Angkringan Pakde Yono Karakteristik Pedagang Angkringan

2 Sate Telur Puyuh 3 buah Rp 2.500tusuk 3 Tempe dan Tahu Bacem Rp 2.000buah 4 Sate Usus Rp 2.500tusuk 5 Sate tutut kerang sawah Rp 2.500tusuk 6 Gorengan Tahu, Tempe, dan bakwan Rp 1.000buah 7 Wedang jahe Rp 3.000gelas 8 Wedang susu jahe Rp 3.500gelas 9 Es teh manis Rp 3.000gelas 10 Sate kulit ayam Rp 2.500tusuk 11 Kepala dan ceker ayam Rp 2.500tusuk 12 Sate kerang Rp 2.500tusuk 13 Sate kikil Rp 2.500tusuk 14 Es teh susu Rp 3.500gelas Sumber: Hasil Temuan Peneliti, Tahun 2014 Berdasarkan tabel terlihat bahwa makanan dan minuman yang dijual di angkringan Pakde Yono relatif murah, dan dapat dijangkau oleh semua kalangan masyarakat, baik dari yang kelas menengah ke atas ataupun kelas menengah ke bawah. Seperti yang diutarakan oleh Maldi seorang mahasiswa Universitas Pamulang jurusan hukum yang hampir setiap minggu datang ke angkringan Pakde Yono, “Minimal gue seminggu sekali ke angkringan, disini tempatnya asik ya buat ngobrol, pakdhe Wagio sama bu Ina istrinya juga ramah banget dan yang penting harganya terjangkaulah untuk kantong mahasiswa.” 7 Walaupun menjual makanan dengan harga yang relatif murah namun Pakde Yono selalu mendapat keuntungan. Pada hari biasa pendapatan kotor yang diperoleh Pakde Yono sebesar Rp 7 Berdasarkan hasil wawancara dengan Maldi pada 10 Oktober 2014 pukul 21.15 WIB. 1.000.000,- dan bila sedang hari libur seperti malam minggu Pakde Yono bisa mendapat pendapatan kotor sebesar Rp 2.000.000,- hingga 3.000.000,- dengan keuntungan bersih bila sedang hari biasa sebesar Rp 500.000,- untung yang di dapat Pakde Yono digunakan untuk membayar kontrakan dan biaya untuk menghidupi istri beserta kedua anaknya. Dalam menyiapkan semua keperluan untuk berdagang, Pakde Yono memasak dengan dibantu istrinya yaitu ibu Ina, setiap pagi pukul 06.00 pakde dan ibu Ina pergi ke pasar Cimanggis untuk berbelanja, dan setelah berbelanja Pakde Yono dan istrinya memasak keperluan untuk berdagang. Semuanya dikerjakan secara bersama-sama. Sekitar pukul 18.00 mereka menyiapkan tenda dan menata angkringan. Bila sedang ramai sekali angkringan Pakde Yono bisa tutup lebih awal sekitar pukul 11.00 namun jika sedang sepi Pakde Yono tutup pada pukul 02.00 dini hari.

b. Angkringan Milik Mas Warimin

Mas Min adalah salah satu masyarakat Yogyakarta yang hijrah ke ibukota untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dari kehidupannya di desa. Mas Min berusia 32 tahun, dan dia merantau ke Jakarta pada saat usia 23 tahun. Mas Min datang ke Jakarta hanya bermodalkan uang sebesar lima ratus ribu dan Mas Min juga tidak memiliki keahlian khusus, dan pada tahun-tahun awal tinggal di Jakarta Mas Min mendapat pekerjaan menjaga sebuah toko di salah satu pusat perbelanjaan di Ibukota. Pekerjaan menjaga toko hanya bertahan kurang lebih satu tahun karena uang yang Mas Min dapatkan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya. Setelah memutuskan untuk keluar Mas Min melamar pekerjaan untuk bekerja di pabrik di daerah Cililitan. Setelah tiga tahun bekerja dipabrik, Mas Min memutuskan keluar karena Mas Min merasa bosan dengan pekerjaan yang monoton di pabrik. Seperti yang diungkapkan oleh Mas Min bahwa “saya kerja di pabrik tiga tahun, karena kerjaannya itu-itu saja jadi saya bosan dan memutuskan untuk keluar, lagipula masa depannya tidak menjanjikan. ” 8 Mas Min lalu berfikiran untuk berwirausaha, karena pada saat itu Mas Min sudah memiliki seorang istri yang bisa memasak. Akhirnya Mas Min dengan istrinya memutuskan untuk membuka usaha warung angkringan di daerah Pamulang. Pamulang dipilih setelah Mas Min dan istrinya mengunjungi kerabat yang tinggal di Pamulang dan mendapat berbagai masukan untuk pindah menetap dan membuka usaha angkringan disana. Setelah melihat berbagai lokasi Mas Min akhirnya mendapat tempat di depan sebuah toko di pinggir jalan yang berada di Jl. Dr Setiabudi, Pamulang, Tangerang Selatan. Dengan bermodal tujuh juta rupiah Mas Min menyiapkan segala macam kebutuhan untuk berdagang angkringan. Uang tersebut Mas Min gunakan untuk membeli gerobak sederhana dan keperluan-keperluan lainnya seperti ceret sebagai identitas angkringan yang berjumlah tiga buah, serta untuk membayar sewa depan toko sebesar empat ratus ribu perbulannya yang akan ia gunakan untuk berdagang. Mas Min sudah berdagang angkringan selama kurang lebih hampir lima dibantu 3 keponakannya untuk menyiapkan keperluannya berjualan. Istri Mas Min yang bertugas untuk berbelanja pada pagi hari dan memasak pada siang harinya sedangkan tugas Mas Min dan para keponakannya hanya yang berjualan. Mas Min berjualan dimulai pukul enam sore ketika toko tersebut sudah tutup. Bila sedang ramai angkringan Mas Min hanya 8 Berdasarkan wawancara dengan Mas Min pada 22 Mei 2014 pukul 22.30 WIB. sampai pukul 00.00 WIB. Namun bila sedang sepi Mas Min baru dapat menutup angkringannya pada pukul 02.00 dini hari. Angkringan yang dimiliki oleh Mas Min termaksud angkringan yang sederhana, dan angkringan ini dibuat agar semirip mungkin dengan angkringan yang berada di Jogjakarta. Di depan gerobak Angkringan Mas Min menyediakan bangku panjang yang dapat diduduki kurang lebih empat orang, dan untuk pembeli lainnya disediakan tikar dan meja kecil untuk duduk lesehan. Dengan bermodalkan angkringan yang sederhana Mas Min mampu mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari untuk istri dan anaknya yang saat ini berusia dua tahun dan membayar upah untuk ketiga orang keponakannya. Setiap harinya Mas Min mampu untuk memperoleh penghasilan sebesar Rp 1.000.000,- perhari dengan keuntungan bersihnya Mas Min mampu memperoleh sehari kurang lebih Rp 600.000,-. Berikut ini adalah daftar masakan dan minuman yang disediakan di angkringan sederhana milik Mas Min. Tabel 4.10. Menu Makanan Minuman Angkringan Mas Min No Makanan dan Minuman Harga 1 Sego Kucing Aneka Lauk Ikan Teri, Oseng- Oseng Sayur, dan Ikan Bandeng Rp 2.500bungkus 2 Sate Telur Puyuh 4 buah Rp 2.500tusuk 3 Sate Ati Ampela Rp 2.500tusuk 4 Sate Paru Rp 2.500tusuk 5 Sate Kikil Rp 2.500tusuk 6 Tempe dan Tahu Bacem Rp 2.000buah 7 Sate Usus Rp 2.500tusuk 8 Gorengan Tahu, Mendoan Tempe dan bakwan Rp 1.000buah 9 Sate Ceker Ayam Rp 2.500tusuk 10 Kepala Ayam Goreng Rp 2.500buah 11 Teh Manis Rp 3.000gelas 12 Wedang Jahe Rp 4.000gelas 13 Wedang Jahe dengan Susu Rp 4.500gelas 14 Susu Teh Jahe Rp 4.500gelas Sumber: Hasil Temuan Peneliti, Tahun 2014. Menu makanan yang disediakan oleh Mas Min memang sederhana namun walaupun dengan demikian Mas Min sudah memiliki pelanggan setia yang setiap minggunya pasti datang untuk makan lalu mengobrol dengan Mas Min. Seperti penuturan Mas Min dengan membuka usaha angkringan ia mempunyai banyak teman baru untuk bercengkrama, sehingga walaupun harus menjaga angkringannya hingga dini hari tidak ada kejenuhan yang dirasakan oleh Mas Min. Pembeli yang datang silih berganti terkadang Mas Min duduk bersama pembeli di lesehan untuk bergabung mengobrol bersama.

c. Angkringan Ibu Yanti

Ibu Yanti adalah salah satu pemilik angkringan di Pamulang Permai, Tangsel. Angkringan milik Ibu Yanti termaksud angkringan yang modern dan sudah berkembang. letak khusus angkringan Ibu Yanti sangat strategis karena berada di pinggir Perumahan Griya Jakarta yang merupakan jalan raya yang tidak pernah sepi, Ibu Yanti awal membuka usaha angkringan pada tahun 2009. Awalnya Ibu Yanti hanya menyediakan satu meja untuk menaruh makanan, namun seiring berjalannya karena semakin ramai akhirnya Ibu Yanti saat ini memiliki tiga buah meja panjang untuk menaruh makanannya. Ibu Yanti memilih berjualan angkringan dikarenakan mendapat saran dari suaminya bahwa angkringan pada saat itu sedang menjadi trend baru di dunia kuliner. Dengan bermodal kurang lebih enam juta rupiah, Ibu Yanti beserta suaminya membuka usaha angkringan di depan emperan bengkel onderdil motor, dibantu oleh keponakan Ibu Yanti yang bernama Rohman. Pada tahun 2010 ada bengkel yang tutup sehingga Ibu Yanti memilih untuk menyewa bengkel yang sudah pindah, agar tidak lagi