Prinsip pengobatan Pengobatan Tuberkulosis
golongan I lini pertama yang umum dipakai adalah rifampicin R, isoniazid H, pyrazinamid Z, ethambutol E, dan streptomycin S Departemen Kesehatan
Republik Indonsia, 2011. Rifampicin, isoniazid, pyrazinamid, dan streptomycin bersifat bakterisid
sedangkan ethambutol bersifat bakteriostatik. Isoniazid bekerja dengan mengganggu sintesa mycolic acid yang diperlukan dalam membangun dinding sel bakteri sehingga
membunuh 90 populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Rifampicin bekerja dengan membunuh kuman semi dormant yang tidak dapat
dibunuh oleh isoniazid. Mekanisme kerja rifampicin dengan mengganggu sintesis RNA polimerasi bakteri. Pyrazinamid bekerja dengan membunuh kuman yang berada
dalam sel dengan suasana asam. Mekanisme aksi obat ini didasarkan pada pengubahannya menjadi asam pyrazinamidase yang berasal dari basil tuberkulosa.
Mekanisme aksi ethambutol dengan menghambat sintesis RNA pada kuman yang sedang membelah serta menghindarkan terbentuknya mycolic acid pada dinding sel
bakteri. Streptomycin bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman lewat jalan pengikatan pada RNA ribosomal, sehingga dapat membunuh kuman yang sedang
melakukan pembelahan Sukandar dkk, 2009. Penggunaan obat-obat golongan II, III, dan IV seperti para aminosalisilat,
kanamicin, rifabutin, levofloxacin, ciprofloxacin, ofloxacin, dan etionamid digunakan bila terjadi resistensi obat golongan I lini pertama. Rifabutin digunakan sebagai
alternatif untuk rifampicin dalam pengobatan kombinasi OAT Departemen Kesehatan Republik Indonsia, 2011.
Tabel II. Golongan Obat Anti Tuberkulosis OAT Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011
Golongan I lini pertama
Golongan II lini kedua
Golongan III golongan
floroquinolone Golongan IV
bekteriostatik lini kedua
Golongan IV non WHO
Isoniazid, rifampicin,
pyrazinamid, ethambutol,
streptomycin Kanamycin,
amikacin, capreomycin
Ofloxacin, levofloxacin,
moxifloxacin Ethionamide,
prothionamide, cycloserine,
para amino salisilat,
terizidone Clofazimine,
linezolid, amoxilin-
clavulanate, thioacetazone,
clarithromycin, imipenem
Panduan OAT-FDC yang digunakan berdasarkan Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis 2011 yaitu pasien tuberkulosis kategori 1 mendapat
terapi 2HRZE4HR3, pasien tuberkulosis kategori 2 mendapat terapi 2HRZESHRZE5HR3E3, kategori anak 2HRZ4HR dan kategori sisipan. Dosis
OAT disesuaikan dengan berat badan pasien dan dikemas dalam 1 paket untuk 1 pasien Departemen Kesehatan Republik Indonsia, 2011.
Paket kombipak terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam 1 blister harian, yaitu rifampicin, isoniazid, pyrazinamid, dan ethambutol. Sedangkan OAT FDC dan
penggunaannya dijelaskan antara lain sebagai berikut.