kebudayaan terdapat cara – cara tertentu sebagai respons mereka saat menanggapi kematian bayi dan ibunya Swasono, 1998.
Pada penelitian ini, perspektif budaya Jawa dalam melakukan perawatan ibu nifas yang lamanya masa nifas menurut informan penelitian 36 – 40 hari merupakan
waktu yang normal untuk masa pemulihan alat – alat kandungan seperti sebelum hamil. Dimana hal ini sesuai dengan pendapaat Sulistyawati 2009 bahwa waktu
berlangsungnya masa nifas sekitar 6 minggu atau 42 hari. Adapun yang menjadi kebiasaan dan merupakan tradisi masyarakat Jawa dalam melakukan perawatan ibu
nifas di desa Rawang Lama adalah sebagai berikut :
5.1 Pantangan-pantangan Selama Masa Nifas
5.1.1 Pantangan Makanan
Selama masa nifas, seorang ibu banyak melakukan pantangan – pantangan yang bertujuan untuk mempercepat pemulihan kesehatan ibu dan bayinya. Sama
halnya di desa Rawang Lama ibu nifas yang bersuku Jawa mengikuti kebiasaan yang diperoleh dari keluarganya secara turun temurun berupa pantangan makanan tertentu.
Informan beranggapan jika pantangan – pantangan tersebut dilanggar maka akan memperlambat proses penyembuhannya sehingga informan tidak ingin mengambil
resiko tersebut dan mematuhi semua pantangan selama masa nifas walaupun informan tidak mengetahui secara pasti apakah pantangan tersebut memiliki dampak
positif ataupun dampak negatif bagi kesehatannya. Makanan yang dipantangkan oleh ibu nifas ini adalah ikan, sayuran berkuah, bahkan ada yang mengatakan hindari
Universita Sumatera Utara
makan buah. Ibu nifas diperbolehkan makan makanan yang kering seperti kerupuk, tempe goreng, tahu goreng ataupun kecap dengan asumsi jika mengkonsumsi makan
makanan yang kering luka pada jalan lahirpun akan cepat keringnya. Dalam hal ini informan mencegah makanan yang enak dan bergizi dengan
salah satu tujuannya yaitu supaya jalan lahirnya cepat kering dan sembuh. Yang mana jika dikaitkan dengan gender, perempuan rela menahan nafsu makan serta mengikuti
peraturan – peraturan yang monoton dari keluarganya untuk kenyamanan pasangannya atau suaminya, ditambah ada rasa kekhawatiran akan perubahan bentuk
jalan lahirnya yang nantinya akan mengurangi kenyamanan suaminya. Adapun dampak positif dilarangnya mengkonsumsi makan makanan tertentu
seperti ikan, sayur berkuah pada ibu nifas yaitu tidak ada tetapi dampak negatif dari larangan ini yaitu dapat merugikan karena pada masa nifas ibu membutuhkan
makanan yang bergizi dan seimbang agar kondisi ibu dan bayi menjadi sehat. Bahkan pada saat dilakukan penelitian ini ada 35 atau 5 dari 13 ibu nifas menderita anemia
dan ada 3 ibu nifas yang mengalami ASI tidak keluar. Hal ini senada dengan pendapat Suherni, dkk 2009 yaitu untuk memenuhi
kebutuhan ibu nifas baik itu untuk menyusui maupun untuk mempercepat pemulihan, ibu nifas dianjurkan untuk makan dengan diet berimbang, cukup karbohidrat, protein,
lemak, vitamin dan mineral. Asupan cairan 3 literhari, 2 liter di dapat dari air minum dan 1 liter dari cairan yang ada pada kuah sayur, buah dan makanan yang lain,
mengkonsumsi tablet besi 1 tablet tiap hari selama 40 hari, mengkonsumsi vitamin A 200.000 iu.
Universita Sumatera Utara
Jika ibu nifas memiliki batasan dalam makanan yang bergizi maka dapat memperlambat proses pemulihan fisik ibu nifas bahkan dapat memperburuk
kebutuhan nutrisi pada bayinya, selain itu juga larangan mengkonsumsi kuah sayur atau cairan yang banyak dapat menyebabkan ibu kurang cairan dan produksi ASI
menjadi sedikit sehingga kebutuhan bayi kurang terpenuhi. 5.1.2 Pantangan Aktifitas
Adanya batasan atau pantangan aktifitas juga dilakukan oleh ibu nifas suku Jawa di desa Rawang Lama dengan alasan banyaknya makhluk halus yang bisa
mengganggu ibu dan bayinya serta kekhawatiran akan bahaya kesehatan ibu yaitu kelelahan yang berkibat perdarahan. Sehingga kekhawatiran yang berlebih
mengakibatkan ibu tidak bisa keluar rumah sebelum 40 hari. Informan mempercayai bahwa ibu nifas dan bayi baru lahir sebelum berumur 40 hari sangat disukai oleh
makhluk halus sehingga ibu nifas dan bayinya dilarang keluar rumah. Dampak positif dari larangan ini tidak ada. Bahkan larangan ini banyak
menyumbangkan dampak negatif yaitu kesempatan ibu nifas untuk memeriksakan diri dan bayinya ketenaga kesehatan tidak ada, kecuali jika bidan atau tenaga
kesehatan bersedia datang kerumah ibu nifas untuk memeriksanya. Dalam kurun waktu masa nifas seharusnya ibu sudah melakukan empat kali kunjungan ibu nifas
seperti teori dibawah ini. Kebijakan program nasional masa nifas sesuai dengan dasar kesehatan pada
ibu masa nifas, dianjurkan ibu nifas untuk melakukan pemeriksaan ketenaga kesehatan sebanyak empat kali yaitu kunjungan pertama 6 – 8 jam, kunjungan kedua
Universita Sumatera Utara
6 hari setelah persalinan, kunjungan ketiga 2 minggu setelah persalinan dan kunjungan keempat 6 minggu setelah persalinan Sulistyawati, 2009.
Pembatasan aktifitas juga dilakukan dengan melarang ibu banyak jalan atau gerak karena khawatir lukanya akan lama sembuh. Menurut Saleha 2009 ibu nifas
yang tidak memiliki penyulit atau komplikasi diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24 – 48 jam setelah bersalin early ambulation. Dengan kegiatan dilakukan
secara berangsur – angsur agar memperoleh keuntungan kondisi ibu lebih sehat, kuat dan bisa merawat bayinya.
Oleh karena itu setiap ibu nifas di desa Rawang Lama khususnya suku Jawa dirawat oleh keluarganya agar bisa memperhatikan kondisi kesehatan ibu dan bayinya
serta dapat membantu kegiatan ibu sehingga aktifitas ibu benar – benar menjadi terbatas.
5.2 Kebiasaan – Kebiasaan Ibu Nifas