31
Kesimpulan didasarkan pada Makin dekat harga C kepada C
maks
makin besar derajat asosiasi antar faktor dengan kata lain faktor yang satu makin berkaitan dengan faktor lain.
F. Defenisi Operasional
Untuk membatasi ruang lingkup maka akan diberikan beberapa defenisi sebagai berikut :
1. Produksi adalah hasil yang diperoleh petani sebagai akibat penggunaan beberapa faktor produksi dalam periode tertentu dan dinyatakan dalam
satuan ton. 2. Produktivitas adalah jumlah produksi persatuan lahan yang dinyatakan
dalam kuwintal per hektar kwtha. 3. Peningkatan Produktivitas adalah selisih antara hasil produktivitas yang
diperoleh sebelum dan sesudah melaksanakan penerapan paket Teknologi PTT padi sawah yang diukur dengan satuan kwintal per hektar
Tingkat produktivitas dikategorikan : Tingkat produktivitas tinggi adalah jika nilai skor peningkatan
produktivitas petani ≥ dari nilai rata -rata skor peningkatan produktivitas petani responden .
Tingkat produktivitas rendah adalah jika nilai skor peningkatan produktivitas petani dari nilai rata -rata skor peningkatan produktivitas
petani responden . 4. Pengelolaan Tanaman dan Sumber daya secara Terpadu yang sering
diringkas Pengelolaan Tanaman Terpadu PTT merupakan suatu pendekatan holistik yang bersifat partisipatif yang disesuaikan dengan
kondisi spesifik lokasi yang merupakan paket teknologi yang harus diterapkan untuk meningkatkan pendapatan petani melalui penerapan
komponen teknologi PTT yang cocok untuk kondisi .
32
5. Komponen Paket Teknologi PTT adalah komponen teknologi yang dapat diterapkan oleh petani, yaitu komponen teknologi dasar dan komponen
teknologi penunjang. 6. Komponen teknologi dasar merupakan komponen yang memiliki peranan
penting dalam peningkatan hasil. Komponen ini sangat dianjurkan untuk diterapkan semua. Termasuk ke dalam komponen teknologi dasar yaitu:
1 Varietas unggul baru; 2 Benih bermutu dan berlabel; 3 Peningkatan populasi tanaman dengan sistem tanam jajar legowo; 4 Pemupukan
berimbang tepat lokasi; 5 Pengendalian OPT melalui PHT; 6 Pemberian pupuk organik.
7. Komponen teknologi penunjang merupakan komponen yang memiliki peranan dalam mendukung dan memantapkan penerapan komponen
teknologi dasar. Komponen ini sebaiknya diterapkan berdasarkan pemilihan komponen dasar serta kondisi setempat. Komponen teknologi
yang termasuk dalam teknologi penunjang yaitu: 1Pengolahan tanah yang tepat; 2 Tanam bibit muda 21 hari; 3 Tanam 1
– 3 bibit per lubang; 4 Pengairan berselang; 5 Penyiangan dengan landak gasrok;
dan 6 Panen tepat waktu. 7 Penangaan Pasca Panen. 8. Penerapan Komponen Paket Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu
PTT padi sawah adalah kemampuan dari petani untuk mengaplikasikan setiap komponen teknologi PTT padi sawah dalam pengembangan
usaha tani padi. Pengukurannya yaitu :
a. Petani yang menerapkan komponen paket teknologi sesuai dengan anjuran diberi skor 3
b. Petani yang menerapkan komponen paket teknologi tetapi kurang sesuai dengan anjuran diberi skor 2.
c. Petani yang menerapkan komponen paket teknologi tetapi tidak sesuai dengan anjuran diberi skor 1
Penerapan dikategorikan :
33
Tingkat p enerapan tinggi adalah jika nilai skor penerapan petani ≥ dari
nilai rata -rata skor petani responden . Tingkat penerapan rendah adalah jika nilai skor penerapan petani dari
nilai rata-rata skor petani responden.
