28
terhadap berbagai factor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak
bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat
siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dihadapainya atau dipelajaranya.
Untuk membagkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Anatara lain, pertama, dengan mebuat materi yang akan dipelajarai
semenarik mingkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desai pembelajaran yang membebaskan siswa mengeksplor apa yang dipelajari,
melibatkan seluruh domain belajar siswa kognitif, afektif, psikomotorik sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat
mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan
minatnya. - Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relative tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya, baik secara positif maupun
negatif. Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak
senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negative dalam belajar, guru sebaiknya
berusaha untuk menjadi guru yang professional dan bertanggungjawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas,seorang guru akan berusaha
memberikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha mengambangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha
untuk menyajikan pelajaranyang diampunya dengan baik dan menarik sehingga
29
membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan; meyakinkansiswa bahwa bidang studi yang dipelajara bermanfaat bagi ddiri
siswa. - Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat aptitude didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan dating. Berkaitan dengan belajar, Slavin mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang
dimilki seorang siswa untauk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah satukomponen yang diperlukan dalam proses belajar
seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga
kemungkinan besar ia akan berhasil. Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai
prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu
tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap informasiyang berhungan dengan
bakat yang dimilkinya. Misalnya, siswa yang berbakat dibidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri.Karena
belajar juga dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap individu,maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang
dimilki oleh anaknya atau peserta didiknya, anatara lain dengan mendukung,ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak
sesuai dengan bakatnya.
B. Faktor-faktor eksogeneksternal
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa, dalam hal ini, Syah menjelaskan
bahwa faktor-faktor eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan
30
menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
1 Lingkungan sosial
a. Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-
teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antra
ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik disekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang
guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.
b. Lingkungan sosial massyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan
siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajarsiswa, paling tidak siswa
kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilkinya.
c. Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi
keluarga letak rumah, pengelolaankeluarga, semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan anatara
anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
2 Lingkungan non sosial. Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah;
a. Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silaukuat, atau tidak terlalu
lemahgelap, suasana yang sejuk dantenang. Lingkungan alamiah tersebut mmerupakan factor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas
31
belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terlambat.
b. Faktor instrumental,yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat
belajar,fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan
sekolah, bukupanduan, silabi dan lain sebagainya. c. Faktor materi pelajaran yang diajarkan ke siswa. Faktor ini
hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi
perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru
harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan konsdisi siswa.
10
B. Deskripsi Teori Tentang Metode Pembelajaran Kooperatif TipeTGT 1.
Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif berasal dari kata asing yaitu ‖Cooperate‖ yang artinya bekerja sama. Pembelajaran kooperatif adalah merupakan
pembelajaran yang mana siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang dirancang untuk mendapatkan hasiltujuan bersama. Siswa dituntut
untuk bisa bekerja sama dalam mencapai sukses bersama serta bertanggung jawab terhadap keberhasilan individu dalam kelompoknya.
Pembelajaran kooperatif
merupakan pembelajaran
dengan menggunakan kelompok kecil yang siswanya bekerja secara bersama-sama
untuk memaksimalkan belajar mereka, siswa dituntut untuk bertanggung jawab terhadap keberhasilan setiap individu dan kelompoknya. Didalam
pembelajaran kooperatif guru sebagai fasilitator dan guru bukan lagi satu- satunya sebagai sumber informasi bagi siswa.
10
http:ekosuprapto.wordpress.com20090418faktor-faktor-yang-mempengaruhi-proses- belajarJumat,11 mei 2012jam : 20.45
32
Wina Sanjaya berpendapat, bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
model pembelajaran
dengan menggunakan
sistem pengelompokantim kecil, yaitu antara empat sampai dengan enam orang
yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda heterogen. Sistem penilaian dilakukan terhadap
kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan reward, jika kelompok mampu menunjukan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan
demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai rasa ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan
memunculkan rasa tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu
akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki
kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok.
11
Sementara itu menurut Kunandar, dalam bukunya ‖Langkah
Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru ”,
mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif Cooperative Learning adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan
interaksi yang saling asuh antar siswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan di kalangan
para siswa.
12
Hal senada juga dijelaskan oleh Demitra dan kawan-kawan, bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang
dilaksanakan dengan berkolaborasi. Anggota-anggota kelompok belajar dengan bekerjasama antara yang satu dengan yang lainnya. Kooperatif
dapat diartikan sebagai suatu cara bertukar pendapat antara anggota kelompok. Suatu kegiatan kerjasama dapat dikatakan sebagai adanya dua
11
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta, Kencana, 2006, cet. Ke 1, Hal. 242
– 243.
12
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru, Jakarta, PT Rajawali Pers, 2011, cet.1 hal.270.
33
atau lebih anggota kelompok yang berkolaborasi dengan tujuan yang sama.
13
Beberapa definisi lain tentang pembelajaran kooperatif, yaitu : Demitra dan kawan-kawan juga menyatakan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah suatu kluster strategi pembelajaran yang memita pelajar bekerja secara kolaboratif untuk mencapai tujuan yang sama.
Pembelajaran kooperatif mengembangkan kerjasama, memberikan pengalaman kepemimpinan dan membuat keputusan kelompok dan
memberikan kesempatan kepada pelajar berinteraksi dan belajar dengan pelajar lainnya yang memiliki latar belakang budaya, status sosial ekonomi
dan kemampuan yang berbeda-beda. Definisi ini mengandung komponen- komponen keterampilan bekerjasama, memimpin, membuat keputusan,
interaksi antar pelajar dan keberagaman kelompok.
14
Posamentier secara sederhana menyebutkan belajar secara kooperatif adalah penempatan beberapa siswa dalam kelompok kecil dan
memberikan mereka sebuah atau beberapa tugas. Definisi ini menyatakan bahwa metode pembelajaran melalui pendekatan kooperatif merupakan
suatu pembelajaran dimana siswa belajar bersama, saling menyumbang pikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara
individu maupun kelompok, berbeda dengan pembelajaran konvensional, penekanan pembelajaran kooperatif adalah ‖belajar bersama‖.
Menurut Posamentier pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dalam kelompok kecil yang memiliki kemampuan yang berbeda,
saling bekerjasama untuk belajar dan bertanggung jawab atas teman sekelompoknya. Dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap anggota
saling bekerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman atau kelompok
13
Demitra dkk, Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Handep untuk Pembelajaran Matematika dan Sains, Palangkaraya, Universitas Palangkaraya, 2010, Hal. 8
14
Demitra dkk, Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Handep untuk Pembelajaran Matematika dan Sains, Palangkaraya, Universitas Palangkaraya, 2010, Hal.27-28