Hasil Belajar IPA Pemaknaan Temuan Penelitian

109 Secara keseluruhan peningkatan nilai rata-rata dan ketuntasan belajar hasil post tes tiap siklus terlihat pada diagram berikut: Diagram 4. Diagram Peningkatan Nilai Rata-rata dan Ketuntasan Belajar Prasiklus, Siklus I dan II Hasil belajar siswa diperoleh melalui kegiatan evaluasi. Hasil belajar siswa mencerminkan keberhasilan proses pembelajaran. Jika proses pembelajaran berlangsung efektif maka hasil belajar akan baik demikian juga sebaliknya. Melihat perolehan hasil belajar IPA kelas IV SDN Sukomangli 01 seperti paparan di atas maka dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran dengan mengimplementasikan pembelajaran kooperatif tipe STAD berjalan efektif sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kegiatan eksplorasi pengetahuan 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Pra Siklus Siklus I Siklus II Nilai Rata-rata Ketuntasan Belajar 110 siswa melalui kegiatan kerja kelompok dalam pembelajaran IPA ternyata lebih efektif dibandingkan menggunakan metode pembelajaran konvensional. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD telah meningkatkan keaktifan siswa. Dengan meningkatnya keaktifan siswa dalam belajar, maka kegiatan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi pengetahuan dapat berjalan lebih maksimal. Hal tersebut dapat meningkatkatkan hasil belajar siswa.

2. Implikasi Hasil Penelitian

Pada pembelajaran IPA dengan materi Benda, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar diikuti penyajian informasi tentang model pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe STAD, materi dan kegiatan yang akan dilakukan. Pada pelaksanaanya siswa menjadi aktif dalam belajar. Implikasinya adalah tumbuhnya keaktifan memperhatikan, berbicara, mendengarkan, menulis, bergerak, mental dan emosional dari para siswa. Nasution S dalam Suparlan 2005: 107, menjelaskan ciri-ciri guru yang baik dan efektif antara lain a memahami dan menghormati murid b menguasai bahan pelajaran yang diberikan c menyesuaikan metode mengajar dengan bahan pelajaran d menyesuaikan bahan pelajaran dengan kesanggupan individu murid, e mengaktifkan murid dalam hal belajar, f menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan murid dan g mengembangkan pribadi anak. 111 Ciri tersebut kiranya telah dapat dilakukan guru dalam mengelola pembelajaran melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD, contohnya guru senantiasa memahami potensi siswa, menguasai bahan pelajaran, memperhatikan perbedaan individual siswa, mengaktifkan siswa, menunjukkan tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran dan selalu mengedepankan pencapaian keseluruhan aspek kognitif, efektif dan psikomotorik siswa. Oleh karena itu, guru model termasuk guru yang efektif. Hasil belajar siswa pada keadaan awal sebelum dilakukan tindakan sebelum penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dilaksanakan, hanya 50 siswa kelas IV SD N Sukomangli 01 yang tuntas belajar dengan keaktifan siswa 39, tetapi setelah dilaksanakan penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD, pada keadaan akhir setelah siklus terakhir 100 siswa tuntas belajar dan 83 siswa aktif dalam belajar. Hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan hasil belajar dan keaktifan siswa yang cukup signifikan. Keadaan tersebut sejalan dengan yang diutarakan Slavin 2005: 93 bahwa dalam keadaan yang ditetapkan dengan baik, pembelajaran kooperatif dapat memberikan pengaruh yang konsisten dan penting terhadap pembelajaran seluruh siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menjadi salah satu alternatif pembelajaran inovatif karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa, sekaligus dapat meningkatkan kemampuan afektif dan psikomotorik siswa melalui bekerja kelompok serta melakukan aktivitas-aktivitas yang mendukung belajar siswa. 112 Dengan melihat hasil belajar siswa seperti dideskripsikan diatas maka dapat dikatakan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD ternyata dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa SD Negeri Sukomangli 01.