38 apa yang disampaikan oleh konseli dan apa yang menjadi tujuannya
dalam proses konseling.
7. Teknik – Teknik Konseling Person centered
Rogers dalam Corey, 1986 menekankan bahwa yang terpenting dalam proses konseling ini adalah sikap konselor, bukan pada teknik yang
didesain untuk membuat konselor “berbuat sesuatu” kepada konseli. Dengan adanya perkembangan yang menekankan sikap ini maka ada
perubahan-perubahan di dalam frekuensi penggunaan bermacam teknik misalnya : bertanya, penstrukturan, interpretasi, memberi saran atau
nasihat. Jadi, apa yang harus dilakukan oleh konselor adalah mewujudkan dan mengkomunikasikan penerimaan, pemahaman, dan penghargaan tulus
tanpa syarat. Rogers dalam Corey, 1986 menambahkan bahwa terdapat tiga
sikap yang perlu dimiliki konselor dan yang saling terkait yaitu : a.
Unconditional Positif Regard Menerimaperhatian tanpa syarat
Perhatian tanpa syarat ini berarti tidak dicampuri oleh evaluasi dan penilaian-penilaian terhadap perasaan-perasaan, pemikiran-
pemikiran, dan tingkah laku konseli sebagai baik atau buruk. Konselor menilai dan menerima konseli secara hangat tanpa syarat pada
penerimnaanya. Konseli menerima konseli apa adanya dan mengajari konseli bahwa dia bebas untuk memiliki perasaan-perasaan dan
pengalaman-pengalaman tanpa merasa khawatir akan ditinggalkan
39 oleh konselor. Semakin besar kesukaan, perhatian dan penerimaan
hangat terhadap konseli, maka akan semakain besar pula peluang
untuk menunjang perubahan pada konseli.
b. Congruence
genuineness, or realness Jujur
Kejujuran ini mengisyaratkan kepada konseli bahwa konselor tampil apa adanya,terintergrasi, dan otentik selama pertemuan
konseling. Konselor yang otentik bersikap spontan dan terbuka dalam menyampaikan perasaan-perasaan dan sikap yang ada pada dirinya,
baik negatif maupun positif. c.
Accurate Empatic Understanding Kemampuan berempati yang tepat
Acurate empatic understanding adalah kemampuan konselor
untuk mampu mengerti secara peka dan akurat pengalaman- pengalaman dan perasaan-perasaan konseli sebagaimana pengalaman
dan perasaan-perasaan itu tampil secara interaksi dari sata kesaat dalam pertemuan konseling. Konselor memahami perasaan-perasaan
konseli seakan-akan perasaan itu adalah perasaannya sendiri, tetapi juga tidak terlarut didalamnya. Pemahaman yang baik dari empati
yang akurat ini mampu mengenali perasaan yang sesungguhnya yang dialami konseli. Konselor membantu konseli memperluas kesadaranya
atau perasaanya yang diakui sebagian.
Dengan demikian teknik yang diperlukan dalam konseling dengan pendekatan person centered adalah sikap dari konselor itu sendiri. Sikap
40 yang dimaksud yaitu upaya konselor untuk membuat konseli merasa
diterima serta dihargai sebagai individu yang berbeda, dalam upaya berpartisipasi memahamkan konseli mengenai keadaan dirinya dan
membantu konseli untuk mampu menentukan sikap secara mandiri dan bertanggungjawab.
C. Buku Panduan