Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekeri 155
e. Unsur kebersamaan, solidaritas, kerja sama, dan hidup berdampingan secara damai dalam perbedaan.
Prinsip-prinsip tersebut juga berlaku dalam hubungan antarumat beragama. Kita tidak akan mampu mempersatukan dogma atau ajaran semua
agama namun kita dapat mempersatukan semua umat beragama melalui berbagai kerja sama dan upaya untuk menanggulangi masalah-masalah
kemanusiaan. Pendekatan dogmatis hanya akan berakhir pada konlik dan perpecahan namun melalui upaya kemanusiaan semua orang dari latar
belakang agama yang berbeda akan dipersatukan sebagai komunitas yang peduli pada kemanusiaan, keadilan, dan perdamaian.
E. Penutup
Guru mengajak peserta didik untuk berdoa: “Tuhan, Engkau telah menciptakan kami dengan warna kulit dan rambut
yang berbeda-beda. Engkau membentuk kami dalam budaya kami yang berbeda-beda. Dan kami menjawab karya-Mu dan kasih-Mu dengan
cara yang berbeda-beda pula. Tolonglah kami semua untuk mengenali pekerjaan-Mu di dalam diri sesama kami, juga sesama kami yang beriman
dan berkeyakinan yang berbeda dengan iman dan keyakinan kami.
Tolonglah kami untuk mengasihi sesama kami, menerima perbedaan- perbedaan di antara kami. Bukannya saling bermusuhan, tolonglah kami
untuk hidup dalam kasih yang murni sehingga dengan demikian kami boleh memberikan kesaksian yang hidup bagi kemuliaan nama-Mu. Amin.
F. Penjelasan Alkitab
Mazmur 133
Mazmur 133 berbicara tentang persaudaraan yang rukun. Persaudaraan ini mestinya tidak hanya dibangun dengan orang-orang yang seiman saja, tetapi
dengan siapapun juga. Kita terpanggil untuk saling menolong, menopang, dan bekerja bersama-sama untuk memecahkan masalah-masalah dan tantangan
bangsa kita. Akan tetapi, bagaimanakah kenyataannya dalam praktik kehidupan kita sebagai bangsa Indonesia? Masih banyak pelanggaran yang dibuat oleh
kaum mayoritas terhadap minoritas di Indonesia. Persaudaraan yang rukun lebih banyak dipercakapkan daripada dipraktikkan. Hal itu terbukti melalui
berbagai konlik horisontal yang terjadi yang berakar dari perbedaan agama.
156 Buku Guru Kelas XII SMASMK
Alkitab tidak berbicara tentang kerukunan antarumat beragama secara langsung, tetapi hukum kasih yang diajarkan Yesus Kristus adalah kasih yang
melewati batas-batas suku, bangsa, agama dan budaya. Perintah kasih yang berbunyi “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” Matius 22:37-
40 bersifat universal, menyeluruh untuk semua orang di mana pun mereka berada.
G. Kegiatan pembelajaran
Pengantar
Bagian pengantar mengarahkan peserta didik untuk memahami garis besar pelajaran dan menjelaskan alasan pemilihan topik dan urgensinya
bagi peserta didik.
Kegiatan 1
Pendalaman materi mengenai potret pertikaian dan konlik yang berlatar belakang agama. Peserta didik mempelajari beberapa kasus yang
diangkat dalam buku siswa kemudian menulis jawaban mengenai penyebab konlik yang terjadi dan menyimpulkan analisis mereka terhadap kasus-
kasus tersebut.
Kegiatan 2
Pendalaman materi mengenai beberapa pandangan mengenai
hubungan antarumat beragama, dilanjutkan dengan beberapa sikap dalam kaitannya dengan hubungan antaragama. Pemaparan materi ini
bukan merupakan bentuk indoktrinasi pada peserta didik. Diharapkan guru tetap memberi kebebasan pada peserta didik untuk mempelajari
serta memahami dengan baik materi yang ada. Sebagai remaja Kristen mereka harus kritis mendalami berbagai sikap yang ada. Dalam banyak
kasus peserta didik mengalami pengalaman buruk mengenai hubungan antarumat beragama. Hal itu akan semakin sulit ketika topik ini dibahas
di daerah-daerah di mana konlik antarumat beragama pernah terjadi. Di daerah-daerah tersebut, guru tidak dianjurkan untuk memaksakan konsep-
konsep kerukunan atau pluralisme agama. Sebaiknya guru membimbing peserta didik untuk melihat berbagai peluang masa depan yang lebih
baik sebagai komunitas bangsa jika masyarakat hidup dalam solidaritas dan kebersamaan. Bahwa pengalaman lalu merupakan pembelajaran bagi
peserta didik bahkan seluruh komunitas Kristen untuk bersikap kritis, rasional dan mampu memaakan.
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekeri 157
Kegiatan 3
Peserta didik melakukan diskusi kelompok mengenai: contoh-contoh sikap fanatik dalam kehidupan beragama, baik dari agama lain maupun
dari agama Kristen sendiri. Diantara keempat sikap terhadap agama lain dan para pemeluknya, sikap yang manakah yang dimiliki oleh peserta
didik? Dalam lima tahun terakhir ini, apakah terjadi perubahan dalam sikap peserta didik terhadap agama lain dan para pemeluknya? Kalau
ya, dari sikap yang bagaimana dan menjadi apa? Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya perubahan itu? Bagaimana sikap gereja di tempat
masing-masing terhadap orang yang beragama lain? Untuk pertanyaan terakhir peserta didik dapat bertanya pada pendeta, anggota majelis
jemaat, serta pembimbing remaja di gereja masing-masing.
Kegiatan 4
Pendalaman materi mengenai membangun kebersamaan dalam perbedaan
Bagaimana caranya membangun sikap menghargai agama lain dan para pemeluknya? Belajar tentang kehidupan orang-orang yang berbeda
agama membuat kita dapat melihat bagaimana keyakinan itu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan bukan mustahil kita akan memperoleh
banyak pengetahuan baru lewat pengalaman itu.
Kegiatan 5
Studi Kasus
Peserta didik mempelajari kasus pencabutan izin membangun gereja HKBP Cinere. Jika peserta didik adalah anggota jemaat HKBP Cinere,
apakah sikap mereka? Guru membimbing peserta didik dalam diskusi. Pembahasan kasus ini tidak bertujuan memprovokasi peserta didik untuk
melawan pemerintah. Namun memperkuat mereka untuk memahami bagaimana seharusnya warga gereja ataupun gereja sebagai lembaga
mempunyai hak hidup di Negara Pancasila dimana hak hidup semua agama dijamin dalam UUD 1945 dan Pancasila.
158 Buku Guru Kelas XII SMASMK
H. Penilaian