182 Buku Guru Kelas XII SMASMK
kerjasama. Keadilan dan demokrasi bertumbuh bila institusi, baik politik maupun sosial, saling mendukung untuk mencapai kerja sama sosial dimana
ada hak dan kewajiban dasar yang harus dipenuhi agar kekuasaan dan sumber- sumber yang ada dapat dibagi merata, bukan hanya untuk sekelompok
orang. Untuk mencapai ini, perlu ada pembatasan terhadap kekuasaan dan pemanfaatan sumber-sumber alam, selain mencegah munculnya
penyalahgunaan oleh sekelompok orang atau institusi.
B. Mengkaji Perumpamaan Alkitab tentang Keadilan
Bacalah Matius 20: 1-16. “Adapun hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang tuan rumah yang pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun
anggurnya. Setelah ia sepakat dengan pekerja-pekerja itu mengenai upah sedinar sehari, ia menyuruh mereka ke kebun anggurnya. Kira-kira pukul 9
pagi ia keluar pula dan dilihatnya ada lagi orang-orang lain menganggur di pasar. Katanya kepada mereka: “Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku dan
apa yang pantas akan kuberikan kepadamu.” Dan merekapun pergi. Kira- kira pukul 12 dan pukul 3 petang ia keluar pula dan melakukan sama seperti
tadi. Kira-kira pukul 5 petang ia keluar lagi dan mendapati orang-orang lain pula, lalu katanya kepada mereka: “Mengapa kamu menganggur saja di sini
sepanjang hari?” Kata mereka kepadanya: “Karena tidak ada orang mengupah kami.” Katanya kepada mereka: “Pergi jugalahkamu ke kebun anggurku.” Ketika
hari malam tuan itu berkata kepada mandurnya: “Panggillah pekerja-pekerja itu dan bayarkan upah mereka, mulai dengan mereka yang masuk terakhir
hingga mereka yang masuk terdahulu.” Maka datanglah mereka yang mulai bekerja kira-kira pukul 5 sore dan mereka menerima masing-masing satu
dinar. Kemudian datanglah mereka yang masuk terdahulu, disangkanya akan mendapat lebih banyak, tetapi merekapun menerima masing-masing satu
dinar juga. Ketika mereka menerimanya, mereka bersungut-sungut kepada tuan itu, katanya: “Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan
engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari.” Tetapi tuan itu menjawab seorang dari
mereka: “Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau
memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu. Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau
iri hatikah engkau, karena aku murah hati?” Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir.
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekeri 183
Bila kamu adalah pekerja yang mulai bekerja pada jam 5 sore, apa yang akan kamu rasakan? Apakah perasaanmu akan berbeda bila kamu mulai sejak
pagi sekali? Mana yang lebih kamu sukai, bekerja dari pagi hari atau dari sore hari, bila ternyata upahmu akan sama saja, yaitu sedinar untuk seharian kerja?
Sedinar adalah upah yang layak untuk seharian kerja, kira-kira antara 30-60 ribu rupiah. Kemungkinan besar kamu akan memilih untuk memulai pada
jam 5 sore, dan selesai jam 6 sore dengan mendapatkan upah sebesar sedinar. Sepintas, kita cenderung menilai bahwa yang memilih datang pada sore hari
dan bukan pagi hari adalah pemalas, hanya mau enak-enak saja; kerja sebentar tapi mendapatkan upah penuh seperti pekerja yang sudah mulai kerja sejak
pagi hari.
Namun, bayangkan bila kamu memang butuh pekerjaan dan sudah menunggu sejak pagi hari untuk pekerjaan yang dapat memberikan upah yang
layak. Sejak pagi hari, kamu sudah berharap ada yang mau mempekerjakanmu. Sayangnya, hari berjalan terus dan yang kamu nantikan tidak kunjung nampak.
Sinar matahari yang hangat kini menjadi semakin terik bahkan sudah semakin tenggelam menandakan malam akan hadir. Pekerjaan yang kamu tunggu-
tunggu sejak pagi tidak kunjung datang. Kamu sudah tidak dapat lagi berharap bahwa ada yang akan datang memberikan pekerjaan.
