4462
Pertama, dari segi komponen pengetahuan kewarganegaraan multikultural, warga negara perlu memahami seperangkat pengetahuan dan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan tema-
tema toleransi; tema-tema tentang perbedaan ethno-kultural dan agama; bahaya diskriminasi; penyelesaian konflik dan mediasi; hak azasi manusia; demokrasi dan kebhinnekaan; kemanusiaan universal, politik dan
pemerintah; prinsip-prinsip rule of law; separation of power; checks and balances; dan subyek-subyek lain yang relevan.
Kedua, dari segi komponen kecakapan kewarganegaraan multikultural, setiap warga negara perlu dibekali dengan kecakapan yang berkaitan dengan kemampuan untuk mengidentifikasi menandaimenunjukkan;
menggambarkan memberikan uraianilustrasi; menjelaskan mengklarifikasimenafsirkan, menganalisis; mengevaluasi pendapatposisi menggunakan kriteriastandar untuk membuat keputusan; mengambil
pendapatposisi; mempertahankan pendapatposisi terhadap tema-tema toleransi; tema-tema tentang perbedaan ethno-kultural dan agama; bahaya diskriminasi; penyelesaian konflik dan mediasi; hak azasi manusia; demokrasi
dan kebhinnekaan; kemanusiaan universal, politik dan pemerintah; prinsip-prinsip rule of law; separation of power; checks and balances; dan subyek-subyek lain yang relevan.
Dari segi kecakapan partisipasi, kewarganegaraan multikultural akan ditandai oleh kemampuan untuk: 1 berinteraksi dalam masyarakat dan kebudayaan yang memiliki latar belakang berbeda dengan masyayarakat dan
kebudayaan yang dimilikinya dengan mengedepankan prinsip toleransi, saling menghormati, dan saling menghargai dalam kesederajatan; 2 memantaumemonitor masalah-masalah publik terutama dalam penanganan
persoalan-persoalan yang berkaitan dengan hubungan antara individu warga negara dengan sesama individu warga negara, hubungan antara kelompok sosial yang berbeda, dan antara warga negara dengan negara; dan 3
mempengaruhi proses politik pemerintahan baik secara formal maupun informal untuk menegakan prinsip-prinsip multikulturalisme.
Ketiga, dari segi komponen watak kewarganegaraan multikultural, setiap warga negara perlu mengembangkan dan mempraktikkan jalinan kerjasama dengan orangkelompok dari berbagai latar belakang;
berperilaku mengutamakan kepentingan umum dalam konteks publik; mempromosikan hak individu, keanekaragaman dan kesetaraan; menjunjung kebenaran, cinta tanah air; tidak larut dalam pengkultusan tokoh,
kelompok dan partai, ras, etnik, bahasa dan agamakeyakinan; mau mengakui kekurangan dan kesalahan, mau belajar dari kekurangan dan kesalahan, tidak mudah dihegemoni dan mudah mencari kambing hitam atau
memanipulasi sesuatu yang merugikan orang lain, tidak mudah berprasangka buruk kepada individu atau kelompok lain; dan kritis sesuai konteks ruang dan waktu.
Tiga komponen kompetensi kewarganegaraan di atas harus berjalan berkelindan sebagai modal sosial social capital bangsa. Kompetensi kewarganegaraan ini juga berimplikasi pada perlunya interaksi yang
bermakna antar anggota kelompok masyarakat yang berbeda.
4. Penutup
Pendidikan Kewarganegaraan civic education, baik sebagai program kurikuler, program sosial kultural, maupun program akademikkajian ilmiah dapat menjadi wahana pendidikan multikultural Indonesia. Melalui
pendidikan kewarganegaraan ini, ditumbuhkan tidak hanya pemahaman tentang demokrasi, hak azasi manusia,
4463
kebhinnekaan, respek dan toleransi di antara berbagai kelompok masyarakat, tetapi juga pengalaman berdemokrasi keadaban dan multikultural.
Karena itu, dalam kerangka membangun masyarakat multikultural Indonesia, maka secara praxis- pedagogis, budaya kewarganegaraan sebagai sistem nilai yang terkandung dalam pendidikan kewarganegaraan
sebagai pendidikan multikultural harus diwujudkan sebagai proses belajar sepanjang hayat melalui proses belajar yang bersifat konsentris tentang multikulturalisme knowing multiculturalism, belajar melalui proses yang
mencerminkan jiwa dan aktualisasi nilai-nilai multikulturalisme doing multiculturalism, dan belajar untuk membangun tatanan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia yang religius, beradab, bersatu,
demokratis, dan berkeadilan building multiculturalism. Disamping itu, diperlukan keteladanan perilaku yang ditampilkan oleh pebelajar, baik guru, dosen, tokoh
masyarakat, maupun orang tua sebab tanpa keteladanan perilaku, sikap dan karakteristik masyarakat multikultural Indonesia tidak akan mendapatkan tempat yang bermakna dalam masyarakat Indonesia.
