Pengaturan Jarak Tanam Pemupukan Berimbang

15

4. Bibit muda 21 Hari Setelah Tanam HSS

Benih yang tenggelam berisi penuh sebelum disebarkan di persemaian dibilas dulu agar tidak mengandung pupuk ZA, kemudian direndam selama 24 jam dan setelah itu ditiriskan setelah 48 jam. Bedengan pembibitan dibuat dengan lebar 1-2 m dan panjang disesuaikan dengan keadaan lahan seluas 400 m per ha. Luas bedengan ini cukup ditebari benih 25-30 kg. Abdullah, dkk. 2000, penggunaan bibit padi yang berumur lebih dari 30 hari setelah semai hss akan memberikan hasil produksi yang kurang baik karena: bibit yang digunakan relatif tua sehingga beradaptasi lambat stagnasi pertumbuhan setelah tanam relatif lama, - tidak seragam mempunyai anakan yang tidak seragam, perakaran dangkal dan rusak menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak berkembang dengan baik setelah tanaman dipindah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Kartaatmadja dan Fagi 2000 serta Gani 2003 dalam Watemin, Sulistyani Budiningsih 2012 menyatakan bahwa penggunaan bibit padi sawah dengan umur yang relatif muda umur 12-15 hss akan membentuk anakan baru yang lebih seragam dan aktif serta berkembang lebih baik karena bibit yang lebih muda mampu beradaptasi dengan lingkungan yang baru setelah tanaman dipindah.

5. Pengaturan Jarak Tanam

PTT Pengelolaan Tanaman Terpadu padi sawah menganjurkan untuk mengatur jarak dan populasi tanaman dengan menerapkan Sistim tanam jajar legowo. Sistem tanam jajar legowo adalah sistem tanam dengan pengaturan jarak tanam tertentu sehingga pertanaman akan memiliki barisan tanaman yang diselingi oleh barisan kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir setengah kali jarak tanam antar barisan. PTT Pengelolaan Tanaman Terpadu padi sawah menganjurkan penerapan sistem tanam jajar legowo karena adanya keuntungan dan kelebihan yang lebih dibanding dengan sistem tanam konvensional tegel diantaranya yaitu : 16 a. Adanya efek tanaman pinggir b. Sampai batas tertentu semakin tinggi populasi tanaman semakin banyak jumlah malai persatuan luas sehingga berpeluang menaikkan hasil panen c. Terdapat ruang kosong untuk pengaturan air, saluran pengumpulan keong atau mina padi d. Pengendalian hama, penyakit dan gulma menjadi lebih mudah e. Dengan areal pertanaman yang lebih terbuka dapat menekan hama dan penyakit f. Penggunaan pupuk lebih berdaya guna. Sistem tanam jajar legowo yang dapat diterapkan adalah sistem tanam jajar legowo 2 : 1 atau 4 : 1 dan penyulaman tanaman dapat dilakukan sebelum tanaman berumur 14 HST hari setelah tanam.

6. Pemupukan Berimbang

Cara menetukan waktu aplikasi pupuk N dengan menggunakan BWD dapat dilakukan dengan 2 cara : cara pertama adalah waktu pemberian pupuk berdasarkan nilai pembacaan BWD yang sebenarnya real time, yaitu penggunaan BWD dimulai ketika tanaman 14 HST, kemudian secara periodik diulangi 7-10 hari sekali sampai diketahui nilai kritis saat pupuk N harus diaplikasikan. Cara kedua adalah waktu tetap fixed time, yaitu waktu pemupukan ditetapkan lebih dahulu berdasarkan tahap pertumbuhan tanaman, antara lain fase pada saat anakan aktif dan pembentukan malai atau saat primordia. Pemupukan P dan K berdasarkan status hara tanah, atau Perangkat Uji Tanah Sawah PUTS, petak omisi serta pemecahan masalah kesuburan tanah. Pupuk P diberikan seluruhnya sebagai pupuk dasar, bersamaan dengan pemupukan N pertama pada 0-14 HST. Pupuk K pada dosis rendah- sedang 50 kg KCLHa, seluruhnya diberikan sebagai pupuk dasar. Pupuk K pada dosis tinggi 100 kg KCLHa, 50 diberikan sebagai pupuk dasar dan sisanya pada saat primordia. 17

7. Penggunaan Bahan Organik

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Sawah (Studi Kasus : Petani Padi Sawah, Kec. Rawang Panca Arga, Kab. Asahan)

4 32 107

MAKALAH SEMINAR/HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PETANI DENGAN TINGKAT PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH DI KECAMATAN MONCONGLOE KABUPATEN MAROS | Agronomi Pertanian

0 1 24

MAKALAH SEMINAR /HUBUNGAN ANTARA FAKTOR EKSTERNAL PETANI DENGAN TINGKAT PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH DI KECAMATAN MONCONGLOE KAB. MAROS | Agronomi Pertanian

0 0 21

Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Sawah (Studi Kasus : Petani Padi Sawah, Kec. Rawang Panca Arga, Kab. Asahan)

0 1 11

Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Sawah (Studi Kasus : Petani Padi Sawah, Kec. Rawang Panca Arga, Kab. Asahan)

0 0 1

Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Sawah (Studi Kasus : Petani Padi Sawah, Kec. Rawang Panca Arga, Kab. Asahan)

0 0 5

Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Sawah (Studi Kasus : Petani Padi Sawah, Kec. Rawang Panca Arga, Kab. Asahan)

0 0 12

Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Sawah (Studi Kasus : Petani Padi Sawah, Kec. Rawang Panca Arga, Kab. Asahan)

0 0 2

Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Sawah (Studi Kasus : Petani Padi Sawah, Kec. Rawang Panca Arga, Kab. Asahan)

0 1 37

ANALISIS FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH DENGAN SISTEM PTT

0 0 16