BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
1. Karakteristik pasien tuberkulosis, kejadian tuberkulosis terbanyak pada
kelompok umur anak 0-14 tahun sebanyak 66 pasien 79,5. Jenis kelamin terbanyak adalah perempuan sebanyak 44 kasus 53 dan kategori pasien
terbanyak adalah kategori 1 sebanyak 81 kasus 97,6. 2.
Gambaran pola peresepan pasien tuberkulosis, penggunaan obat yang paling banyak adalah OAT sebanyak 267 obat 71,8 dan cara pemberian yang
paling secara peroral sebanyak 365 obat 98,1. Keseluruhan peresepan pasien tuberkulosis menggunakan OAT golongan I lini pertama 100. OAT
yang paling banyak digunakan adalah rifampicin 31,1, isoniazid 31,1, dan isoniazid
31,1. Cara pemberian OAT terbanyak adalah secara per oral 99,7.
3. Peresepan pasien tuberkulosis di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan
Senopati Bantul periode Oktober-Desember 2013 keseluruhan potensial mengalami interaksi obat, antara lain interaksi antara rifampicin dengan
isoniazid, rifampicin dengan pyrazinamid dan isoniazid dengan pyrazinamid,
93
terdapat interaksi farmakodinamik sebanyak 5 interaksi 33,3 dan interaksi farmakokinetik sebanyak 10 interaksi 66,7.
4. Kategori signifikansi klinis interaksi obat pada peresepan pasien tuberkulosis
menurut Medscape Drug Interaction Chacker yang terbanyak adalah signifikan sebanyak 6 kasus. Menurut Drug Interaction Facts, signifikansi
klinis interaksi obat yang terbanyak adalah kategori signifikansi klinis interaksi obat 1 sebanyak 3 kasus dan menurut Managing Clinically
Important Drug Interactions, signifikansi klinis interaksi obat kategori ketiga sebanyak 5 kasus.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran kepada penelitian selanjutnya adalah perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai studi pustaka interaksi obat secara prospektif pada peresepan pasien tuberkulosis. Saran yang diberikan kepada pihak RSUD Panembahan Senopati
Bantul adalah perlu dilakukan monitoring terhadap efek interaksi obat pada peresepan pasien tuberkulosis. Interaksi obat yang menghasilkan efek hepatotoksik
dapat dilakukan monitoring melalui pemerikasaan SGPT-SGOT.
DAFTAR PUSTAKA
Albert, P., 2008, Drug-Drug Interaction in Pharmaceutical Development, John Wiley and Sons, USA, pp.1-5.
Aller et al, 2009, Structure of P-glycoprotein Reveals a Molecular Basis for Poly- Specific Drug Binding, NIH Public Access, 1718-1722
Angger, R., 2007, Kerasionalan Pengobatan Tuberkulosis Paru Pada Pasien Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan RS Bethesda Yogyakarta Tahun 2005 Yang
Mengacu Pada Standar Penanggulangan Tuberkulosis Depkes RI Dan Standar WHO, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Aschenbrenner, D.S., and Venable, S.J., 2009, Drug Therapy in Nursing, 3
rd
edition, Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia, pp.61-63.
Becker, D.E., 2011, Advers Drug Interactions, Anesth Prog, Dayton, Oiho, 31-40 Baxter, K., 2010,
Stokley’s Drug Interactions, Ninth edition, Pharmaceutical Press,
China, pp. 13-15. Chairns, D., 2006, Intisari Kimia Farmasi, Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta, hal: 103. Chelmow, D., Geibel, J., Grimm, L., Harris, J.E., Maron, D.J., Meyers, A.D., et al.,
Drug Interaction Checker, Medscape, http:reference.medscape.comdrug- interactionchecker, diakses tanggal 6 Agustus 2014
Citraningtyas, S., 2009, Evaluasi Pengobatan Pada Pasien Tuberkulosis Anak Di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Magelang Kunjungan Pertama Januari-
April 2007, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Tuberkulosis, Direktorat Bina Kefarmasian dan Alat, Kesehatan
Departemen Kesehatan RI, Jakarta, hal: 60-70. Departemen
Kesehatan Republik
Indonesia, 2007,
Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, hal: 3- 8.
Departemen Kesehatan
Republik Indonesia,
2011, Pedoman
Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, hal: 6-
29.