beracun. Daya racunnya disebabkan oleh antaraksi dengan subunit ribosom 60s mamalia, mengakibatkan terjadinya hidrolisis beberapa ikatan glikosida-N dengan
akibat penghambatan sintesis protein Robinson, 1995.
a. RIP
Ribosome-Inactivating Protein
Beberapa tanaman mengandung protein sejenis Ribosome-Inactivating Protein RIP yang memiliki aktivitas RNA N-glikosidase yang dapat
menginaktivasi kerja ribosome, sehingga berpotensi memiliki sifat sitotoksik terhadap sel kanker dan dapat dikembangkan sebagai senyawa antikanker. RIP
juga memiliki kemampuan memotong DNA superkoil untai ganda menjadi bentuk nik sirkuler dan nik linier yang mempunyai aktivitas menghambat sintesis protein
pada eukariotik Ikawati, 2004.
b. Toksin
Toksin adalah substansi beracun yang dihasilkan oleh selorganisme hidup. Toksin sejenis protein yang mampu menyebabkan penyakit pada kontak
atau absorbsi dengan jaringan tubuh oleh interaksi dengan makromolekul biologi seperti enzim reseptor sel. Toksin A dan toksin B termasuk kelompok yang
disebut large clostridial exotoxins, masing-masing mempunyai karakteristik pembeda. Keduanya mengganggu sitoskeleton dari sel epitel intestinal dengan
aksi pada pengaturan protein yang terlibat dalam actin polymerization. Toksin A bertanggung jawab untuk semua gejala gastrointestinal yang berhubungan dengan
penyakit. Toksin A digolongkan enterotoksin karena menyebabkan kerusakan luas pada jaringan mukosa usus. Toksin B mempunyai aktivitas sitotoksik yang lebih
tinggi terhadap kultur sel jaringan mamalia dimana kemunculannya memerlukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
toksin A untuk menginisiasi kerusakan jaringan dan menyediakan jalan masuk toksin B ke sel intestinal Treagan, 1996. Telah dikenal beberapa jenis toksin
yang mengandung kedua fragmen tersebut yaitu : 1
Pseudomonas aeruginosa : eksotoksin A juga menghambat sintesis protein melalui faktor pemanjangan t-RNA EF-2.
2 Shigella dysenteriae : neurotoksin shiga menghambat sintesis protein melalui
unit ribosom 60S. 3
Vibrio cholerae : enterotoksin koleragen merangsang adenil-siklasa sehingga produksi adenosin monofosfat AMP siklis berlebihan dan menginduksi
hilangnya cairan dan elektrolit Johnson et al., 1994.
c. Antibodi-Imunoglobulin
Antibodi Ab merupakan suatu kelompok protein yang heterogen, terdiri dari rantai polipeptida yang dihubungkan oleh ikatan disulfida. Antibodi
digunakan oleh sistem imun untuk mengidentifikasi dan menetralkan zat asing seperti bakteri dan virus. Tiap antibodi mengenali suatu antigen spesifik yang unik
ke targetnya Johnson et al., 1994.
Gambar 2. Skema antibodi mengikat antigen
Terdapat 5 tipe antibodi yaitu IgA, IgD, IgE, IgG, IgM. Karena antibodi terdapat bebas dalam aliran darah atau terikat pada embran sel, maka
disebut bagian dari sistem imun humoral. Rancangan terapi antibodi monoklonal telah diterapkan pada sejumlah penyakit seperti rheumatoid arthritis dan
beberapa bentuk kanker, dimana mengikat hanya untuk sel kanker-antigen spesifik dan merangsang respon imunologi melawan sel kanker target. Pengikatan
antibodi pada sel tumor akan mematikan tumor dengan jalan : 1
Penempelan Ab pada reseptor Fc pada makrofag, PMN dan selanjutnya terjadi fagositosis.
2 Penempelan Ab pada reseptor Fc pada sel pembunuh dan kemudian terjadi
lisis akibat sitotoksisitas sel yang tergantung pada antibodi. 3
Pengaktifan rangkaian lengkap komplemen dan menyebabkan lisisnya tumor. 4
Pengaktifan rangkaian komplemen untuk membuat C
3b
pada permukaan sel tumor yang akan bereaksi dengan reseptor C
3b
pada makrofag dan PMN untuk menggiatkan fagositosis Johnson et al., 1994.
d. Komplemen
Komponen komplemen istilah kolektif untuk sekumpulan protein heterogen yang berperan pada pengaktifan sekuensial dengan hasil akhir
hancurnya sel sasaran. Sifatnya termolabil tidak tahan pemanasan. Sitotoksisitas seluler dengan perantaraan komplemen didahului oleh pengikatan Ab pada
antigen permukaan sel atau akibat pembentukan kompleks Ag-Ab yang menyebabkan lisisnya sel sasaran. pengaktifan komplemen dapat terjadi melalui :