Namun, ternyata dugaanmu salah. Ada seorang pengusaha yang menawarkan pekerjaan untuk diselesaikan, saat itu juga. Kamu tidak percaya,
namun tawaran ini terlalu menarik untuk ditolak. Kamu pun sepakat untuk pergi ke tempat usahanya–kebun anggur–dan mulai bekerja sebisamu. Disitu
kamu melihat sudah ada sejumlah pekerja, bahkan ada yang sudah mulai bekerja sejak pagi-pagi sekali. Dalam hati, kamu iri terhadap mereka yang
sudah memiliki pekerjaan sejak pagi hari, sedangkan kamu berharap seharian tanpa kepastian apakah kamu akan mendapatkan pekerjaan. akan tetapi kamu
singkirkan rasa iri itu, dan langsung bekerja sebaik-baiknya sambil berharap agar esok hari kamu tidak terlambat untuk mendapatkan pekerjaan. Menunggu
dalam ketidakpastian sungguh tidak enak, apalagi bila ada anggota keluarga di rumah yang juga menunggumu pulang sambil membawa uang untuk membeli
makanan.
Kini jam 6 sore tiba, saatnya pekerja berhenti bekerja. Kamu juga sudah harus berhenti, padahal, kamu berharap dapat bekerja lebih lama agar upah yang
diterima dapat cukup untuk membeli makanan. Dalam hati kamu tahu bahwa kamu tidak dapat berharap untuk mendapatkan upah yang sama besarnya
dengan yang sudah mulai bekerja dari pagi hari. Namun, mendapatkan upah walaupun sedikit masih lebih baik daripada tidak sama sekali.
184 Buku Guru Kelas XII SMASMK
Ternyata, namamu dipanggil lebih dulu oleh sang mandor. Kamu diberikan uang sedinar sebagai upahmu bekerja sejak jam 5 sore tadi. Kamu bersyukur.
Ternyata bekerja sejam diberikan upah yang layak seakan-akan kamu bekerja seharian penuh. Apakah kau bersyukur untuk upah yang kamu teima? Tentu
saja, bukan? Kamu akan mendatangi sang pengusaha dan menyatakan ungkapan syukurmu untuk kebaikan hatinya.
Akan tetapi tunggu dulu Pada saat itu juga, kamu mendengar gerutu dan omelan dari pekerja yang mulai bekerja sejak pagi hari. Mereka tidak bisa
menerima bahwa mereka mendapatkan upah yang besarnya sama denganmu, padahal mereka sudah bekerja lebih lama. Tentu perasaanmu menjadi tidak
keruan mendengarkan gerutu itu, bukan? Kamu tidak tahu harus menjawab apa atau harus bersikap bagaimana kepada mereka.
Ternyata kamu tidak perlu menjawab apa pun karena sang pengusaha sudah memberikan penjelasan: “Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap
engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama
seperti kepadamu.Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?” Saat itu
juga kamu menyadari bahwa kamu berada di dalam perlindungan orang yang mempedulikanmu, yang tahu apa yang kamu butuhkan, yaitu upah yang layak.
Kata-kata sang pengusaha “…aku mau memberikan kepada orang yang terakhir ini sama seperti kepadamu,” sungguh menyejukkan dan sekaligus melegakan
karena kamu merasa dihargai oleh sang pengusaha.
Perhatikan bahwa sang pengusaha memberlakukan baik prinsip keadilan maupun prinsip kasih karunia. Apa yang layak diterima seseorang, itulah
yang diberikannya. Ini berlaku kepada para pekerja yang mulai bekerja dari pagi hari. Para pekerja ini dapat menuntut andaikata sang pengusaha tidak
memenuhi bayaran sedinar seperti yang sudah disepakati sejak awal. Namun, pada pekerja yang datang paling terakhir, yang berlaku adalah prinsip kasih
karunia. Pemberian berdasarkan kasih karunia adalah pemberian yang bergantung kepada si pemberi. Dalam hal ini, kita selaku orang yang menerima
kasih karunia, tidak bisa menuntut agar si pemberi memberikan apa yang kita harapkan. Kita adalah pihak yang pasif, hanya menerima saja apa yang
diberikan, karena yang aktif justru adalah pemberi kasih karunia.
Posisi ini berbeda dengan yang menerima keadilan. Diperlakukan adil adalah sesuatu yang perlu kita perjuangkan, karena itu merupakan hak.
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekeri 185
C. Contoh Menuntut Keadilan dan Demokrasi