Taksonomi Kopi Robusta Morfologi Kopi Robusta

Tabel 2.5 Komposisi kimia biji kopi Robusta Coffea canephora antara sebelum dan sesudah disangrai per 100 gram berat kering Preedy, 2015 Komponen Sebelum disangrai Sesudah disangrai Polisakarida 46.9-48.3 42.0 Sukrosa 0.9-4.8 Lipid 8-12 11.0 Protein 8.5-12 7.5 Asam amino 0.2-0.8 Asam alipatik 1.3-2.2 1.6 Asam klorogenik 7.1-12.1 3.8 Kafein 1.7-2.4 2.4 Trigonelin 0.3-0.9 0.7 Mineral terutama potasium 3-5.4 4.7 Senyawa volatile sedikit 0.1 Air 8-12 0-5 Melanoid - 23 Proses kopi pascapanen akan memberikan efek terhadap komponen-komponen dalam kopi. Setelah proses pascapanen, komposisi dan konsentrasi asam klorogenik berubah. Selain itu, total polisakarida menjadi lebih baik terekstraksi dan kandungan lipid meningkat setelah proses pengolahan kopi basah wet process. Namun, proses kopi pascapanen tidak memberikan efek perubahan terhadap kandungan kafein Preedy, 2015.

4.5 Pengolahan Kopi Manggarai

Kopi Manggarai diproses dengan metode yang sangat umum ditemukan di Indonesia yaitu metode giling basah semi wetsemi washed method. Setelah dipetik, biji kopi ditumbuk sambil dicampur air untuk memisakan kulit dan biji kopi. Setelah itu, biji kopi dijemur selama 4 hari. Kopi selanjutnya ditumbuk kembali untuk membersihkan biji kopi dengan menghilangkan kulit tanduknya. Biji kopi disangrai dengan metode dark roasting, yaitu disangrai dengan api sedang pada kompor atau tungku hingga biji kopi berwarna hitam serta mudah dikunyah. Biji kopi didinginkan hingga suhu ruangan lalu digiling dengan alat giling atau ditumbuk dengan lumpang dan alu berukuran besar hingga diperoleh tekstur bubuk kopi yang diinginkan Masdakaty, 2015.

4.6 Penyeduhan Kopi

Air yang digunakan untuk menyeduh kopi adalah air bersih dan segar yang dididihkan hingga suhu 93-95 C, lalu diseduhkan ke dalam bubuk kopi selama 3-5 menit. Bubuk kopi akan muncul ke permukaan membentuk kerak. Ketika waktu penyeduhan telah selesai, digunakan sendok bersih untuk memecahkan kerak tersebut Kingston, 2015. Masyarakat Manggarai biasanya menyeduh kopi dengan air mendidih. Air mendidih dituangkan ke dalam gelas yang telah berisi 1 hingga 1 ½ sdm tergantung selera bubuk kopi lalu diaduk-aduk. Kopi dapat diminum ketika masih panas atau ketika sudah hangat. Selesai menikmati kopi, gelasnya umumnya gelas kaca bening ditelungkupkan sehingga ampas kopi yang mengendap di dasar gelas akan meninggalkan jejak seperti garis-garis kopi pada dinding gelas. Jejak tersebut dipercaya mengandung pesan atau informasi di masa lalu, masa kini, dan masa depan. Tradisi ini dikenal dengan nama toto kopi meramal dengan kopi Anggo, 2016. Gambar 2.3 Tradisi toto kopi di Manggarai Anggo, 2016

4.7 Konsumsi Kopi

Komponen yang paling dikenal dan berpengaruh dari kopi adalah kafein. Kafein dapat membahayakan jika dikonsumsi berlebihan. Menurut SNI 01-7152-2006 batas maksimum kafein dalam makanan dan minuman adalah 150 mghari dan 50 mgsajian Arwangga dkk 2016. Selain memperhatikan kandungan kafeinnya, konsumsi kopi sebaiknya dilakukan pada waktu yang tepat. Kortisol adalah hormon yang dihasilkan oleh korteks adrenal. Salah satu fungsinya adalah menaikkan tekanan darah sehingga secara alami kesiagaan tubuh alertness mencapai level maksimalnya. Konsentrasi hormon ini meningkat pada pukul 08:00-09:00, 12:00-13:00, dan 17:30-18:30. Konsumsi kopi kafein tidak dianjurkan pada waktu tersebut karena kesiagaan tubuh telah disuntikkan secara alamiah, “naturally caffeinating” oleh kortisol sehingga belum membutuhkan kafein. Waktu yang paling tepat untuk mengonsumsi kopi adalah ketika konsentrasi kortisol turun yaitu pada pukul 09:30-11:30 dan 13:30-17:00 Miller, 2013.

4.8 Hubungan antara Konsumsi Kopi Kafein dan Defekasi

Ketika mengonsumsi kopi, kafein diabsorpsi melalui saluran pencernaan dan dapat tinggal di dalam sistem tubuh selama empat hingga enam jam. Sesampainya di hati, kafein dipecah menjadi 3 senyawa. Paraxanthine adalah senyawa dengan jumlah paling banyak, berfungsi untuk meningkatkan pemecahan lemak dalam aliran darah. Theobromine adalah senyawa dengan jumlah sedang, berfungsi memperluas pembuluh darah dan meningkatkan produksi urin. Theophylline adalah senyawa dengan jumlah sedikit, berfungsi untuk merelaksasi otot halus pada saluran pencernaan dan pernapasan Kingston, 2015. Gambar 2.4 Tiga senyawa turunan dari kafein Kingston, 2015

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN KOPI ROBUSTA (Coffea canephora var. Robusta) TERHADAP PERUBAHAN HISTOPATOLOGI PROSTAT PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) STRAIN WISTAR JANTAN

2 10 22

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN KOPI ROBUSTA (Coffea canephora var. Robusta) TERHADAP PERUBAHAN HISTOPATOLOGI PANKREAS PADA TIKUS PUTIH (Ratus Novergicus) STRAIN WISTAR JANTAN

3 21 23

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN KOPI ROBUSTA (Coffea canephora var. Robusta) TERHADAP PERUBAHAN HISTOPATOLOGI OTAK PADA TIKUS PUTIH STRAIN WISTAR JANTAN (Rattus norvegicus)

0 18 19

PENGARUH SEDUHAN KOPI ROBUSTA (Coffea canephora var robusta) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus) STRAIN WISTAR

5 35 22

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN KOPI ROBUSTA (Coffea canephora var. Robusta ) SUBKRONIK TERHADAP TEKANAN DARAH DAN PRODUKSI URINE PADA TIKUS PUTIH STRAIN WISTAR JANTAN (Rattus novergicus Strain wistar)

0 27 25

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN KOPI ROBUSTA (Coffea canephoravar. Robusta) TERHADAP PERUBAHAN HISTOPATOLOGI LAMBUNG PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) STRAIN WISTAR JANTAN

2 16 26

Uji aktivitas antioksidan pada ekstrak biji kopi robusta (Coffea canephora) dengan metode DPPH

2 14 44

Uji aktivitas antioksidan ekstrak biji kopi robusta (Coffea canephora) dengan metode DPPH

16 56 44

Perbandingan Efek Seduhan Kopi Robusta (Coffea canephora) dan Seduhan Kopi Arabica (coffea arabica) Terhadap Tekanan Darah Wanita Dewasa.

0 0 21

Pengaruh pemberian variasi dosis seduhan bubuk kopi robusta (Coffea canephora) Manggarai terhadap efek laksatif pada tikus putih betina

0 1 155