Penelitian tentang Metode Montessori

13 dibutuhkan seseorang dalam kehidupan sehari-hari, artinya semua aktivitas manusia membutuhkan kemampuan ini Aisyah, 2007:6. Berdasarkan pengertian- pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa keterampilan berhitung sangat penting bagi siswa SD. Proses pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan berhitung dapat dilakukan dengan beberapa cara, misal membilang, menjumlahkan, mengurangkan, mengalikan, dan membagi. Keterampilan berhitung dikembangkan dengan tujuan agar siswa dapat memiliki kemampuan 1 berpikir logis dan sistematis sejak dini, 2 menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat, 3 memiliki ketelitian dan konsentrasi tinggi, serta 4 memiliki kreativitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuatu secara spontan. Pada penelitian pengembangan ini, keterampilan berhitung difokuskan pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat mempunyai lima sifat, yaitu 1 sifat tertutup yang berarti selalu menghasilkan bilangan bulat, 2 sifat komutatif atau sifat pertukaran, 3 unsur identitas bilangan nol, 4 sifat asosiatif atau sifat pengelompokkan, dan 5 mempunyai invers.

2.1.4 Kajian Penelitian yang Relevan

2.1.4.1 Penelitian tentang Metode Montessori

Penelitian tentang metode Montessori dilakukan oleh Rathunde 2003, Manner 2006, dan Lillard 2006 yang dipaparkan sebagai berikut. Rathunde 2003 meneliti perbandingan antara sekolah menengah Montessori dengan tradisional dalam hal motivasi, kualitas pengalaman, dan konteks sosial. Ada tiga hubungan penting antara pendidikan Montessori dengan teori pengalaman yang optimal: 1 orientasi terhadap pengalaman, 2 konteks pengalaman yang diperhatikan, dan 3 sikap alamiah manusia yang merayakan motivasi intrinsik anak. Siswa di sekolah menengah Montessori memperlihatkan adanya pengalaman dan motivasi yang lebih positif dibandingkan dengan siswa dari sekolah menengah tradisional. Kecenderungan kebijakan pendidikan saat ini hanya menekankan prestasi belajar siswa tanpa banyak memperhatikan kualitas pengalaman yang diperoleh siswa. Gangguan konsistensi siswa di sekolah 14 menengah sebenarnya merupakan penurunan motivasi intrinsik siswa untuk belajar. Sebagian besar peneliti sekarang ini percaya bahwa perubahan negatif yang sering terjadi di sekolah menengah merupakan hasil dari ketidaksesuaian antara lingkungan belajar yang disiapkan tersedia di sekolah dengan kebutuhan perkembangan seorang remaja. Larut dalam suasana belajar merupakan bentuk nyata motivasi intrinsik siswa, fokus pada tugas menyatakan karakteristik siswa yang mempunyai konsentrasi penuh, dan merasakan bahwa waktu berlalu dengan cepat. Montessori percaya bahwa konsentrasi spontan anak merupakan sifat alamiah manusia. Anak-anak tidak hanya dapat bekerja dengan serius, namun mereka juga memiliki kekuatan konsentrasi yang besar. Konsentrasi menyerap semua energi psikis sehingga anak benar-benar dapat mengabaikan semua yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Untuk itu, sekolah harus mampu menciptakan lingkungan belajar yang mendukung terciptanya konsentrasi siswa. Dengan demikian, siswa bisa belajar dengan serius dan menyenangkan pada saat yang sama. Manner 2006 membandingkan pencapaian akademis sekolah Montessori dengan sekolah tradisional. Dia menguji hubungan antara pendidikan berbasis Montessori yang ditunjukkan dengan pencapaian skor tes Stanford dalam aspek membaca dan matematika jika dibandingkan dengan skor yang sama di sekolah tradisional. Pengukuran dilakukan secara berulang dengan desain yang tetap selama periode waktu tiga tahun. Hasil dari penelitian ini, pada tahun yang pertama tentu saja tidak ada perbedaan antara kelompok Montessori dengan kelompok tradisional. Perbedaan yang signifikan muncul pada tahun kedua dan ketiga yang menunjukkan bahwa program Montessori memberikan hasil yang unggul untuk aspek membaca. Pada aspek matematika merupakan sebuah tantangan dalam interpretasi, walaupun rata-rata kelompok Montessori jauh mengungguli rata-rata kelompok tradisional pada tahun kedua dan ketiga dengan kesenjangan yang meningkat. Penelitian ini memberikan kontribusi dasar tentang pencapaian akademis dalam pendidikan Montessori jika dibandingkan dengan program tradisional karena menegaskan bahwa prestasi membaca meningkat seperti yang telah ditemukan oleh penulis yang lain pada penelitian terdahulu. Dalam penelitian ini, siswa Montessori memperlihatkan peningkatan aspek 15 matematika ketika dibandingkan dengan kelompok tradisional lebih banyak sehingga pendapat mungkin dibuat dalam rangka mendukung kelanjutan pengumpulan data untuk mengobservasi apakah kenaikan akan mencerminkan perbedaan yang signifikan dalam pengamatan selanjutnya. Lillard 2006 menganalisis perbandingan kemampuan akademis dan sosial antara sekolah Montessori dengan program pendidikan dasar pada sekolah lainnya. Lillard mengevaluasi efek sosial dan akademis pendidikan Montessori. Anak yang diamati terdiri dari rentangan umur 3-6 tahun dan 6-9 tahun. Sekolah Montessori yang menjadi objek penelitian berlokasi di Milwaukee, Wisconsin yang merupakan lokasi pinggiran bagi anak-anak. Kelompok kontrol diambil dari 27 sekolah negeri dan 12 sekolah swasta yang terdiri 53 siswa. Mayoritas dari sekolah negeri telah menetapkan program khusus, seperti kurikulum akselerasi, pendalaman bahasa, seni, dan studi penemuan. Anak dari kedua kelompok tersebut mendapatkan tes untuk kemampuan kognitif dan sosial. hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya keuntungan yang signifikan untuk kelompok montessori dibandingkan dengan kelompok kontrol sesuai dengan pembagian kelompok usia. Berdasarkan hasil analisis rerata perbandingan kemampuan akademis dan sosial pada kelompok usia 5 tahun dengan z-score, kelompok montessori mempunyai kemampuan akademis di atas rata-rata mengungguli kelompok kontrol, sedangkan kelompok kontrol mempunyai kemampuan akademis di bawah rata-rata. Pada aspek kekerasan dalam permainan, kelompok montessori mempunyai nilai yang sangat rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil analisis rerata perbandingan kemampuan akademis dan sosial pada kelompok usia 12 tahun dengan z-score menunjukkan bahwa kelompok montessori mempunyai kemampuan struktur yang baik, penulisan cerita yang kreatif, dan strategi yang baik di atas rata-rata mengungguli kelompok kontrol.

2.1.4.2 Penelitian tentang Alat Peraga Matematika untuk Keterampilan