4430
II. Implementasi Kebijakan Publik
Pengertian implementasi merupakan sebuah proses interaksi antara penentuan tujuan dan tindakan untuk mencapai tujuan. Ini pada dasarnya adalah kemampuan untuk membangun hubungan dalam mata rantai sebab
akibat agar kebijakan bisa berdampak Parsons, 2006;466. Implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang dinamis, di mana pelaksana kebijakan melakukan
suatu aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan Agustino, 2008. Ada tiga hal penting dari pengertian implementasi kebijakan, yaitu: 1
adanya tujuan atau sasaran kebijakan; 2 adanya aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan; dan 3 adanya hasil kegiatan.
Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian yang luas, merupakan tahap dari kebijakan segera setelah penetapan undang-undang. Ini mempunyai makna bahwa implementasi adalah pelaksanaan undang-
undang dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan teknik bekerja bersama untuk menjalankan kebijakan dalam upaya untuk meraih tujuan-tujuan kebijakan atau program-program. Implementasi di sisi yang lain
merupakan fenomena yang kompleks yang mungkin dapat dipahami sebagai suatu proses, suatu keluaran output maupun sebagai suatu dampak Lester dan Stewart, 2000.
Implementasi kebijakan adalah fase yang sangat menentukan di dalam proses kebijakan, bisa jadi fase ini menjadi tahap yang sangat krusial karena menyangkut dinamika, masalah atau problematika yang dihadapi
sehingga akan berimbas pada dampak dan tujuan dari kebijakan publik. Oleh karena itu dibutuhkan proses implementasi yang efektif, tanpa adanya implementasi yang efektif keputusan-keputusan yang dibuat oleh
pengambil keputusan tidak akan berhasil dan sukses.
III. Model Implementasi Kebijakan Publik
Sejumlah teori tentang implementasi kebijakan menegaskan bahwa terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan publik. Dalam studi implementasi kebijakan, faktor-faktor
yang mempengarui keberhasilan implementasi kebijakan seperti yang diteoritisasi oleh para ahli terbagi dalam banyak model.
Model implementasi kebijakan dari George C. Edward III menyatakan bahwa Implementasi sebuah program atau kebijakan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni :
a. Komunikasi
Sosialisasi merupakan salah satu sarana yang bisa dipakai untuk melakukan proses komunikasi berupa Transmisi atau cara penyampaian informasi, kejelasan clarity, konsistensi.
b. Sumberdaya
Semberdaya yang dimaksud oleh Edward III adalah ; Staf kecukupan kuantitas dan kualitas, informasi, kewenangan, fasilitas.
c. Disposisi
Pengertian disposisi dalam hal ini diartikan sebagai sebuah sikap dan komitmen. Disposisi ini terdiri dari ; efek disposisi, penempatan staf, insentif.
4431
d. Struktur Birokrasi
Ia menekankan perlu adanya Standar Operasional Prosedur SOP yang mengatur tata aliran pekerjaan diantara para pelaksana yang terdiri dari : Prosedur pelaksanaan Standar Operasional Prosedur-SOP,
pembagian tanggungjawab.
IV. PENUTUP
Implementasi kebijakan sertifikasi guru di Kota Medan masih belum terlaksana secara efektif, hal ini terbukti dari masih adanya guru yang belum bisa memperoleh informasi dengan baik dan cepat tentang
pelaksanaan sertifikasi guru. Informasi yang diberikan melalui proses sosialisasi dirasakan belum memadai dilihat dari jumlah pertemuan yang rata-rata pertahun hanya 1 satu kali
Berdasarkan keempat faktor tersebut, ditemukan beberapa kendala yang dihadapi oleh pelaksana sertifikasi guru di Kota Medan berupa sosialisasi sertifikasi guru ternyata buku panduan pelaksanaan sertifikasi
guru tidak sampai ke tangan guru peserta sertifikasi yang seharusnya menjadi tugas Dinas Pendidikan Kota Medan dalam hal informasi dan pendistribusiannya.
Kemampuan guru dalam mengakses internet juga menjadi kendala dalam mencari informasi. Ketersediaan informasi pada awal pelaksanaan sertifikasi lebih mengandalkan proses sosialisasi tatap muka yang
diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kota Medan daripada penggunaan media internetsitus dan kondisi ini menjadi terbalik diakhir-akhir tahun pelaksanaannya. Sekarang media internet melalui website dikti menjadi
lebih dominan dalam keperluan penyampaian dan perolehan informasi ketimbang sosialisasi tatap muka. Peraturan yang selalu berubah dan tidak konsisten menjadi kendala bagi guru dalam mengikuti
pelaksanaan sertifikasi guru. Muncul persepsi di kalangan guru yang menilai bahwa pelaksanaan sertifikasi tidak konsisten.
Ketidakcocokan data di Dapodik Data Pokok Pendidik membuat tunjangan profesi guru tidak dikeluarkan. Hal ini diakibatkan oleh adanya regulasi baru dan berbedanya data yang seharusnya ada di Dapodik
dengan data awal guru. Hal ini lagi-lagi menyebabkan kerugian kepada guru. Kurangtidak lancarnya pencairan dana tunjangan profesi guru yang diterima dengan bermacam-macam
kendala diantaranya Nomor Registrasi Guru NRG yang tidak keluar, jumlah jam mengajar yang tidak mencukupi hingga 24 jamminggu, tidak liniernya jurusan pendidikan S1 dengan mata pelajaran yang diampu
sehingga pembayaran tunjangan yang tidak penuh dan dengan periode penerimaan yang berbeda-beda akan menambah panjangnya daftar permasalahan sertifikasi guru.
Daftar Pustaka
Agustino, Leo, 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik, Bandung : CV. Alfabeta Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, BPSDMPK dan PMP, 2013. Buku 1 Pedoman Penetapan
Peserta, Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Lester, James P dan Steward, Josep Jr. 2000. Public Policy : An Evolutionari Approach, Belmont :
Wadsworth Parsons, Wayne 2006. Public Policy, Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan, Jakarta : Kencana
Prenada Media Group.
4432
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH Drs. Sumarjo, SH, M.Pd.
9
Abstrak
Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah. Metode penulisan menggunakan metode library research. Dari pembahasan dapat disimpulkan
bahwa pengadaan sarana dan prasana belajar pendidikan jasmani relatif lebih besar dari mata pelajaran lain sehingga dengan keterbatasan dana akan memberatkan sekolah dalam penyediaan sarana dan prasaran
pendidikan jasmani tersebut secara lengkap. Walaupun masih ada beberapa SMA yang mengalami kekurangan dalam pengadaan sarana dan prasarana olahraganya namun hal ini bukan merupakan hambatan bagi sekolah
dalam menyelenggarakan pembelajaran Pendidikan Jasmani di sekolahnya masing-masing sebab dengan keterbatasan sarana dan prasarana yang mampu disediakan sekolah tersebut justru menjadi tantangan yang
harus diatasi oleh pihak sekolah bersama-sama dengan guru Pendidikan Jasmani guna mencari solusi terbaik untuk permasalahan ini. Dalam hal ini guru dituntut lebih kreatif dalam memberdayakan sarana dan prasarana
yang dimiliki sekolah dengan segala keterbatasannya tersebut antara lain, ruang atau lapangan yang sempit, bisa digunakan untuk olahraga senam atau lapangan bola basket yang bisa juga sebagai lapangan bola voli.
Kata kunci : pembelajaran dan pendidikan jasmani 1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang