juga semakin menurun maka dapat dikatakan prosentase kematian sel SiHa berbanding lurus dengan kadar fraksi protein umbi teki. Pada kadar protein tertinggi yakni 4000 μgml, FP 40 mempunyai prosentase kematian tertinggi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI