seperti sebelum hamil dan agar ASI tidak berbau amis. Sedangkan makanan yang dianjurkan berupa makanan kering dan tidak bersantan. Kebiasaan penguapan pada
jalan lahir ibu nifas juga dilakukan pada masyarakat desa Rawang Lama khususnya dilakukan pada masyarakat Jawa. Sewaktu dilakukan wawancara terhadap bidan desa
Rawang Lama dijumpai ada ibu nifas dengan masalah anemia dan masalah ASI tidak keluar.
Dari uraian diataslah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perspektif budaya Jawa dalam melakukan perawatan masa nifas di Desa Rawang
Lama Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan.
1.2 Permasalahan
Kentalnya budaya masyarakat pantang makan dan aktifitas tertentu pada ibu nifas di Indonesia dapat berdampak negatif pada kesehatan ibu, oleh karena itu
peneliti ingin mengetahui bagaimanakah perspektif budaya Jawa dalam melakukan perawatan ibu nifas di Desa Rawang Lama Kecamatan Rawang Panca Arga
Kabupaten Asahan Tahun 2014.
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui perspektif budaya Jawa dalam melakukan perawatan ibu nifas di Desa Rawang Lama Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan
Tahun 2014.
Universita Sumatera Utara
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi ibu hamil, ibu nifas dan keluarga
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi tenaga kesehatan dalam pemberian KIE kepada masyarakat sehingga meningkatkan pengetahuan ibu
hamil, nifas dan keluarga dalam melakukan perawatan masa nifas yang mempercepat pemulihan kesehatan ibu.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Memberikan advokasi, komunikasi informasi edukasi KIE pada ibu hamil dan nifas sewaktu berkunjung ke tenaga kesehatan tentang perawatan masa
nifas yang mendukung meningkatkan kesehatan ibu. 3.
Bagi Desa Rawang Lama Hasil penelitian ini mampu memberikan informasi kepada pihak yang
berkompeten stake holder di Desa Rawang Lama untuk menyusun langkah- langkah yang strategis, tepat, dan lebih kontekstual yang bekerjasama dengan
tenaga kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam melakukan perawatan masa nifas yang mempercepat pemulihan
kesehatan ibu dan bayinya.
Universita Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Masa Nifas 2.1.1 Pengertian Masa Nifas
Masa nifas puerperium adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu Sulistyawati, 2009. Menurut Suherni, dkk 2009 masa nifas disebut juga masa postpartum atau
puerperium yaitu masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar dan lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-
organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan.
Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan, baik secara fisik maupun psikologis. Sebenarnaya sebagian besar bersifat
fisiologis, namun jika tidak dilakukan pendampingan melalui asuhan kebidanan maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi keadaan patologis.
Masa nifas merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat
menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi masa nifas, seperti sepsis puerperalis. Jika ditinjau dari penyebab
kematian para ibu, infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak nomor dua
8
Universita Sumatera Utara
setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini. Adanya permasalahan pada ibu akan berimbas
juga kepada kesejahteraan bayi yang dilahirkanya karena bayi tersebut tidak akan mendapatkan perawatan maksimal dari ibunya.
Setelah berhasil melewati masa kehamilan dan persalinan secara aman, kaum wanita tetap berada dalam resiko dan bahkan berada dalam resiko tertinggi kematian
yang disebabkan oleh kesakitan paska persalinan, yakni terjadinya perdarahan. Penanganan kesakitan ini cukup problematis karena pada masa ini kaum wanita kecil
kemungkinannya untuk tetap berhubungan dengan penyedia pelayanan kesehatan. Sehingga perawatan lebih lanjut sesudah melahirkan atau dalam masa nifas sangat
dibutuhkan bantuan dan pengawasan demi pulihnya kesehatan seperti sebelum melahirkan. Disamping itu peran gizi sebagai penyebab atau faktor yang
memperburuk situasi komplikasi persalinan perlu mendapat perhatian. Karena status gizi yang buruk memberikan kontribusi pada tiga dari empat penyebab utama
kematian ibu Wulyanto dan Winaryati, 2007. Paska persalinan perlu mendapat perhatian yang serius bagi seorang ibu.
Dalam masa ini ibu nifas harus selalu memperhatikan fisiknya menyangkut konsumsi makanan dan aktifitasnya. Untuk itu ibu nifas masih perlu periksa kepada dokter atau
bidan. Dalam hal paska persalinan ini, ibu nifas kurang begitu perhatian. Banyak hal dilakukan ibu nifas berkenaan dengan pantangan, karena budaya yang berlaku
dimasyarakat begitu kental.
Universita Sumatera Utara
2.1.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas
Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan bayi; pencegahan, diagnosa dini, dan
pengobatan komplikasi pada ibu; merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu; mendukung dan memperkuat keyakinan ibu, serta memungkinkan ibu untuk dalam
situasi keluarga dan budaya yang khusus; imunisasi ibu terhadap tetanus; mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan anak, serta peningkatan
pengembangan hubunga yang baik antara ibu dan anak Sulistyawati, 2009.
2.1.3 Program dan Kebijakan Nasional dalam Asuhan Masa Nifas
Untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir serta mencegah mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi maka perlu dilakukan kunjungan pada masa
nifas paling sedikit 4 kali yaitu kunjungan pertama 6 – 8 jam yang bertujuan mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. Mendeteksi dan merawat
penyebab lain perdarahan, dan merujuk bila perdarahan berlanjut. Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri. Pemberian ASI awal, membantu melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, juga menjaga bayi tetap sehat
dengan cara mencegah hipotermia. Kunjungan kedua 6 hari setelah persalinan yang tujuannya untuk memastikan
involusi uterus berjalan normal, yaitu uterus berkontraksi dan fundus di bawah umbilikus. Menilai adanya tanda-tanda infeksi atau perdarahan abnormal.
Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat. Memastikan ibu
Universita Sumatera Utara
menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat
dan merawat bayi sehari-hari. Kunjungan ketiga 2 minggu setelah persalinan yaitu tujuannya sama dengan
sewaktu kunjungan kedua. Selanjutnya kunjungan keempat 6 minggu setelah persalinan yang bertujuan untuk mengetahui tentang penyulit-penyulit yang dialami
oleh ibu dan bayinya, juga memberikan konseling untuk mendapatkan pelayanan KB secara dini Sulistyawati, 2009.
2.1.4 Tahapan Masa Nifas
Masa nifas dapat dibagi kedalam 3 periode yaitu pertama : puerperium dini berupa kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan – jalan. Kedua :
puerperium intermedial berupa kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu. Dan ketiga : remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan
untuk pulih kembali dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi Ambarwati dan Wulandari, 2010.
2.1.5 Kebutuhan Dasar Selama Pemulihan Masa Nifas
Ada beberapa kebutuhan dasar ibu dalam masa nifas yaitu: a. Gizi : Ibu nifas dianjurkan untuk makan dengan diet berimbang, cukup,
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, mengkonsumsi makanan tambahan. Asupan cairan 3 literhari, 2 liter di dapat dari air minum dan 1 liter
dari cairan yang ada pada kuah sayur, buah dan makanan yang lain, mengkonsumsi tablet besi 1 tablet tiap hari selama 40 hari, mengkonsumsi
Universita Sumatera Utara
vitamin A 200.000 iu. Pemberian vitamin A dalam bentuk suplementasi dapat meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan daya tahan tubuh dan
meningkatkan kelangsungan hidup anak. b. Kebersihan Diri : Menjaga kebersihan seluruh tubuh selama masa nifas dapat
mencegah infeksi dan alergi kulit pada bayi. Karena kulit ibu yang kotor disebabkan keringat atau debu yang bersentuhan langsung dengan kulit bayi
dapat menimbulkan alergi pada bayinya Sulistyawati, 2009. Pada masa nifas, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, pakaian,
tempat tidur dan lingkungan sangat penting untuk dijaga Saleha, 2009. Ibu nifas dianjurkan untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh, dan juga dianjurkan
ibu membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air, mengganti pembalut setiap kali mandi, minimal setelah buang air. Menjaga kebersihan vagina
harus jadi perhatian utama, karena vulva yang dibersihkan akan meningkatkan resiko terjadinya infeksi. Vulva bibir kemaluan harus selalu dibersihkan dari
depan ke belakang. Apabila terjadi pembengkakan dapat dikompres dengan es dan untuk mengurangi rasa tidak nyaman dapat dengan duduk berendam di
air hangat setelah 24 jam pascapersalinan. Dianjurkan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum menyentuh kelamin, anjurkan ibu tidak
sering menyentuh luka episiotomi atau laserasi. Pada ibu post sectio caesaria SC, luka tetap di jaga agar tetap bersih dan kering, tiap hari di ganti balutan
Handayani, 2003.
Universita Sumatera Utara
c. Istirahat dan tidur : Pada umumnya orang menjadi cepat marah, kesal, dan merasa tidak dapat menghadapi hidup ketika mereka kelelahan. Kebanyakan
wanita yang baru melahirkan akan sangat lelah selama berminggu-minggu dan bulan-bulan pertama, bahkan kadang-kadang tahun-tahun pertama dari
kehidupan bayinya Nolan, 2004. Ibu nifas dianjurkan istirahat cukup untuk mengurangi kelelahan, tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur, kembali ke
kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan, mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu untuk istirahat pada siang kira-kira 2 jam
dan malam 7-8 jam. Kurang istirahat pada ibu nifas dapat mengurangi jumlah ASI, memperlambat involusi, yang akhirnya bisa menyebabkan perdarahan,
serta depresi. d. Eliminasi : Dalam 6 jam ibu nifas sudah bisa buang air kecil BAK secara
spontan. urine dalam jumlah yang banyak akan di produksi dalam waktu 12- 36 jam setelah melahirkan, ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam
waktu 6 minggu. Selama 48 jam pertama nifas puerperium, terjadi kenaikan dueresis sebagai berikut : pengurasan volume darah ibu, autolisis serabut otot
uterus. Buang air besar BAB biasanya tertunda selama 2-3 hari, karena edema persalinan, diet cairan, obat-obatan analgetik, dan perenium yang
sangat sakit, bila lebih 3 hari belum BAB bisa diberikan obat laksantia, ambulasi secara dini dan teratur akan membantu dalam regulasi BAB, asupan
cairan yang adekaut dan diet tinggi serat sangat dianjurkan Suherni dkk, 2009.
Universita Sumatera Utara
2.1.6 Perawatan Masa Nifas yang Perlu di Perhatikan a.
Perawatan Perineum
Perawatan khusus untuk perineum dianjurkan, khususnya bagi ibu nifas yang mendapat jahitan untuk menutup episiotomi atau robekan, atau jika perineum sangat
lecet atau bengkak. Tujuan dasar dari perawatan perineum adalah untuk mengurangi nyeri, mempercepat penyembuhan, dan mencegah infeksi. Jahitan akan hilang dalam
waktu dua sampai empat minggu dan jaringan biasanya pulih dalam waktu empat sampai enam minggu, meskipun ibu akan merasa kurang nyaman untuk beberapa
waktu. Ketidaknyamanan selama berhubungan seksual dapat berlangsung selama beberapa bulan. Adapun cara untuk merawat perineum yang bertujuan untuk
memberikan rasa nyaman dan mengurangi resiko infeksi, yaitu : 1.
Kompres es pada perineum segera sesudah melahirkan untuk mengurangi rasa sakit dan pembengkakan. Gunakan kompres es secara berkala selama
beberapa hari. Dapat juga meletakkan es yang dihancurkan atau kain pembasuh basah yang dibekukan dalam kantung yang bersleting dan
membungkusnya dengan beberapa lembar pembalut perineum. Atau dapat membasahi pembalut yang bersih dengan witchhazel beku memberikan
peredaan nyeri pada daerah robekan, daerah episiotomi dan wasir. 2.
Senam kontraksi dasar panggul yang dilakukan cukup sering kegel akan dapat membantu proses penyembuhan luka perineum. Juga membantu
mengembalikan kekuatan dan tonus otot pada dasar panggul. Dapat mulai
Universita Sumatera Utara
melakukan Kegel segera sesudah melahirkan. Kekuatan dasar panggul biasanya akan membaik berangsur-angsur.
3. Sehabis berkemih, bersihkan diri dengan menyiramkan air hangat ke daerah
perineum dari depan ke arah anus. Selalu usap atau keringkan dari depan ke belakang untuk mecegah infeksi perineum akibat organisme di daerah anus.
4. Basuh rendam dapat membantu mengurangi nyeri perineum. Duduklah dalam
baskom bersih berisi air hangat selama sepuluh sampai dua puluh menit. Berbaringlah selama lima belas menit atau lebih untuk mengurangi
pembengkakan perineum yang disebabkan oleh air hangat. Jika menginginkan, gunakan air dingin untuk basuh rendam. Air dingin ini
menyejukan dan tidak memperbesar pembengkakan. 5.
Saat duduk dapat diberi bantal dan plastik berbentuk donat untuk tempat duduk. Bentuk donat mengangkat perineum dari permukaan tempat duduk.
Dengan menggulung handuk mandi yang panjang dan membentuk koil gulung dalam bentuk sepatu kuda. Duduklah dengan bokong didukung handuk.
Duduk pada bantal yang dirancang untuk menyusui atau menopang bayi juga membantu meningkatkan kenyamanan. Duduk kadang-kadang menimbulkan
rasa sakit jika ada jahitan. Meskipun mengherankan, beberapa wanita merasa lebih nyaman jika duduk dipermukaan yang lembut keras ketimbang duduk di
permukaan yang lembut atau bantal donat keduanya cenderung membuat tepi irisan terbuka. Jika memilih duduk di permukaan yang keras, duduklah pada
satu sisi bokong terlebih dahulu; kemudian dengan kedua sisi. Cara ini
Universita Sumatera Utara
membantu menekan luka irisan dan tidak begitu sakit. Cobalah permukaan keras maupun lembut dan gunakan pilihan yang terasa lebih nyaman Peni
dkk, 2007.
b. Perawatan Payudara
Selama masa nifas payudara perlu diinspeksi dan dipalpasi dua kali sehari untuk mengetahui apakah payudara terasa bengkak, pegal atau sakit. Hal ini
dilakukan untuk segera mengetahui jika terjadi sesuatu yang tidak lazim yang dapat mengambat proses menyusui maka segara bisa diatasi Farrer, H, 2001.
Menurut pakar ASI Dr. Utami Roesli Sp.A. dalam seminar ASI mengungkapkan bahwa sesungguhnya bukan menyusui yang mengubah bentuk
payudara, tapi proses kehamilanlah yang menyebabkan perubahan itu. Namun bukan berarti tidak ada cara membuat payudara tetap terlihat indah dan kencang. Apalagi
pada ibu paska melahirkan dan saat menyusui. Selain terlihat indah, perawatan payudara yang dilakukan secara teratur dan benar akan memudahkan bayi
mengkonsumsi ASI dan mengurangi luka saat menyusui. Perawatan payudara merupakan suatu tindakan yang mudah dilaksanakan, baik oleh ibu sendiri maupun
dibantu orang lain yang dilaksanakan mulai hari pertama atau kedua setelah melahirkan. Perawatan payudara bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan
mencegah tersumbatnya aliran susu sehingga mempelancar pengeluaran ASI, serta menghindari terjadinya pembengkakan dan kesulitan menyusui, selain itu juga
menjaga kebersihan payudara agar tidak mudah terkena infeksi. Adapun langkah- langkah dalam perawatan payudara :
Universita Sumatera Utara
1. Pengurutan Payudara
Licinkan kedua tangan dengan minyak tempatkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara lakukan pengurutan, dimulai dari arah atas lalu arah
sisi samping kiri kemudian kearah kanan, lakukan terus pengurutan kebawah atau melintang. Lalu kedua tangan dilepas dari payudara, ulangi gerakan 20-
30 kali untuk setiap satu payudara. Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian dua atau tiga jari tangan kanan mulai dari pangkal payudara
dan berakhir pada puting susu. Lakukan tahap mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi kearah putting susu. Lakukan gerakan 20-30 kali.
Menyokong payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain mengurut dan menggenggam dari pangkal menuju ke putting susu. Langkah gerakan 20-
30 kali. 2.
Pengompresan Kompres kedua payudara dengan washlap hangat selama 2 menit, kemudian
ganti dengan kompres dingin selama 1 menit. Kompres bergantian selama 3 kali berturut-turut dengan kompres air hangat. Menganjurkan ibu untuk
memakai BH khusus untuk menyusui. 3.
Perawatan puting susu Putting susu memegang peranan penting pada saat menyusui. Air susu ibu
akan keluar dari lubang-lubang pada putting susu oleh karena itu putting susu perlu dirawat agar dapat bekerja dengan baik, tidak semua wanita mempunyai
putting susu yang menonjol normal. Ada wanita yang mempunyai putting
Universita Sumatera Utara
susu dengan bentuk yang mendatar atau masuk kedalam, bentuk putting susu tersebut tetap dapat mengeluarkan ASI jika dirawat dengan benar. Langkah-
langkah yang perlu dilakukan untuk merawat putting susu: Setiap pagi dan sore sebelum mandi putting susu daerah areola mamae, satu payudara diolesi
dengan minyak kelapa atau baby oil 3 – 4 kali. Jika putting susu normal, lakukan perawatan dengan oleskan minyak pada ibu jari dan telunjuk lalu
letakkan keduanya pada Putting susu dengan gerakan memutar dan ditarik- tarik selama 30 kali putaran untuk kedua putting susu. Jika puting susu datar
atau masuk kedalam lakukan tahapan berikut: Letakkan kedua ibu jari disebelah kiri dan kanan putting susu, kemudian tekan dan hentakkan kearah
luar menjahui putting susu secara perlahan. Letakkan kedua ibu jari diatas dan dibawah putting susu lalu tekan serta hentakkan kearah putting susu secara
perlahan. Kemudian untuk masing-masing putting digosok dengan handuk kasar agar kotoran-kotoran yang melekat pada putting susu dapat terlepas.
Terakhir payudara dipijat untuk mencoba mengeluarkan ASI. Lakukan langkah-langkah perawatan diatas 4-5 kali pada pagi dan sore hari, sebaiknya
tidak menggunakan alkohol atau sabun untuk membersihkan putting susu karena akan menyebabkan kulit kering dan lecet. Penggunaan pompa ASI
atau bekas jarum suntik yang dipotong ujungnya juga dapat digunakan untuk mengatasi masalah pada putting susu yang terbenam.
Universita Sumatera Utara
c. Mobilisasi