Daftar Pustaka Aly, A. 200
5. “Pendidikan Multikultural dalam Tinjauan Pedagogik”. Makalah dipresentasikan pada Seminar Pendidikan Multikultural sebagai Seni Mengelola Keragaman, yang diselenggarakan oleh
Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial PSB-PS Universitas Muhammadiyah Surakarta, Sabtu, 8 Januari 2005.
Azra, A. 2004. “Demokrasi Multikultural”. Harian Republika, 12 Agustus 2004. Azra, A. 2006. “Pancasila dan Identitas Nasional Indonesia: Perspektif Multikulturalisme”. Dalam Restorasi
Pancasila: Mendamaikan Politik Identitas dan Modernitas. Bogor: Brighten Press. Banks, J.A. 1997. Educating Citizens in a Multicultural Society. New York and London: Teachers College
Columbia University. Blum, L.A. 2001. “Antirasisme, Multikulturalisme, dan Komunitas Antar-Ras: Tiga Nilai yang Bersifat
Mendidik bagi Sebuah Masyarakat Multikultural”. Dalam May, Larry, Shari Collins-Chobanian, and Kai Wong Eds. Etika Terapan I: Sebuah Pendekatan Multikultural. Terjemahan oleh Sinta Carolina
dan Dadang Rusbiantoro. Yogyakarta: PT Tiara Wacana.
Branson, M.S. 1998. The Role of Civic Education. Calabasas: CCE. Hardiman, F. B. 2002. Belajar dari Politik Multikulturalisme. Pengantar dalam Kymlicka. 2002.
Kewargaan Multikultur: Teori Liberal mengenai Hak- hak Minoritas. Terjemahan oleh Edlina Afmini Eddin dari judul Multicultural Citizenship: A Liberal Theory of Minority. Jakarta: LP3ES.
Hefner, R.W. 2007. Politik Multikulturalisme: Menggugat Realitas Kebangsaan. Terjemahan oleh Bernardus Hidayat dari judul asli “The Politics of Multiculturalism, Pluralism and Citizenship in Malaysia,
Singapore, and Indonesia”. Yogyakarta: Kanisius. Kusumohamidjojo, B. 2000. Kebhinnekaan Masyarakat Indonesia: Suatu Problematik Filsafat Kebudayaan.
Jakarta: Grasindo. Misrawi, Z. 2007. Al-
Qur‟an Kitab Toleransi: Inklusivisme, Pluralisme dan Multikulturalisme. Jakarta: Fitrah.
4464
Nasikun. 2007. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: pt. RajaGrafindo Persada. Quigley, C.N., Buchanan, Jr. J. H., Bahmueller, C.F. 1991. Civitas: A Frame Work for Civic Education.
Calabasas: Center for Civic Education. Saifuddin, A.F. 2006. “Reposisi Pandangan mengenai Pancasila: Dari Pluralisme ke Multikulturalisme”.
dalam Restorasi Pancasila: Mendamaikan Politik Identitas dan Modernitas. Bogor: Brighten Press. Supardan, D. 2004. Pembelajaran Sejarah Berbasis Pendekatan Multikultural dan Perspektif Sejarah Lokal,
Nasional, Global, untuk Integrasi Bangsa Studi Kuasi Eksperimental Terhadap Siswa Sekolah Menengan Umum di Kota Bandung. Disertasi PPS UPI: tidak diterbitkan.
Suparlan, P. 2003 “Bhineka Tunggal Ika: Keanekaragaman Sukubangsa atau Kebudayaan”, Jurnal Antropologi Indonesia, Tahun XXVII, No.72.
Suparlan, P. 2005. Sukubangsa dan Hubungan Antar Sukubangsa. Jakarta: Yayasan Pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian.
Tilaar, H.A.R. 2004. Multikulturalisme: Tantangan-tantangan Global Masa Depan dalam Transformasi Pendidikan Nasional. Jakarta: Grasindo.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
4465
PENGARUH PERENCANAAN KARIR DAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. CATUR KARDA SENTOSA MEDAN
Drs. Muhammad Ishak, MM
12
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem perencanaan karir karyawan pada PT. Catur Karda Sentosa Medan dan bagaimana pengaruhnya terhdaap kinerja. Penelitian ini dilakukan pada Kantor PT. Catur
Karda Sentosa Medan yang beralamat di Jl. Perintis Kemerdekaan No. 5 Medan. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 53 sampel. Variabel bebas X dalam penelitian ini adalah
perencanaan karir, sedangkan variabel terikat Y adalah kinerja pegawai. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Selanjutnya pengujian hipotesis dilakukan dengan uji regresi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perencanaan karir mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja, artinya apabila dengan adanya program perencanaan kariryang baik dapat meningkatkan kinerja pegawai.
Kata kunci : perencanaan karir dan kinerja
1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang