Kedudukan Teori dalam Proses Konseling

28 Berdasarkan pemaparan kedua ahli diatas, peneliti cenderung lebih setuju terhadap pandangan Akhmad Sudrajat 2011: 34 yang secara rinci menyebutkan bahwa terdapat tiga tahapan dalam proses konseling, yaitu : 1 Tahap awal yang meliputi kegiatan membangun hubungan konseling yang melibatkan konseli rapport, memperjelas dan mendefinisikan masalah konseli, memperjelas dan mendefinisikan masalah konseli, dan melakukan negosiasi kontrak. 2 Tahap kerja Inti meliputi kegiatan menjelajah dan mengeksplorasi masalah konseli lebih dalam, konselor menjalin hubungan yang dinamis dengan konseli. 3 Tahap akhir meliputi kegiatan membuat kesimpulan terhadap hasil pelaksanaan proses konseling, menyusun rencana lanjutan, evaluasi proses konseling dan membuat perjanjian pertemuan selanjutnya.

B. Teori Person Centered

1. Kedudukan Teori dalam Proses Konseling

Menurut Nelson-Jones 2011: 9, teori adalah formulasi prisip- prinsip yang mendasari fenomena terobservasi tertentu yang sampai tingkat tertentu telah diverifikasi. Salah satu kriteria keandalan sebuah teori adalah seberapa jauh ia menghasilkan prediksi-prediksi yang dikonfirmasi ketika data empirik yang relevan dikumpulkan. Jadi, data atau fakta bukanlah sebagai pengganti teori melainkan untuk memperkuat teori tersebut. 29 Nelson-Jones 2011: 9 juga menyebutkan bahwa terdapat tiga fungsi utama teori dalam proses konseling yaitu : a. Memberikan kerangka kerja konseptual. Teori memberikan konsep-konsep kepada terapis sehingga memungkinkan mereka untuk memikirkan secara sistematik tentang perkembangan manusia dan terapeutiknya. Terdapat empat dimensi yang menjadikan teori sebagai kerangka kerja konseptual meliputi : pernyataan tentang konsep-konsep dasar atau asumsi-asumsi yang mendasari teori tersebut, penjelasan tentang diperolehnya perilaku yang membantu dan tidak membantu, penjelasan tentang terpeliharanya perilaku yang membantu dan tidak membantu, dan penjelasan tentang cara membantu konseli mengubah perilakunya dan mengkonsolidasikan hal-hal yang telah berhasil dicapainya ketika terapi berakhir. Dengan kata lain, teori membantu konselor untuk dapat menyikapi permasalahan konseli dengan lebih terstruktur dan terarah sehingga proses konseling dapat berjalan efektif. b. Teori sebagai bahasa. Proses terapi adalah rangkaian percakapan yang membutuhkan bahasa. Bahasa, dalam hal ini merupakan kosa kata yang digunakan. Dalam setiap teori memiliki kosa kata tersendiri untuk menamai suatu sikap atau peristiwa. c. Teori sebagai seperangkat hipotesis penelitian. 30 Semua konselor atau terapis adalah peneliti. Ia membuat hipotesis tiap kali mereka memutuskan tentang cara menangani konselikonseli tertentu dan cara merespons ucapan atau rangkaian ucapan konseli. Konseli juga peneliti yang membuat prediksi tentang bagaimana dirinya sebaiknya mengatur hidup. Oleh karena itu jika seorang konselor menggunakan teori secara tepat, konseli juga akan lebih percaya bahwa konsekuensi terhadap perilakunya kedepan mendapatkan kontrol yang baik dari konselor. Berdasarkan pemaparan pada bagian latar belakang, menunjukkan bahwa kebanyakan para siswa mengalami permasalahan kesenjangan antara real self dan ideal self. Jika hal itu dibiarkan akan bekembang lebih jauh kearah perilaku negatif. Oleh karena itu, masalah yang bersumber dari kesenjangan antara real self dan ideal self, akan lebih tepat jika diselesaikan dengan konseling yang didukung teori person centered. Meskipun dalam beberapa pelaksanaan konseling perlu diadakan kombinasi antar teori agar konseling lebih berhasil optimal.

2. Konsep Dasar Person Centered