9. Faktor eksternal yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu partisipasi petani dalam kelompok, ketersediaan buruh tani, ketersediaan informasi,
intensitas penyuluhan, Frekwensi mengunjungi sumber informasi 10. Petani Partisipatif adalah partisipasi petani dalam kelompok untuk
mengikuti pertemuan-pertemuan yang diadakan oleh kelompok tani baik itu pertemuan SL-PTT maupun pertemuan lainnya yang dianggap penting
oleh kelompok. Pengukurannya yaitu :
a. Frekwesi mengikuti pertemuan lebih dari 6 kali dalam satu musim tanam diberi skor 3
b. Frekwesi mengikuti pertemuan 3 - 6 kali dalam satu musim tanam diberi skor 2
c. Frekwesi mengikuti pertemuan kurang dari 3 kali dalam satu musim tanam diberi skor 1
Petani Partisipatif dikategorikan sebagai berikut : a. Petani partisipatif tinggi apabila nilai skor partisipatif petani mengikuti
pertemuan ≥ dari nilai rata-rata skor partisipatif petani mengikuti pertemuan
b. Petani partisipatif rendah apabila nilai skor partisipatif petani mengikuti pertemuan dari nilai rata-rata skor partisipatif petani mengikuti
pertemuan
11. Ketersediaan buruh tani adalah ketersediaan tenaga kerja sewaan yang dibayar jasanya oleh petani karenan keterampilan yang dimiliki untuk
melakukan kegiatan usahatani padi seperti melaksanakan penanaman dan panen
Pengukurannya yaitu : a. Buruh tani mudah diperoleh karena baik jumlah, maupun biayanya
sangat terjangkau dan dapat digunakan kapan saja, diberi skor 3
34
b. Buruh tani . tidak mudah diperoleh karena buruh tani masih kurang , dan biayanya mahal , diberi skor 2
c. Buruh tani tidak ada jadi tidak menggunakannnya diberi skor 1 Buruh tani dikategorikan sebagai berikut :
a. Buruh tani tersedia tinggi apabila nilai skor ketersediaan buruh tani ≥ dari nilai rata-rata skor ketersediaan buruh tani
b. Buruh tani tidak tersedia rendah apabila nilai skor ketersediaan buruh tani dari nilai rata-rata skor ketersediaan buruh tani
12. Ketersediaan informasi adalah kemudahan dalam memperoleh informasi saat dibutuhkan oleh petani yang dapat diperoleh dari sumber informasi
instansi terkait, media masa, media elektronik, dan lain-lain. Pengukurannya yaitu :
a. Sangat mudah mendapatkan informasi tentang PTT dan dapat diperoleh kapan saja dibutuhkan. Diberi skor 3
b. Mudah memperoleh informasi tentang P TT tetapi memerlukan waktu diberi skor 2
c. Tidak mudah mendapatkan informasi PTT karena tidak tersedia atau tidak tepat waktu saat dibutuhkan
Ketersediaan Informasi dikategorikan sebagai berikut : a. Informasi tersedia tinggi apabila nilai skor ketersedian inf
ormasi ≥ dari nilai rata-rata skor ketersedian informasi
b. Informasi tidak tersedia rendah apabila nilai skor ketersedian informasi dari nilai rata-rata skor ketersedian informasi
13. Frekwensi mengunjungi sumber informasi adalah jumlah kunjungan petani untuk mendapatkan informasi tentang Teknologi PTT yang
dibutuhkan kepada sumber informasi Dinas Pertanian Kabupaten , BPP dan KP Kabupaten, BPP Kecamatan, UPTDKCD Kecamatan,PPL .
Pengukurannya yaitu : a. Frekwensi kunjungan Lebih dari 10 kali dalam satu musim tanam
diberi skor 3 b. Frekwensi kunjungan 6
– 10 kali per bulan dalam satu musim tanamdiberi skor 2
35
c. Frekwensi kunjungan Kurang dari 6 kali per dalam satu musim tanam diberi skor 1
Kunjungan petani dikategorikan sebagai berikut : a. Petani aktif tinggi
apabila nilai skor kunjungan petani ≥ dari nilai rata -rata skor kunjungan petani
b. Petani tidak aktif rendah apabila nilai skor kunjungan petani dari nilai rata -rata skor kunjungan petani
14. Intensitas penyuluhan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seberapa banyak petani menerima penyuluhan dalam satu musim tanam
tentang teknologi PTT padi sawah, baik penyuluhan yang diberikan secara perorangan kepada petani oleh Penyuluh pertanian atau petugas
pertanian, maupun penyuluhan yang diterima saat mengikuti pertemuan yang diadakan oleh instansi terkait pertanian.
pengukuran dilakukan dengan cara: a. Apabila penyuluhan diterima lebih dari 10 kali dalam satu musim
tanam diberi skor 3, b. Apabila penyuluhan diterima 6 - 10 kali dalam satu musim tanam
diberi skor 2, c. Apabila penyuluhan diterima kurang dari 6 kali dalam satu musim
tanam diberi skor 1, . Penyuluhan dikategorikan sebagai berikut :
a. Intensitas Penyuluhan tinggi apabila nilai skor intensitasi penyuluhan yang diterima petani ≥ dari nilai rata -rata skor intensitasi
penyuluhan yang diterima petani
b. Intensitas Penyuluhan rendah apabila nilai skor intensitasi
penyuluhan yang diterima petani dari nilai rata -rata skor
intensitasi penyuluhan yang diterima petani.
36
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Maros 1. Deskripsi Umum Wilayah
Kabupaten Maros adalah salah satu kabupaten terdekat dengan Ibukota Propinsi yaitu Makassar dengan jarak kurang lebih 30 km atau
jarak tempuh 15 menit. Luas Wilayah Kabupaten Maros 1.619.12 km2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2012 tercatat 322.212 jiwa. terdiri
atas laki-laki 157.543 dan perempuan 164.669 jiwa dan penduduk tersebut mata pencaharian pada umumnya bergerak dibidang pertanian yang
tersebar di 14 kecamatan dan 103 desakelurahan.
Gambar 4. 1. Peta Kabupaten Maros
Sebagai salah satu kabupaten yang terdekat dengan Ibu Kota Propinsi maka Kupaten Maros dapat menjadi daerah penyangga produk-
produk pertanian diPropinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis Kabupaten Maros terletak di bagian Barat Sulawesi Selatan antara 40
o
45` - 50
o
Lintang Selatan dan 109
o
20` - 129
o
12` Bujur Timur dengan batas-batas Wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkep