Pada masyarakat Bajo di Saloso, Kabupaten Kendari, untuk keselamatan ibu dan bayinya dilakukan upacara adat dengan berbagai syarat dan aturan yang harus
dipenuhi selama maupun sebelum proses upacara tersebut terlaksana. Begitu juga pada masyarakat Aceh yang memiliki aturan berupa pantangan meninggalkan rumah
selama 44 hari bagi wanita yang baru melahirkan. Anjuran untuk berbaring selama masa nifas, perawatan nifas dengan pengurutan, penghangatan badan, konsumsi
minuman berupa jamu-jamuan dan pantangan makan - makanan tertentu Swasono, 1998.
Perawatan nifas pada masyarakat Aceh juga memiliki kebiasaan yang dilakukan turun temurun sesuai dengan hasil penelitian Juliana 2010 bahwa
seseorang setelah melahirkan dirawat oleh ibu kandungnya dan selang satu hari setelah melahirkan dimandikan serta dibilas vaginanya dengan daun sirih dilanjutkan
badan diolesi parem dan dahi diolesi pilis. Selama tujuh hari dilakukan tutum mata atau memanasi mata dengan kain yang dibasahi dengan air hangat agar penglihatan
kembali terang. Tidak hanya itu, pengurutan juga rutin dilakukan untuk memperbaiki peranakan dan memakai gurita agar perutnya tetap kencang serta dilakukanya
penghangatan badan dengan sale atau batu hangat.
2.5 Kerangka Berpikir
Dalam penelitian ini perawatan ibu masa nifas mengacu pada konsep yang dikemukakan oleh Reeder, Martin, Griffi 1997 yaitu perawatan ibu nifas yang
Universita Sumatera Utara
meliputi perawatan perineum, perawatan payudara, pemulihan kesehatan, seksualitas dan pemilihan alat kontrasepsi.
Masa nifas merupakan suatu peristiwa alamiah yang harus dilewati oleh seorang ibu. Pada masa nifas ibu akan mengalami pemulihan pada kondisi seperti
sebelum hamil dalam waktu 6 – 8 minggu. Oleh karena itu besar peranan ibu dan keluarga dalam mempercepat pemulihan kesehatan ibu seperti sebelum hamil. Selain
faktor dari tenaga kesehatan, faktor lingkungan dan keluarga juga mempengaruhi proses pemulihan ibu masa nifas. Setiap ibu nifas dan keluarga memiliki cara atau
tradisikebiasaan yang berbeda dalam melakukan perawatan masa nifas, yang mana hal ini dilatarbelakangi oleh budaya yang mereka miliki. Namun tidak semua faktor
sosial budaya memiliki dampak positif terhadap pemulihan ibu masa nifas, tidak jarang faktor sosial budaya juga menyumbangkan dampak negatif terhadap kesehatan
ibu. Dalam hal ini tenaga kesehatan diharapkan berperan aktif dalam memberikan pendidikan kesehatan yang mendukung pemulihan ibu selama perawatan masa nifas.
Universita Sumatera Utara
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis fenomenologi yaitu penelitian ini menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena
pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam
memaknai atau memahami fenomena yang dikaji dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang mendalam sehingga dapat memberikan pemahaman yang lebih besar
untuk mengetahui dasar bagi pengambil keputusan atau tindakan yang dilakukan masyarakat tertentu Sumantri, 2011.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah di Desa Rawang Lama Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan, dengan alasan masih ada ibu nifas yang melakukan
kebiasaan perawatan masa nifas secara turun temurun dari keluarganya seperti Ibu nifas suku Jawa melakukan pantangan makanan dan pantangan aktifitas tertentu serta
melakukan pengasapan pada ibu nifas.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai pada bulan April sampai dengan Mei tahun 2014.
33
Universita Sumatera Utara
3.3 Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang ada di Desa Rawang Lama Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan. Adapun yang menjadi
kriteria informan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Ibu yang sedang mengalami masa nifas 2.
Ibu nifas yang bersuku Jawa 3.
Ibu nifas yang bersedia untuk diwawancarai
3.3.1 Proses Penelusuran Informan
Informan penelitian yang ditelusuri adalah ibu yang sedang mengalami masa nifas. Langkah awal peneliti menelusuri informan adalah dengan menemui bidan desa
Rawang Lama dengan memberitahukan terlebih dahulu tujuan peneliti, selanjutnya menanyakan tentang data data ibu yang memiliki suku Jawa dan yang sedang
mengalami masa nifas di desa Rawang lama. Bidan desa dalam penelitian ini adalah sebagai key informan sehingga seluruh informan yang diwawancara oleh peneliti
berdasarkan data yang ada pada bidan desa. Kunjungan peneliti menuju informan penelitian juga didampingi oleh bidan desa sehingga mempermudah peneliti
melakukan pembinaan hubungan dekat dengan informan dan menggali informasi tentang perawatan masa nifas budaya Jawa kepada informan peneliti.
Peneliti yang didampingi oleh bidan desa dalam menelusuri informan mempertimbangkan alamat tempat tinggal dirawatnya ibu nifas, sehingga peneliti
mengunjungi alamat informan yang lebih dekat dahulu, kemudian peneliti melakukan wawanca sesuai dengan panduan wawancara penelitian ini.
Universita Sumatera Utara
3.4 Instrumen Penelitian
Didalam penelitian kualitatif instrumen penelitian adalah peneliti sendiri, sehingga diperlukan peneliti yang memiliki kemampuan untuk menjalin hubungan
baik Raport dengan informan, termasuk mengembangkan empati. Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, maka peneliti menyediakan bukti bahwa telah
melakukan percakapan dengan informan. Maka peneliti menggunakan alat bantu yaitu alat perekam, kamera dan alat tulis. Kemudian hasil percakapan dipindahkan
secara tertulis kedalam bentuk narasi.
3.5 Metode Pengumpulan Data