Gambaran pola peresepan Obat Anti Tuberkulosis OAT pada pasien

Periode Oktober-Desember 2013 dengan pemberian OAT yang terdiri dari rifampicin, isoniazid dan pyrazinamid. Tabel IX. Distribusi jumlah Obat Anti Tuberkulosis OAT pada tiap peresepan pasien tuberkulosis di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Oktober-Desember 2013 No. Jumlah OAT tiap peresepan Jumlah peresepan n=83 Persentase 1 3 65 78,3 2 4 17 20,5 3 5 1 1,2 Total peresepan 83 100 b. Golongan Obat Anti Tuberkulosis OAT pada peresepan pasien tuberkulosis. Pengobatan tuberkulosis secara farmakologi menggunakan Obat Anti Tuberkulosis OAT. Terdapat lima golongan OAT meliputi obat golongan I lini pertama, golongan II lini kedua, golongan III golongan floroquinolone, golongan IV bekteriostatik lini kedua dan golongan V non WHO Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2011. Golongan OAT yang pada keseluruhan peresepan pasien tuberkulosis di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Oktober-Desember 2013 menggunakan golongan OAT golongan I lini pertama. OAT golongan I lini pertama yang terdiri dari isoniazid, rifampicin, pyrazinamid, ethambutol dan streptomycin merupakan obat pilihan utama atau lini pertama yang digunakan pada pasien tuberkulosis kategori 1 dan kategori 2 Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005. Tidak terdapat penggunaan golongan OAT golongan II lini kedua, golongan III floroquinolone, dan golongan IV bekteriostatik lini kedua pada peresepan pasien tuberkulosis karena golongan-golongan OAT tersebut digunakan bila telah terjadi resistensi obat pada golongan I lini pertama Dipiro et al., 2008. c. Jenis Obat Anti Tuberkulosis OAT pada peresepan pasien tuberkulosis. Jenis Obat Anti Tuberkulosis OAT yang digunakan pada peresepan pasien tuberkulosis di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Oktober-Desember 2013 ditunjukan pada Tabel X. Tabel X. Distribusi jenis Obat Anti Tuberkulosis pada tiap peresepan pasien tuberkulosis di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Oktober-Desember 2013 No Jenis OAT Jumlah jenis OAT n=267 Persentase Golongan I lini pertama 1 Isoniazid 83 31,1 2 Rifampicin 83 31,1 3 Pyrazinamide 83 31,1 4 Ethambutol 17 6,3 5 Streptomycin 1 0,4 Total jenis OAT 267 100 Berdasarkan Tabel X, jenis OAT yang paling banyak digunakan oleh pasien tuberkulosis di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Oktober-Desember 2013 adalah isoniazid 31,1, rifampicin 31,1 dan pyrazinamid 31,1. Seluruh jenis OAT yang digunakan pada penelitian ini merupakan OAT golongan I lini pertama. Isoniazid, rifampicin, pyrazinamid, ethambutol, dan streptomycin merupakan obat pilihan utama atau lini pertama pada pengobatan tuberkulosis. Banyaknya pasien tuberkulosis anak pada tahap intensif, menyebabkan penggunaan isoniazid, rifampicin, dan pyrazinamid memiliki persentase tertinggi. Pada pasien tuberkulosis anak, ethambutol tidak menjadi pilihan terapi utama. Adanya efek samping yang dapat ditimbulkan ethambutol berupa kerusakan okuler, belum dapat dideteksi pada usia anak sehingga penggunaan ethambutol pada pasien tuberkulosis kelompok anak tidak direkomendasikan Chairns, 2006. d. Kombinasi Obat Anti Tuberkulosis OAT pada peresepan pasien tuberkulosis. Prinsip penggunaan Obat Anti Tuberkulosis OAT pada pasien tuberkulosis adalah terapi kombinasi yang bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian dan kekambuhan, memutus rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi pada kuman Mycobacterium Tuberculosis Sukandar dkk, 2009. Kombinasi OAT yang digunakan pada peresepan pasien tuberkulosis di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Oktober-Desember 2013 ditunjukan pada Tabel XI. Berdasarkan Tabel XI, kombinasi OAT yang paling banyak digunakan pada peresepan pasien tuberkulosis di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Oktober-Desember 2013 adalah kombinasi isoniazid, rifampicin dan pyrazinamid 78,3. Banyaknya penggunaan kombinasi OAT yang terdiri dari isoniazid, rifampicin dan pyrazinamid terkait banyaknya jumlah pasien anak pada tahap intensif yang mendapatkan terapi OAT tuberkulosis anak Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Terdapat 1 pasien anak kategori 2 pada tahap intensif yang mendapatkan terapi OAT yang terdiri dari isoniazid, rifampicin, dan pyrazinamid. Tabel XI. Distribusi kombinasi Obat Anti Tuberkulosis OAT pada tiap peresepan pasien tuberkulosis di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Oktober-Desember 2013 No Kombinasi OAT Jumlah peresepan n=83 Persentase 1 Isoniazid + Rifampicin + Pyrazinamid 65 78,3 2 Isoniazid + Rifampicin + Pyrazinamid + Ethambutol 17 19,5 3 Isoniazid + Rifampicin + Pyrazinamid + Ethambutol + Streptomicin 1 1,2 Total peresepan 83 100 Penggunaan OAT pada pasien anak kategori 2 yang terdiri dari isoniazid, rifampicin, dan pyrazinamid mengacu pada Panduan Nasional Pengendalian Tuberkulosis 2011. Tidak digunakannya ethambutol dan streptomycin pada pasien anak kategori 2 antara lain untuk menghindari efek samping ethambutol berupa kerusakan okuler serta menghindari terjadinya resistensi OAT pada pasien anak World Health Organization, 2010. e. Cara pemberian Obat Anti Tuberkulosis OAT pada peresepan pasien tuberkulosis. Cara pemberian Obat Anti Tuberkulosis OAT yang digunakan pada peresepan pasien tuberkulosis di Instalasi Rawat Jalan Panembahan Senopati Bantul periode Oktober-Desember 2013 ditunjukan pada Tabel XII. Tabel XII. Distribusi cara pemberian Obat Anti Tuberkulosis OAT pada tiap peresepan pasien tuberkulosis di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Oktober-Desember 2013 No. Cara Pemberian OAT Jumlah OAT n=267 Persentase 1 Peroral 266 99,7 2 Intravena 1 0,3 Total OAT 267 100 Berdasarkan Tabel XII diatas, cara pemberian OAT secara per oral memiliki persentase paling besar 99,7. OAT yang digunakan pada pasien tuberkulosis dewasa kategori 1 adalah OAT-FDC Fixed Dose Combination terdiri dari rifampicin, isoniazid, pyrazinamid, dan ethambutol berbentuk tablet yang diberikan secara per oral. OAT yang digunakan pasien tuberkulosis dewasa kategori 2 berbentuk OAT-FDC terdiri dari rifampicin, isoniazid, pyrazinamid, dan ethambutol berbentuk tablet yang diberikan secara oral ditambah dengan streptomycin berbentuk injeksi yang diberikan secara intravena. OAT yang digunakan pasien tuberkulosis anak berbentuk racikan dengan dosis yang disesuaikan yang diberikan secara per oral Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Banyaknya OAT yang digunakan yang didominasi bentuk tablet dan racikan yang diberikan secara per oral, menyebabkan tingginya persentase pemeberian OAT secara per oral.

C. Studi Pustaka Interaksi Obat Pada Peresepan

Pasien Tuberkulosis Studi pustaka interaksi obat pada peresepan pasien tuberkulosis di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Oktober-Desember 2013 terdiri dari lima bagian. Bagian pertama adalah persentase interaksi obat pada peresepan pasien tuberkulosis. Bagian kedua adalah proporsi interaksi obat antara Obat Anti Tuberkulosis OAT dengan OAT dan antara OAT dengan obat lain pada peresepan pasien tuberkulosis. Bagian ketiga adalah jenis interaksi obat pada peresepan pasien tuberkulosis. Bagian keempat adalah persentase kategori signifikansi klinis interaksi obat pada peresepan pasien tuberkulosis. Bagian kelima mengenai mekanisme dan efek interaksi obat pada peresepan pasien tuberkulosis yang dikaji berdasarkan pustaka.

1. Persentase interaksi obat pada peresepan pasien tuberkulosis

Pada peresepan pasien tuberkulosis di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Oktober-Desember 2013 terdapat 308 interaksi obat. Jumlah peresepan pasien tuberkulosis di Instalasi Rawat Jalan pada periode Oktober-Desember 2013 sebanyak 83 resep yang terdiri dari 83 rekam medik atau 83 pasien. Berdasarkan Gambar 8, seluruh peresepan pasien tuberkulosis di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Oktober-Desember 2013 mengalami interaksi obat 100. Terapi utama pada pasien tuberkulosis adalah Obat Anti Tuberkulosis OAT. Penambahan obat lain selain OAT digunakan untuk mengatasi tanda dan gejala tuberkulosis, atau penyakit penyerta pada pasien tuberkulosis Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005. Gambar 8. Diagram persentase interaksi obat pada peresepan pasien tuberkulosis di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Oktober-Desember 2013 berdasarkan kajian pustaka n=83 Pasien tuberkulosis di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Oktober-Desember 2013 adalah pasien tuberkulosis kategori 1 dan 2 yang seluruhnya mendapatkan terapi OAT golongan I lini pertama yaitu rifampicin, pyrazinamid, isoniazid, ethambutol dan streptomycin, yang diberikan secara kombinasi. Obat-obat pada terapi utama pasien tuberkulosis yaitu OAT golongan I lini pertama memiliki potensi mengalami interaksi saat diberikan secara bersamaan Chelmow et al., 2014, Tatro, 2007 dan Hansten and Horn, 2002. Interaksi yang terjadi pada OAT golongan I lini pertama antara lain interaksi antara rifampicin dan isoniazid, rifampicin dan pyrazinamid, rifampicin dan streptomycin, serta isoniazid dan pyrazinamid. Adanya interaksi-interaksi obat yang terjadi pada OAT golongan I lini pertama menyebabkan keseluruhan peresepan pasien tuberkulosis di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Oktober-Desember 2013 berpotensi mengalami interaksi obat.

2. Proporsi interaksi obat antar Obat Anti Tuberkulosis OAT dan antara

OAT dengan obat lain pada peresepan pasien tuberkulosis Proporsi interaksi obat antara Obat Anti Tuberkulosis OAT dengan OAT dan antara OAT dengan obat lain di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Oktober-Desember 2013 ditunjukan pada Gambar 9. Berdasarkan Gambar 9, interaksi obat OAT dengan OAT memiliki persentase yang lebih tinggi 81,2 dibandingkan dengan interaksi obat antara OAT dengan obat lain 18,8.

Dokumen yang terkait

Evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUD Panembahan Senopati Bantul.

0 1 50

Evaluasi peresepan antibiotika pada pasien diare dengan metode gyssens di instalasi rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode April 2015.

0 4 213

Evaluasi interaksi penggunaan obat hipoglikemi pada pasien rawat inap di Bangsal Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Agustus 2015.

0 1 92

Evaluasi interaksi penggunaan obat antihipertensi pada pasien rawat inap di Bangsal Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Agustus 2015.

0 4 109

Evaluasi penggunaan obat Hipoglikemia pada pasien di instalasi rawat inap bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus 2015.

1 6 117

Studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember 2013.

7 45 147

Evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUD Panembahan Senopati Bantul

0 0 48

Studi pustaka interaksi obat pada peresepan pasien tuberkulosis di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Oktober-Desember 2013 - USD Repository

0 0 140

Studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien diabetes melitus tipe 2 di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember 2013 - USD Repository

0 1 205

Studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien hipertensi di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember tahun 2013 - USD Repository

0 0 144