15 matematika ketika dibandingkan dengan kelompok tradisional lebih banyak
sehingga pendapat mungkin dibuat dalam rangka mendukung kelanjutan pengumpulan data untuk mengobservasi apakah kenaikan akan mencerminkan
perbedaan yang signifikan dalam pengamatan selanjutnya. Lillard 2006 menganalisis perbandingan kemampuan akademis dan
sosial antara sekolah Montessori dengan program pendidikan dasar pada sekolah lainnya. Lillard mengevaluasi efek sosial dan akademis pendidikan Montessori.
Anak yang diamati terdiri dari rentangan umur 3-6 tahun dan 6-9 tahun. Sekolah Montessori yang menjadi objek penelitian berlokasi di Milwaukee, Wisconsin
yang merupakan lokasi pinggiran bagi anak-anak. Kelompok kontrol diambil dari 27 sekolah negeri dan 12 sekolah swasta yang terdiri 53 siswa. Mayoritas dari
sekolah negeri telah menetapkan program khusus, seperti kurikulum akselerasi, pendalaman bahasa, seni, dan studi penemuan. Anak dari kedua kelompok
tersebut mendapatkan tes untuk kemampuan kognitif dan sosial. hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya keuntungan yang signifikan untuk kelompok
montessori dibandingkan dengan kelompok kontrol sesuai dengan pembagian kelompok usia. Berdasarkan hasil analisis rerata perbandingan kemampuan
akademis dan sosial pada kelompok usia 5 tahun dengan z-score, kelompok montessori mempunyai kemampuan akademis di atas rata-rata mengungguli
kelompok kontrol, sedangkan kelompok kontrol mempunyai kemampuan akademis di bawah rata-rata. Pada aspek kekerasan dalam permainan, kelompok
montessori mempunyai nilai yang sangat rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil analisis rerata perbandingan kemampuan akademis dan sosial pada
kelompok usia 12 tahun dengan z-score menunjukkan bahwa kelompok montessori mempunyai kemampuan struktur yang baik, penulisan cerita yang
kreatif, dan strategi yang baik di atas rata-rata mengungguli kelompok kontrol.
2.1.4.2 Penelitian tentang Alat Peraga Matematika untuk Keterampilan
Berhitung
Penelitian tentang alat peraga matematika untuk keterampilan berhitung dilakukan oleh Aripiyah 2005, Miyarso 2011, dan Sugiarni 2012 yang
dipaparkan sebagai berikut.
16 Aripiyah 2005 meneliti peningkatan prestasi belajar matematika dengan
bantuan alat peraga benda konkret. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas III semester I SD Bulakpacing 02
Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal khususnya dalam materi pecahan melalui bantuan alat peraga benda konkret, agar nilai yang dihasilkan dapat
memenuhi syarat ketuntasan belajar. Hasil penelitian adalah sebagai berikut: Pada siklus I siswa yang tuntas belajar sejumlah 14 siswa 58,3 dan yang
tidak tuntas belajar sejumlah 10 siswa 41,7 dengan nilai rata-rata kelas 6,2 dan daya serap 61,7. Hasil pada siklus II siswa yang tuntas belajar sejumlah
17 siswa 70,8 dan yang tidak tuntas belajar sejumlah 7 siswa 29,2 dengan nilai rata-rata kelas 7,3 dan daya serap 73,3. Sedangkan hasil pada siklus
III jumlah siswa yang tuntas belajar 21 siswa 87,5 dan yang tidak tuntas belajar sejumlah 3 12,5 siswa dengan nilai rata-rata kelas 8,8 dengan
daya serap 87,9. Karena sudah memenuhi indikator keberhasilan bahkan sampai melebihi dari nilai yang peneliti targetkan, maka penelitian ini dihentikan
pada siklus III. Simpulan yang dapat diambil adalah bahwa penggunaan alat peraga benda konkret dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi
pecahan pada kelas III SD Negeri Bulakpacing 02 semester I Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal tahun pelajaran 20052006 dengan tingkat
partisipasi siswa yang cukup menggembirakan serta memacu guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan model pembelajaran.
