Wuwungan ini tidak memberikan dampak positif, tetapi dampak negatif berupa memungkinkan terjadinya iritasi karena jika bilasan terakhir tidak bersih dari
sisa – sisa sampoo atau sabun yag ada pada rambut maka bisa masuk kemata. Kebiasaan wuwungan ini tidak sesuai dengan teori diatas bahwa salah satu
menjaga kebersihan diri untuk mencegah infeksi dan alergi kulit. Sedangkan dalam penelitian ini menjaga kebersihan diri dengan mandi memiliki tujuan yang tidak
memiliki dasar atau alasan kesehatan yang tepat.
5.2.3. Pemakaian Pilis
Pada masyarakat suku Karo, untuk mencegah mata kabur para wanita postpartum menggunakan jahe pahing selama masa nifasnya. Berbeda dengan
masyarakat suku Jawa yang hanya mengoles pilis pada kening, masyarakat suku Karo melakukan penetesan air jahe langsung ke mata untuk mencegah mata kabur Sari,
2004. Ibu nifas suku Jawa mengoleskan pilis yang terbuat dari kunyit dan kapur, yang mana menurut Marsito 2008, kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat
sebagai obat, yang disebut kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin, desmetoksikumin dan bisdesmetoksikurkumin.
Pemakain pilis dilihat dari dampak positifnya yaitu jika dihubungkan dengan kesehatan mata maka tidak ada, tetapi dampak negatifnya bagi ibu nifas yang kulitnya
sensitif terhadap kapur maka dapat menyebabkan alergi.
5.2.4. Tapelan
Usaha untuk mengembalikan bentuk perut seperti sebelum hamil dilakukan oleh informan dengan menggunakan tapelan pada perut yang mana tapelannya
Universita Sumatera Utara
menggunakan kapur sirih yang ditambah perasan jeruk nipis kemudian dibalut dengan gurita, untuk menambah kencangnya balutan tersebut informan ada yang
menambahkan balutan stagen atau kain panjang untuk memperketat dan mempercepat reaksi untuk mengecilkan perut dan mengembalikan bentuk tubuh menjadi ideal.
Rasa panas dari kapur dan perasan jeruk yag dirasakan merupakan tanda reaksi untuk mengecilkan perut. Menurut informan jika tidak dilakukan tapelan ini maka akan
menyebabkan perut ibu kembang dan besar yang akhirnya akan menurunkan daya tarik atau keindahan tubuh ibu nifas.
Jika dilihat dari sisi positifnya tapelan ini tidak ada manfaatnya namun jika dilihat dari sisi negatifnya tapelan yang terbuat dari perasan air jeruk nipis dan kapur
ini dapat menyebabkan alergi bahkan akan mengganggu kenyamanan ibu karena susah untuk berjalan, buang air kecil dan buang air besar. Bahkan ada informan yang
mengatakan karena susahnya memakan tapelan dan stagen maka buang air kecil dan besar terkadang ditahan – tahan. Sehingga hal ini dapat menggangu proses
metobolisme tubuh. Informan melakukan hal ini karena tradisi dan karena informan merasakan
manfaatnya bahwa dengan tapelan akan merasa lebih sehat dan perutnya terasa kencang, yang mana hal ini juga ada dalam kutipan Hargono 1995 bahwa Pada
masyarakat tradisional lainnya, perawatan untuk melangsingkan atau merampingkan perut juga dilakukan dengan menggunakan tapel yang diairi dengan perasan air jeruk
nipis.
Universita Sumatera Utara
Namun dipandang dari sudut kesehatan, Selama dua jam pertama segera setelah post partum adanya gurita akan menyulitkan petugas pada saat memeriksa
fundus apakah berkontraksi dengan baik atau tidak Prawirohardjo A, 2002. Padahal
Otot - otot perut dapat kembali mengencang dengan latihan otot perut, latihan ini dapat berupa kegel exercise Handayani, 2003.
Hal ini juga didukung oleh pendapat Endjun 2002 bahwa pemasangan gurita tidak baik untuk kesehatan ibu serta mengganggu kenyamanan ibu.
Pemasangan gurita yang terlalu ketat dalam jangka waktu yang lama menyebabkan aliran darah di tungkai kurang lancar sehingga tungkai terasa sakitbengkak.
5.2.5 Kusuk