Aktor-aktor gerakan GELOMBANG BARU PRO PENETAPAN

Sekber Keistimewaan saat pelaksanaan salah satu aksi simboliknya Sumber:http:detik.com Ada pemahaman bersama bahwa pemerintah pusat adalah penjajah baru. Keberadaan pemerintah pusat saat ini melalui Presiden SBY, Kabinet Indonesia Bersatu, dan Partai Demokrat adalah representasi penjajah. Keberadaan mereka sama saja dengan pemerintah kolonial pada masa Hindia Belanda. Hasto sempat mengkoordinasikan sebuah acara penyobekan bendera Belanda melalui jejaring sosial Facebook. Salah seorang rekannya mengkritik bahwa penyobekan bendera Belanda sudah tidak relevan. Pada saat pelaksanaan acara, adegan penyobekan bendera tidak jadi dilaksanakan.

2. Aktor-aktor gerakan

Para aktivis Sekber adalah orang-orang yang berdomisili di kawasan perkotaan Yogyakarta dengan beragam latar belakang. Karakteristik ini berbeda dengan kelompok perangkat desa yang tinggal di pedesaan dan mempunyai latar belakang yang relatif sama. Pengusaha, spiritualis, dan seniman adalah profesi-profesi para aktivis ini. Keragaman tidak hanya terlihat dalam latar belakang profesi, tapi juga etnisitas dan religi. Julius Felicianus Tualaka, pemilik Galang Press yang menyediakan kantor penerbitannya sebagai ‘base camp’ adalah warga Yogyakarta yang berasal dari Nusa Tenggara Timur NTT. Demikian juga Ki Demang Syafifudin, adalah orang Sunda yang tinggal di Yogyakarta. Walaupun mereka mempunyai latar belakang yang berbeda, orang-orang ini adalah warga Yogyakarta yang berdomisili dan mempunyai mata pencaharian di Yogyakarta. Sebagai contoh, Cak Harno warga keturunan Madura yang memimpin kelompok FJR Forum Jogja Rembug. Kelompok ini bergerak di bidang usaha keamanan dan lahan parkir. Hasto mengungkapkan,“Kita memang tidak ingin primordial. Lha ini orang NTT sambil menunjuk Julius. Pak Tagor itu orang Batak. Cak Harno itu Madura. Orang-orang itu malah militan. Mereka nggak terima Yogya diperlakukan seperti ini”. Menegaskan tentang pluralnya latar belakang rekan- rekannya di Sekber, Hasto menyatakan; “Kita memang ingin melunturkan kesan primordial”. Sangat kontras dengan karakteristik gelombang kelompok Pro Penetapan sebelumnya yaitu Ismaya yang mewakili golongan perangkat desa membentuk corak tertentu yang terlihat.59 Maka, massa yang terhimpun oleh kelompok perangkat desa ini menampakan ciri yaitu, jawa, pedesaan, dan sangat terikat dengan tradisi budaya jawa. Selain itu, pengembangan gagasan atas keaslian Yogyakarta juga mulai mengarah ke meliyankan para pendatang yang tidak 59Kelompok besar yang berbasis masyarakat pedesaan ini turun-temurun menempati wilayah dan terikat dengan tradisi yang erat dengan keberadaan Kraton. Pembacaan atas karakteristik masyarakat dari golongan ini terlihat dari kepanjangan arti dari Ismaya ing sedya mematri aslining Ngayogyakarta, yang mengungkapkan bagaimana mempertahankan keaslian Yogyakarta. Paparan lebih lanjut tentang dimensi politik identitas dalam wacana Keistimewaan Yogyakarta dalam Mashudi, Wawan. “Komodifikasi Identitas: Reproduksi Wacana Asli dan Pendatang dalam Debat Keistimewaan DIY,” dlm. Politik Identitas: Agama, Etnisitas, dan RuangSpace dalam Dinamika Politik di Indonesia dan Asia Tenggara. Salatiga: Percik, 2009. memahami keistimewaan Yogyakarta. Secara tidak langsung para pendatang telah dicurigai menjadi penghambat dalam wacana penetapan. Julius mengungkapkan; “Saya pernah ditanya oleh seseorang, kenapa anda yang bukan orang Jawa dan beragama Katolik justru mendukung keberadaan Kraton di Jawa yang mencerminkan Kerajaan Islam? Memangnya ada masalah apa?, kata saya”.60 Di lain kesempatan Demang juga mengungkapkan, “Saya justru salut pada rekan-rekan yang beragama nasrani. Mereka mendukung satu-satunya Kerajaan Islam yang masih hidup di Indonesia”. Sebagian aktivis memang mempunyai latar belakang non-muslim. Hal yang mengembangkan motivasi mereka lebih dilandasi karena mereka adalah warga Yogyakarta. Keragaman latar belakang di Sekber menjadi wajar karena kondisi sosial Kota Yogyakarta memang plural. Kota Madya Yogyakarta dan sekitarnya di Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul terdapat ratusan sekolah dan perguruan tinggi yang menyedot ribuan orang dari luar daerah. Sebagian dari mereka tetap tinggal di Yogyakarta untuk bekerja atau berkeluarga. Para aktivis Sekber yang berasal dari luar daerah, selain bekerja di Yogyakarta juga mempunyai istri orang Yogyakarta. Beberapa orang yang terlibat di kelompok pro-penetapan memang mempunyai hubungan kedekatan dengan Kraton baik melalui kekerabatan atau hubungan kerja. Tagor, salah satu yang terlibat di Sekber, dalam suatu pertemuan 60Wawancara, Julius, Desember 2011 Sekber yang dihadiri banyak orang pernah mengatakan bahwa dia melakukan komunikasi dengan keluarga besar Kraton. Hubungan-hubungan kedekatan dengan Kraton ini menjadi pengalaman keseharian mereka dalam memainkan peran mereka baik secara ekonomis, politis, maupun kultural. Sebagai contoh, Pak Bei Tato adalah representasi sebagian golongan masyarakat pendukung penetapan. Sebagai abdi dalem, posisinya adalah pelayan tradisi kraton yang mempunyai loyalitas yang tinggi terhadap rajanya. Pak Bei yang pernah menjadi komandan Banser NU ini juga mengikuti Pisowanan Ageng 1998, yang dia sebut sebagai Gerakan Rakyat Yogyakarta GRY. Suasana paguyuban terbentuk dalam interaksi pribadi. Kesamaan tujuan untuk mendukung penetapan membawa mereka dalam suasana keakraban. Orang-orang dengan perbedaan latar belakang ini menjadi saling mengenal. Suasana paguyuban ini menciptakan keakraban sehingga tercipta kedekatan yang membuat mereka mengakses bidang-bidang lain di luar keseharian mereka. Isu tentang keistimewaan tidak selalu menjadi topik pembicaraan. Dunia bisnis, spiritualitas, kenalan, hantu dan hal-hal lain menjadi topik yang sering muncul dalam pembicaraan-pembicaraan informal mereka. Pergaulan di komunitas pro penetapan ini justru memperkuat jaringan mereka. Seperti yang terlihat di dalam pergaulan, banyak orang dari berbagai latar belakang ini berkumpul untuk mereka dengan mengenal satu sama lain. Saat saya melakukan wawancara dengan Demang, dia mengungkapkan bahwa dia mempunyai bisnis jasa persewaan,“Kalau anda ada event, bisa kontak saya,” ujarnya. Kelompok ini lebih menjadi semacam forum yang menghimpun beberapa orang. Kemudian, forum ini membesar karena semakin banyak orang yang terlibat di dalamnya. Semisal, Demang yang menjadi aktivis di Forum Persaudaraan Umat Beriman FPUB dan Komunitas Sunda Wiwitan, kelompok etnis Sunda di Yogyakarta. Kemudian, Cak Harno yang mempunyai organisasi bernama Forum Jogja Rembug FJR, sebuah kelompok yang bergerak di bisnis lahan parkir dan bisnis lainnya.

3. Kelompok Elit Gerakan