RUMUSAN MASALAH TUJUAN PENELITIAN MANFAAT PENELITIAN KERANGKA TEORITIS

nation. Sedangkan bangsa adalah sebuah komunitas yang dibayangkan imagined community oleh sejumlah orang yang merasa diikat oleh sejarah, bahasa, budaya, dan teritori yang sama. Dikenal pula negara bangsa nation-state yang menjadi umum kita kenal saat ini, dimana kebangsaan menjadi sumber pembentukan suatu organisasi negara yang dijalankan oleh aparatur. Sudut pandang dalam penulisan ini kurang dikembangkan oleh penulisan- penulisan kajian-kajian Keistimewaan Yogyakarta yang cenderung terseret dalam kotak dikotomi ‘pro’ dan ‘kontra’, dengan terburu-buru memberikan solusi-solusi praktis soal penentuan jabatan gubernur dan wakil gubernur sebagai pintu akhir model keistimewaan. Disisi lain, penulisan ini adalah suatu upaya untuk tidak menyerah pada definisi-definisi kaku, yang pada hakikatnya definisi selalu berkembang dan tidak pernah selesai.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana genealogi Wacana Keistimewaan Yogyakarta? 2. Bagaimana mekanisme-mekanisme kuasa pada konstelasi antar subyek? 3. Bagaimana produksi pengetahuan soal kebenaran?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Menjabarkan perkembangan wacana kedaulatan monarki di Jawa, khususnya di Yogyakarta dari masa pra-kolonial, kolonial, dan paska- kolonial untuk mencermati hubungan-hubungan kekuasaan yang melingkupinya. Pemaparan ini sekaligus memberikan alternatif cara membaca sejarah secara kritis dengan metode genealogi agar masa lalu menjadi pengetahuan yang menjadi pijakan untuk masa kini dan kebijakan masa depan, bukan sekedar legitimasi politik. 2. Memaparkan bagaimana dinamika Gerakan Keistimewaan Yogyakarta yang terwujud melalui kelompok Pro Penetapan saat mempengaruhi pewacanaan tentang Yogyakarta. Pemaparan ini sekaligus membongkar bagaimana sebuah gerakan menciptakan strategi, teknik, dan mekanisme kuasa sebagai perwujudan perlawanan terhadap pemahaman dan pihak tertentu yang bersebrangan. 3. Mengurai bagaimana produksi pengetahuan tentang kebenaran dalam konteks relasi kuasa yang terwujud melalui hubungan-hubungan rumit antara Wacana Keistimewaan Yogyakarta, bertumbuhnya Gerakan Keistimewaan Yogyakarta.

D. MANFAAT PENELITIAN

Bagi pengembangan Kajian Budaya dan ilmu sosial-humaniora yaitu ikut mengaplikasikan sudut pandang keilmuan dalam melihat fenomena masyarakat. Secara khusus, penelitian ini penting bagi kajian politik lokal untuk memperkaya sudut pandang saat melihat fenomena sosial-politik dan kemunculan sebuah gerakan sosial. Untuk masyarakat yang ingin lebih memperdalam pengetahuan mengenai sejarah Yogyakarta, penulisan ini bisa menjadi alternatif. Sedangkan, bagi pihak- pihak yang terlibat dalam penentu kebijakan, penelitian ini bermaksud memberikan kontribusi pemahaman agar ada sudut pandang yang kritis.

E. KERANGKA TEORITIS

Foucault menawarkan sudut pandang yang cukup luas untuk menganalisis wacana dengan cara menggambarkan strukturnya dan membedah aspek-aspeknya. Formulasi teori ini bertujuan menjabarkan bagaimana perspektif wacana, kuasa, dan pemerintahan yang berlangsung dalam problematika Keistimewaan Yogyakarta. Foucault mengungkap bahwa kuasa terwujud dalam pengetahuan, yang menjadi dasar menentukan kebenaran. Pengetahuan adalah sebuah sistem yang menggerakkan dan mengatur prosedur yaitu; produksi, regulasi, distribusi, sirkulasi, dan tindakan-tindakan pewacanaan. Pengetahuan dengan sengaja diciptakan untuk menguasai dengan dijadikan alat untuk menaklukkan. Misalnya, pengetahuan tersebut menjadi legitimasi bagi kelompok tertentu untuk menguasai kelompok lainnya. Cara bekerja kekuasaan dalam pengetahuan adalah penggolongan normal dan abnormal. Sekelompok orang normal dengan dalil ilmiah, menentukan norma dan menyingkirkan abnormalitas. Orang-orang yang dianggap abnormal menjadi obyek terdominasi. Mereka menjadi sasaran dari praktek-praktek normalisasi melalui institusi atau pengetahuan tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan mendefinisikan dikotomi kaku sehingga kekuasaan terbentuk menjadi permainan benar dan salah. Sifat kuasa itu menyebar, tidak tunggal. Daya-daya kuasa ada di setiap hubungan-hubungan sosial. Kuasa tidak hanya daya yang mensubordinasi sekelompok orang atau institusi-institusi yang beroperasi di ranah politik. Kuasa juga dipahami sebagai sebuah proses yang menggerakkan dan mengaktifkan bentuk-bentuk aksi, relasi atau susunan sosial. Menganalisis dengan sudut pandang Foucault yaitu berpikir secara konstruktivistik terhadap pengetahuan dengan membedah bangunan pengetahuan tertentu. Hubungan erat antara kekuasaan dan pengetahuan menunjukkan adanya problematisasi dalam setiap aspek kehidupan. Problematisasi tersebut tidak alamiah melainkan konstruksi dari relasi kuasa yang membingkainya secara historis. Oleh karena itu Foucault menawarkan suatu metode yang disebut genealogi. Genealogi adalah alternatif pendekatan atau cara berpikir dengan cara menyusun konstitusi objek dengan latar belakang sejarah yang kemudian membentuk konsep yang ada pada saat ini. 3 Singkatnya, genealogi dimaknai sebagai berikut; 1 Metode penelusuran historis. Metode ini tidak bertujuan untuk mengetahui jalinan sejarah yang linear dan evolutif. Sebaliknya, genealogi berurusan dengan pengetahuan yang spesifik dan terkait lokalitas tertentu. 2 Penelusuran sejarah yang investigatif. Genealogi tidak menaruh perhatian pada sejarah subyek yang seakan berkembang alamiah, sebagaimana menjadi ciri khas penelusuran sejarah pada umumnya. Genealogi justru mencurigai semua hal yang seakan-akan sudah lazim. 3 Sejarah masa kini. Genealogi tidak sekedar menarasikan sejarah, tapi sejarah menjadi alat untuk menelusuri masa kini. Foucault sendiri merumuskan tujuan genealogi yaitu pengungkapan karakter masa kini yang berkait erat antara pengetahuan dengan aksi politik. 3Michel Foucault. “About the Beginnings of the Hermenuetics of the Self: Two Lectures at Dartmouth.” Political Theory 1993: 198-227. Sebenarnya Foucault mengungkap dua manfaat genealogi. Pertama, mengetahui masa kini dengan memahami produksi-produksi pengetahuan yang menjadi karakter realitasnya. Kedua, dengan genealogi, realitas ini ditransformasikan dengan membuka kemungkinan-kemungkinan baru dalam pemikiran dan tindakan. Seakan Foucault ingin menganjurkan untuk melihat realitas masa kini dan merefleksikannya dengan mempertanyakannya. Dalam genealogi, Foucault menaruh perhatian pada teknik atau teknologi, yaitu mekanisme yang tersusun dalam praktek-praktek untuk membentuk subyek dengan pengelolaan atau manipulasi tertentu. Foucault menyatakan 1993: 203 bahwa ada tiga tipe utama teknik, yaitu; 1 teknik-teknik yang membuat seseorang untuk memproduksi, mentransformasi, dan memanipulasi banyak hal, 2 teknik- teknik yang membuat seseorang menggunakan sistem tanda, 3 teknik-teknik untuk menentukan perilaku orang-orang untuk mencapai tujuan tertentu. Teknik- teknik ini disebut; teknik produksi, teknik manipulasi objek, teknik signifikansi atau komunikasi, dan teknik dominasi. Teknik tersebut misalnya terwujud dalam pernyataan-pernyataan yang secara lisan maupun tulisan yang mewakili pendapat resmi. Teknik-teknik ini terangkai bersama dalam relasi yang kompleks. Melalui analisis pada teknik-teknik, mekanisme-mekanisme penting untuk mengartikulasikan kuasa yang menyusun subyek agar tersubyektivasi. Maka, menjadi penting untuk menengarai teknik-teknik ini serta mekanismenya. Caranya, dengan mengurai teknologi politik yaitu; teknik, strategi, dan rasionalitas suatu pihak tertentu. Teknologi politik ini bisa diketahui dengan Pendisiplinan adalah tujuan yang ingin dicapai dari aplikasi teknologi diri. Daya-daya pendisiplinan tersebar dimana saja untuk mengorganisir dan mengatur ‘tubuh-tubuh’ individu agar rapi dan teratur. Teknik ini nampak dalam keseharian seperti yang terlihat dalam sekolah, rumah sakit, penjara, dan barak militer, yaitu saat subyek diproduksi seakan-akan mereka yang mengatur diri mereka sendiri untuk melayani tujuan tertentu. Jadi, dengan mengetahui teknik-teknik yang bekerja untuk ‘membentuk’, sehingga kita memahami bagaimana kita hidup dan berpikir. Teknik-teknik ini membentuk subyek dengan: 1 memproduksi dan mengorganisir lingkungan dimana para individu hidup, 2 menyusun sistem simbol yang signifikan dengan tujuan memaksa individu untuk menciptakan pemahaman yang masuk akal untuk diri mereka sendiri berdasarkan skema konseptual tertentu, dan 3 menekan dengan kontrol langsung terhadap aksi dan kebiasaan manusia dengan cara yang akhirnya membentuk pengalaman keseharian, tingkah laku, dan kebiasaan individu dalam konteks masyarakat tertentu. Teknik pembentukan diri pasti terjadi dalam setiap peradaban. Teknik- teknik ini terbentuk nyata menjadi prosedur yang menganjurkan atau menetapkan aturan-aturan tertentu untuk membentuk individu dalam rangka untuk membentuk identitasnya, mengelolanya, dan merumuskannya dalam istilah-istilah tertentu Foucault 1997: 87. Proyek yang ingin dicapai oleh Foucault dengan mengurai teknik-teknik pembentukan diri yaitu kembali pada tujuan genealogi, memahami sejarah pembentukan subyek yang selalu terkait dengan konteks wacana kuasa yang membentuknya.

F. TINJAUAN PUSTAKA