Proporsi jenis interaksi obat pada peresepan pasien tuberkulosis
Gambar 12. Diagram proporsi jenis interaksi farmakodinamik pada peresepan pasien tuberkulosis di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati
Bantul periode Oktober-Desember 2013 berdasarkan kajian pustaka n=5 4.
Distribusi kategori signifikansi klinis interaksi obat pada peresepan pasien tuberkulosis
Kategori signifikansi klinis interaksi obat pada peresepan pasien tuberkulosis di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Oktober-
Desember 2013 yang dikaji berdasarkan pustaka Medscape Drug Interaction Chacker Chelmow et al, 2014, Drug Interaction Facts Tatro, 2007 dan Managing
Clinically Important Drug Interactions Hansten dan horn, 2002 ditunjukan pada Tabel XIII.
Menurut Chelmow et al. 2014, kategori signifikansi klinis interaksi obat serius, kombinasi obat tidak dapat digunakan karena dapat membahayakan keadaan
pasien dan dibutuhkan alternatif obat lain yang tidak membahayakan kondisi pasien.
Kategori signifikansi klinis interaksi obat signifikan, diperlukan adanya modifikasi dosis dan modifikasi waktu pemberian antara kedua obat, serta diperlukan
monitoring khusus pada kombinasi obat yang diberikan. Kategori signifikansi klinis interaksi obat minor kombinasi obat dapat diberikan karena tidak menimbulkan efek
berbahaya bagi pasien.
Tabel XIII. Distribusi kategori signifikansi klinis interaksi obat pada pada peresepan pasien tuberkulosis di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan
Senopati Bantul periode Oktober-Desember 2013 berdasarkan pustaka No
Kategori signifikansi klinis interaksi obat
∑ Kategori signifikansi klinis interaksi obat
Kajian pustaka signifikansi klinis berdasarkan Chelmow et al, 2014 1.
Serius 3
2. Signifikan
6 3.
Minor atau tidak signifikan 5
Kajian pustaka signifikansi klinis berdasarkan Tatro, 2007 1.
Kategori signifikansi klinis 1 3
2. Kategori signifikansi klinis 2
- 3.
Kategori signifikansi klinis 3 -
4. Kategori signifikansi klinis 4
1 5.
Kategori signifikansi klinis 5 5
Kajian pustaka signifikansi klinis berdasarkan Hansten dan horn, 2002 1.
Kategori signifikansi
klinis pertama
- 2.
Kategori signifikansi
klinis kedua
- 3.
Kategori signifikansi
klinis ketiga
5
Menurut Medscape Drug Interaction Chacker 2014, pada peresepan pasien tuberkulosis di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul periode
Oktober-Desember 2013 terdapat kategori signifikansi klinis interaksi obat serius sebanyak 3 interaksi obat yaitu interaksi antara rifampicin dan isoniazid, rifampicin
dan prednisolon, serta rifampicin dan dexametasone. Terdapat signifikansi klinis interaksi obat signifikan sebanyak 6 interaksi obat yaitu interaksi antara rifampicin
dan streptomycin, rifampicin dan zidovudin, isoniazid dan prednisolone, isoniazid dan ciproheptadine, isoniazid dan dexametasone, serta isoniazid dan acetaminophen.
Sedangkan kategori signifikansi klinis interaksi obat minor terdapat 5 interaksi obat yaitu antara isoniazid dan pyridooxin, rifampicin dan natrium diclofenak, rifampicin
dan acetaminophen, isoniazid dan pyridoxin, serta isoniazid dan insulin Chelmow et al. 2014.
Manurut Drug Interaction Facts 2007, kategori signifikansi klinis interaksi obat 1 yang memiliki tingkat keparahan major, kombinasi obat harus dihindari karena
memiliki risiko yang berpotensi mengancam jiwa individu atau dapat mengakibatkan kerusakan yang permanen. Dokumentasi mengenai interaksi obat meliputi
established, probable atau suspected. Kategori signifikansi klinis interaksi obat 4 memiliki tingkat keparahan major, kombinasi obat memerlukan terapi tambahan
karena dapat menimbulkan efek berbahaya dengan mengubah respon farmakologi individu. Dokumentasi mengenai interaksi yaitu possible. Kategori signifikansi klinis
interaksi obat 5 yang memiliki tingkat keparahan minor, kombinasi obat dapat
menghasilkan efek yang ringan, respon klinik pasien dapat mengalami perubahan atau tidak. Dokumentasi mengenai interaksi yaitu possible Tatro, 2007.
Menurut Drug Interaction Facts 2007, pada peresepan pasien tuberkulosis di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Oktober-
Desember 2013 terdapat kategori signifikansi klinis interaksi obat 1 sebanyak 3 interaksi obat yaitu antara rifampicin dan isoniazid, rifampicin dan prednisolone,
serta rifampicin dan dexametasone. Terdapat kategori signifikansi klinis interaksi obat 4 sebanyak 1 interaksi obat yaitu antara rifampicin dan zidovudin. Sedangkan
kategori signifikansi klinis interaksi obat 5 terdapat 5 interaksi obat yaitu antara rifampicin dan pyrazinamid, rifampicin dan acetaminophen, isoniazid dan
prednisolone, isoniazid dan acetaminophen, serta isoniazid dan dexametasone. Tidak terdapat kategori signifikansi klinis interaksi obat 2 dan 3 pada peresepan pasien
tuberkulosis Tatro, 2007. Berdasarkan Managing Clinically Important Drug Interactions 2002,
signifikansi klinis interaksi obat kategori ketiga merupakan kombinasi obat yang memberikan resiko yang kecil dan manfaat yang lebih banyak. Pasien harus
dimonitoring selama penggunaan kombinasi obat. Pada peresepan pasien tuberkulosis di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Oktober-
Desember 2013 terdapat signifikansi klinis interaksi obat kategori ketiga sebanyak 5 interaksi obat yaitu antara rifampicin dan isoniazid, rifampicin dan pyrazinamid,
rifampicin dan prednisolone, rifampicin dan zidovudine, serta isoniazid dan
prednisolone. Tidak terdapat kategori signifikansi klinis interaksi obat ketegori pertama dan kedua Hansten dan Horn, 2002.