Miyarso 2011 meneliti pengembangan alat peraga timbangan untuk mengoptimalkan belajar hitung bagi siswa SD. Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan alat peraga timbangan matematis guna mengoptimalkan belajar operasi hitung pada siswa kelas rendah di SD Ndaleman, Gilangharjo, Pandak,
Bantul. Hasil dari penelitian pengembangan ini adalah prototipe produk timbangan matematis dengan kelebihan desain tampilan yang menarik dan
sederhana. Produk ini memungkinkan guru menggunakan alat peraga dengan memadukan pelajaran lain yaitu Ilmu Pengetahuan Alam IPA dalam
melaksanakan pembelajaran terpadu secara tematis. Sugiarni 2012 meneliti peningkatan proses dan hasil belajar matematika
dengan memanfaatkan media dan alat peraga materi operasi hitung campuran.
17 Penelitian ini memanfaatkan media dan alat peraga dalam pembelajaran
Matematika pada materi operasi hitung campuran. Simpulan pada penelitian ini pertama pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan cukup baik, dengan nilai 3,6
skala 1-5 pada siklus I dan meningkat menjadi baik, dengan nilai 4,4 skala 1-5 pada siklus II. Kedua prestasi belajar siswa meningkat dari kurang nilai 50,70
sebelum perbaikan pembelajaran menjadi sedang nilai 60,50 pada perbaikan siklus I dan baik nilai 83,50 pada siklus II. Ketiga prestasi belajar meningkat
melalui aktivitas –aktivitas pemberian apersepsi yang menarik melalui tanya jawab
interaktif, pelibatan siswa dalam demonstrasi, pengaktifan siswa dalam tanya jawab, pengaktifan siswa dalam latihan pengerjaan soal, dan pemanfaatan alat
peraga yang memadai.
Sejauh eksplorasi literatur yang relevan dengan penelitian ini, belum ada satu pun yang memuat penelitian dan pengembangan alat peraga Montessori
untuk pelajaran Matematika SD. Selama ini penelitian yang dilakukan hanya bersifat kuantitatif dengan menekankan aspek peningkatan hasil belajar siswa,
sedangkan penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Meskipun demikian, ada beberapa hal yang sama dengan penelitian ini yakni penggunaan
metode Montessori dalam pembelajaran dan penggunaan alat peraga untuk kemampuan berhitung matematika. Jadi, penelitian ini memberikan kontribusi
baru yang penting untuk pendidikan di SD tentang penelitian dan pengembangan alat peraga Montessori untuk melatih kemampuan berhitung matematika.
18 Bagan 2.1 Literature Map dari Penelitian-penelitian Terdahulu
2.2 Kerangka Berpikir
Guru sebagai pendidik mempunyai kewajiban untuk mendidik siswa dan menyiapkan perangkat pembelajaran dengan lengkap. Perangkat pembelajaran
yang harus dipersiapkan guru antara lain silabus, RPP, dan alat peraga pembelajaran. Guru harus kreatif dalam menyusun perangkat pembelajaran agar
mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Metode pembelajaran Montessori menawarkan penggunaan alat peraga pembelajaran yang konkret
untuk menumbuhkan minat siswa dalam belajar. Alat peraga Montessori memiliki ciri 1 menarik, 2 bergradasi, 3 auto education, 4 auto education, dan 5
kontekstual dalam arti selalu disesuaikan dengan potensi lokal di lingkungan sekolah.
Metode pembelajaran Maria Montessori
Alat peraga matematika untuk keterampilan berhitung
Manner 2006 Metode Montessori, pendidikan
tradisional, dan prestasi akademis Miyarso 2011
Alat peraga dan keterampilan berhitung
Lillard 2006 Metode Montessori, kemampuan
sosial, dan kemampuan akademis Sugiyarni 2012
Proses, hasil belajar, media dan alat peraga operasi hitung campuran
Yang diteliti Pengembangan alat peraga
Montessori untuk keterampilan berhitung bilangan bulat
Matematika Rathunde 2003
Metode Montessori, motivasi, pengalaman, dan konteks sosial
Aripiyah 2005 Hasil belajar dan alat peraga benda
konkret