timbulnya konstipasi berkorelasi kuat pada wanita karir di Jepang dan gejala-gejalanya sudah tampak pada usia remaja Kunimoto et al., 1998
dalam Catto-Smith, 2012
. Selain itu, hasil observasi dari Fujiwara dan Nakata 2010 dalam
Catto-Smith 2012 menunjukkan korelasi positif
antara mengabaikan sarapan dan konstipasi pada pelajar-pelajar perempuan di Jepang.
2.3 Penyebab Konstipasi
Faktor-faktor penyebab konstipasi etiologi Parker and Parker, 2002; Sherwood, 2011, antara lain adalah:
a Kurang serat dalam makanan
Makanan yang rendah serat menghasilkan feses yang kurang bermassa, konsistensi feses rendah, dan feses lebih susah dikeluarkan
Wexner and Duthie, 2006. b
Kurang cairan yang masuk ke dalam tubuh Cairan seperti air dan jus menambah efek cahar cair di kolon
dan memberi massa pada feses, sehingga pergerakan feses di dalam usus menjadi lebih lembut dan feses mudah dikeluarkan. Orang-orang yang
mengalami konstipasi sebaiknya minum air atau jus secukupnya, sekitar 8 gelas per hari Parker and Parker, 2002.
c Kurang beraktivitas atau kurang berolahraga
Konstipasi sering terjadi setelah seseorang mengalami kecelakaan atau selama sakit dimana harus berbaring di tempat tidur dan
tidak dapat beraktivitas. Namun, para dokter belum mengetahui hubungannya dengan tepat Parker and Parker, 2002.
d Pengaruh obat-obatan
Obat-obatan penghilang rasa sakit khususnya narkotik-obat penenang syaraf dan antasida untuk penderita epilepsi dapat
memperlambat perjalanan dan pergerakan feses Parker and Parker, 2002. Selain itu, obat-obatan seperti
anticholinergics juga dapat menyebabkan konstipasi dengan cara menghambat sinyal atau isyarat
dari saraf, sehingga melemahkan koordinasi otot pada kolon Wexner
and Duthie, 2006. e
Perubahan dalam kehidupan seperti kehamilan, penuaan, dan perjalanan Selama kehamilan, wanita mengalami konstipasi karena 1
terjadi perubahan hormon, 2 terjadi gangguan pada kelenjar endokrin, atau 3 rahim menjadi berat sehingga menekan usus. Penuaan juga
mengakibatkan ketidakaturan pada usus karena metabolisme yang melambat sehingga menurunkan aktivitas usus dan kekuatan otot. Selain
itu, berkurangnya jumlah gigi pada lansia menyebabkan lansia cenderung mengonsumsi makanan yang lembut dan rendah serat Parker
and Parker, 2002. Perjalanan juga merupakan penyebab konstipasi. Hal ini
dikarenakan adanya perubahan pada pola makan normal dan rutinitas sehari-hari. Sebuah studi telah dilakukan tentang pengaruh perjalanan
menyebrangi Samudera Atlantik terhadap kebiasaan defekasi pada 77