Pengertian Kebudayaan Perspektif Marxian

Kebudayaan dalam hal ini budaya Jawa merupakan suatu sistem yang berhubungan dengan simbol-simbol tertentu, dikenal dan diketahui serta disebarkan oleh masyarakat yang bersangkutan. Etnis Jawa merupakan salah satu etnis di Indonesia yang memiliki berbagai macam simbol untuk menunjukkan identitasnya sebagai masyarakat Jawa, seperti bahasa, tata busana, perilaku, dan cita rasa. Bahasa Jawa terdiri dari dua macam yaitu bahasa Jawa kasar dan bahasa Jawa halus. “Dengan mengingat budaya dianggap sebagai simbol, yang mengandung makna-makna tertentu, berarti ada sesuatu di dalam kebudayaan yang perlu dibaca, ditafsir maknanya sehingga pada gilirannya hasil pemaknaan dan penafsiran tersebut akan diketahui dan dibagikan kepada masyarakat serta diwariskan pada generasi sebelumnya . ” 45 Penggunaan bahasa Jawa yang dilakukan oleh para pedagang angkringan juga dapat menjadikan sebagai identitas mereka berasal, dan hampir seluruh pelanggan yang datang ke angkringan memanggil pedagang dengan sebutan pakde. Dalam kesehariannya pedagang angkringan masih sangat sering menggunakan bahasa Jawa untuk melayani para pelanggannya. Mulai dari para pelanggan datang sering kali mereka disambut dengan sapaan khas Jawa yaitu, monggo mas’e dan monggo mbak’e yang bila diartikan dalam bahasa Indonesia memiliki arti silahkan mas yang merupakan sapaan untuk laki-laki dan mbak sapaan khas untuk perempuan. Dengan demikian pedagang angkringan menggunakan bahasa Jawa sebagai salah satu identitas yang digunakannya. Selain bahasa sebagai identitas adapula batik yang kerap digunakan oleh pedagang angkringan. Batik merupakan salah satu warisan budaya yang dimiliki oleh Indonesia. Dengan adanya 45 John Scott, Sosiologi the Key Concepts, Jakarta: PT. Grafindo, 2011, h. 72. warisan budaya ini seharusnya menjadi sebuah tantangan untuk seluruh masyarakat Indonesia bagaimana dapat mempertahankan dan melestarikan batik, karena dengan demikian batik dapat dijadikan salah satu identitas negara Indonesia pada umumnya atau menjadi identitas masyarakat Jawa pada khususnya. Thomas Kitley mengemukakan bahwa, “batik digemari dan dipakai, bahkan mampu bertahan sebagai busana keseharian, baik sebagai busana resmi ataupun untuk setengah resmi. Itulah mengapa batik memiliki status dalam masyarakat Jawa. ” 46 Perubahan dinamika dan perubahan pranata sosial memberikan dampak perilaku budaya terutama kebutuhan manusia. Batik dipakai sebagai busana yang dianggap mempunyai nilai status. Perkembangan batik saat ini sudah cukup pesat batik tidak hanya dipakai pria maupun wanita sebagai jarik kain seperti yang biasa dipakai orang-orang Jawa pada jaman dulu, namun berkembang dan dipakai sebagai batik lengan panjang, sebagai busana resmi dan harian. Hubungan timbal balik antara masyarakat, kebudayaan, perilaku budaya dan pranata-pranata sosial pada masyarakat tidak dapat dipisahkan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Seiring berjalannya waktu kini batik dikonsumsi oleh semua kelompok masyarakat, baik kelompok masyarakat tradisional yang berada di pedesaan maupun kelompok masyarakat modern yang berada di perkotaan. Batik saat digunakan mencakup semua golongan bahkan batik tidak lagi hanya digunakan pada saat acara-acara resmi dan formal. Menurut Arbany Nurul Aini, “Blangkon merupakan simbol dari kebudayaan Jawa selain bahasa dan kain batik. Blangkon adalah tutup kepala yang digunakan oleh kaum pria sebagai bagian dari pakaian 46 Dharsono, Budaya Nusantara, Bandung:Rekayasa Sains, 2007, h. 10