4. Muallaf
Secara etimologis, muallaf berarti orang yang dilunakkan hatinya. Tentu orang yang seperti ini adalah orang yang belum kuat imannya
dalam memeluk agama Islam, untuk menguatkan hatinya terhadap agama Islam diberikan kepadanya zakat.
31
5. Riqab
Yang dimaksud dengan riqab adalah usaha memerdekakan hamba sahaya dengan cara membelinya dengan uang zakat kemudian
memerdekakannya. Jadi zakat digunakan sebagai dana untuk membebaskan dirinya agar ia merdeka.
6. Gharimin
Gharim adalah orang orang yang berhutang dan menghadapi kesulitan untuk melunasinya. Yusuf Qardhawi mendefinisikannya
sebagai orang yang berhutang yang sulit dilunasinya. Hutang itu timbul melalui kegiatan kegiatan sosial, bukan kemaksiatan.
32
7. Fi Sabilillah
Pada awalnya sesuai dengan konteks sosial, fi sabilillah diartikan dengan sekelompok orang yang berjuang, berperang menegakkan
agama Allah SWT. Zakat digunakan sebagai dana atau biaya angkatan perangnya. Pengertian ini wajar, karena penggunaan kata sabilillah
31
Rahman Ritonga dan Zainuddin, Fiqh Ibadah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002, cet. 2, h. 183
32
Yusuf Qardhawi, Al- ‘ibadah Fi al-Islam, Mesir, Muassasah alRisalah, 1979, h.250
mutlak digunakan untuk peperangan, sebab Allah SWT sering mengaitkannya dengan kata alqatl
dan aljahd yang berarti berperang. Misalnya dalam ayat berikut:
Artinya: dan perangilah di jalan Allah orang- orang yang
memerangikamu..QS 2: 190 8.
IbnuSabil Ibnu sabil
adalah orang yang sedang dan akan melaksanakan perjalanan dengan tujuan kebaikan. Tetapi dia kekurangan biaya untuk
mencapai tujuan dari perjalanan itu. Dengan zakat diharapkan dia sampai ke tujuan.
E. Manajemen Pengelolaan Zakat
Manajemen merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, “managemen” yang berakar kata “manage” yang berarti “control” control
dan “succed” sukses.
33
Sedangkan secara istilah dikemukakan oleh James Stoner bahwa
manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha para anggota organisasi dengan menggunakan
symber daya yang ada agar mencapai tujuan organisasi yang sudah ditetapkan.
34
33
Sudirman, Zakat Dalam Pusaran Arus Modern, Malang: UIN Malang Press, 2007, h. 71
34
Eri Sudewo, Manajemen Zakat, Jakarta: Institut Manajemen Zakat, 2004, cet. 1, h. 63
Mary Parker Follet memiliki definisi yang berbeda dengan
Stoner, dia mengartikan manajemen adalah seni dalam menyelesaikan
tugas pekerjaan melalui orang lain. Sedangkan menurut Hani Handoko
manajemen adalah bekerja dengan orang- orang untuk menentukan, menginterpretasikan dan mencapai tujuan- tujuan organisasi dengan
pelaksanaan fungsi- fungsi perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia atau kepegawaian, pengarahan dan kepemimpinan serta
pengawasan.
35
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen pengelolaan zakat adalah sistem atau cara yang dilakukan oleh organisasi pengelola
zakat untuk mengelola zakat itu sendiri sehingga bisa tersalurkan kepada orang orang yang memang berhak untuk menerimanya. Seperti
pengumpulan, pengambilan, pendayagunaan dan pendistribusian. Dasar hukum pengelolaan zakat itu sendiri adalah QS AtTaubah
103:
Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdoalah untuk
mereka, sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Penyayang.
35
Eri Sudewo, Manajemen Zakat, Jakarta: Institut Manajemen Zakat, 2004, cet. 1, h. 64
Berangkat dari perintah yang tersurat dan tersirat dari ayat di atas, yang diawali dengan “kata perintah” : Ambillah, seharusnya mekanisme
pengumpulan dan penyaluran zakat adalah sebagai berikut:
Muzakki Amilpetugas
Mustahiq
Dengan demikian dalam pengelolaan zakat, Allah memerintahkan ada muzakki yang merupakan pembayar zakat, ada Amil sebagai
pengumpul dan penyalur, dan ada mustahiq sebagai penerima zakat.
MANAJEMEN ZAKAT 1.
Lembaga Pengelola Zakat a.
Eksistensi Lembaga Pengelola Zakat
Pengelolaan zakat di Indonesia saat ini ada dua bentuk yaitu pengelolaan zakat oleh pemerintah yaitu Badan Amil Zakat BAZ
dan Lembaga pengelola zakat non pemerintah yaitu Lembaga Amil Zakat LAZ. Lembaga Amil Zakat LAZ dibentuk oleh masyarakat
dan mendapatkan pengukuhan dari pemerintah setelah memenuhi kriteria dan persyaratan yang telah ditetapkan.
36
b. Pendayagunaan dan Pengelolaan zakat
Pengelolaan zakat sebagaimana disebut dalam UU RI No. 38 Tahun 1999 merupakan kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan
pengawasan terhadap
pengumpulan dan
36
Oneng Nurul Bariyah, Total Quality Managemen Zakat, Jakarta: Wahana Kardofa, 2012, cet. 1, h. 38
pendistribusian serta pendayagunaan zakat. Pengelolaan dan pendayagunaan zakat sebagai bentuk dari manajemen zakat.
c. Distribusi zakat kepada mustahiq
Sebagaimana diketahui bahwa orang yang berhak menerima zakat ada delapan kelompok, yaitu: fakir, miskin, amil, muallaf, riqab,
orang yang berutang gharim, orang yang berjuan di jalan Allah sabilillah, dan orang yang dalam perjalanan ibnu sabil. Dalam
masalah penyaluran harta zakat ulama berbeda pendapat tentang distribusi zakat. Imam Syafi‟I dann pengikutnya berpendapat bahwa
zakat harus diberikan kepada delapan kelompok secara merata. Sedangkan Abu Hanifah dan Imam Ahmad boleh memberikan zakat
hanya kepada sebagian tidak semua asnaf yang delapan. Sementara Imam Malik berpendapat bahwa pemberian zakat didahulukan
berdasarkan tingkat kebutuhan. Para ulama Mazhab juga berpendapat tentang larangan pemindahan zakat dari suatu Negara ke Negara yang
lain. Demikian pendapat Imam Malik dan Imam Syafi‟I. Sedangkan Abu Hanifah dan Imam Ahmad menyatakan boleh memindahkan
zakat dari suatu Negara ke Negara lain jika penduduk Negara itu berkecukupan.
37
2. Deskripsi Manajemen Mutu Kinerja Lembaga Pengelola Zakat
a. Kepemimpinan
37
Oneng Nurul Bariyah, Total Quality Managemen Zakat, Jakarta: Wahana Kardofa, 2012, cet. 1, h. 44