Bentuk-Bentuk Kebudayaan Perspektif Marxian

warisan budaya ini seharusnya menjadi sebuah tantangan untuk seluruh masyarakat Indonesia bagaimana dapat mempertahankan dan melestarikan batik, karena dengan demikian batik dapat dijadikan salah satu identitas negara Indonesia pada umumnya atau menjadi identitas masyarakat Jawa pada khususnya. Thomas Kitley mengemukakan bahwa, “batik digemari dan dipakai, bahkan mampu bertahan sebagai busana keseharian, baik sebagai busana resmi ataupun untuk setengah resmi. Itulah mengapa batik memiliki status dalam masyarakat Jawa. ” 46 Perubahan dinamika dan perubahan pranata sosial memberikan dampak perilaku budaya terutama kebutuhan manusia. Batik dipakai sebagai busana yang dianggap mempunyai nilai status. Perkembangan batik saat ini sudah cukup pesat batik tidak hanya dipakai pria maupun wanita sebagai jarik kain seperti yang biasa dipakai orang-orang Jawa pada jaman dulu, namun berkembang dan dipakai sebagai batik lengan panjang, sebagai busana resmi dan harian. Hubungan timbal balik antara masyarakat, kebudayaan, perilaku budaya dan pranata-pranata sosial pada masyarakat tidak dapat dipisahkan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Seiring berjalannya waktu kini batik dikonsumsi oleh semua kelompok masyarakat, baik kelompok masyarakat tradisional yang berada di pedesaan maupun kelompok masyarakat modern yang berada di perkotaan. Batik saat digunakan mencakup semua golongan bahkan batik tidak lagi hanya digunakan pada saat acara-acara resmi dan formal. Menurut Arbany Nurul Aini, “Blangkon merupakan simbol dari kebudayaan Jawa selain bahasa dan kain batik. Blangkon adalah tutup kepala yang digunakan oleh kaum pria sebagai bagian dari pakaian 46 Dharsono, Budaya Nusantara, Bandung:Rekayasa Sains, 2007, h. 10 tradisional Jawa. Modernisasi busana terjadi sejajar dengan perubahan fungsi-fungsi dalam masyarakat. Pada zaman dahulu, blangkon memang hanya dapat dibuat oleh para seniman ahli dengan pakem aturan yang baku. Semakin memenuhi pakem yang ditetapkan maka blangkon tersebut akan semakin tinggi nilainya. Blangkon terdiri dari beberapa tipe yaitu menggunakan mondholan, yaitu tonjolan pada bagian belakang blangkon yang berbentuk seperti onde-onde. Blangkon ini disebut sebagai blangkon gaya Yogyakarta. Model trepes, yang disebut dengan gaya Surakarta. Gaya ini merupakan modifikasi dari gaya Yogyakarta yang muncul karena kebanyakan pria sekarang berambut pendek. Model trepes ini dibuat dengan cara menjahit langsung mondholan pada bagian belakang blangkon. Sedangkan model blangkon yang mempunyai sisa kain agak panjang merupakan ciri khas dari blangkon yang berasal dari wilayah Jawa Timur ”. 47 Identitas dapat dikategorikan sebagai ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang yang dijadikan jati diri, misalnya seorang kelompok dipersatukan oleh persamaan dan kesamaan yang dimiliki. Identitas merupakan bagaimana individu atau kelompok melihat dirinya sebagai konteks relasi sosial ataupun interaksi sosial. Tanpa melalui proses sosialisasi maka kebudayaan suatu masyarakat akan hilang sehingga identitasnya sebagai masyarakat yang memiliki kebudayaan tertentu akan hilang pula. Proses dari identitas sosial merupakan proses yang mendasar untuk memahami perilaku kolektif. Hanya melalui pengkategorian orang ke dalam kelompok tertentu akan dapat menghasilkan perilaku intergroup dimana akan mencari pelayan angkringan yang hanya berasal dari orang Jawa. Dibanding suku lain sehingga kategori sosial tersebut akan menghasilkan identitas untuk mereka. 47 Arbany Nurul Aini, “Angkringan: Arena Demokrasi Masyarakat Pekotaan dengan Simbolisme Kejawaan Studi Kasus: Tiga Angkringan di Jakarta”, Skripsi pada Universitas Negri Jakarta, 2013, h 65, tidak dipublikasikan.