Pengaruh Kunjungan ANC Pertama terhadap Kejadian BBLR

5.3.1 Pengaruh Kunjungan ANC Pertama terhadap Kejadian BBLR

Maryunani 2010 yang mengutip pendapat Winkjosastro 2006, Antenatal Care adalah sebagai salah satu upaya pencegahan awal dari faktor risiko kehamilan. Idealnya bila tiap wanita hamil mau memeriksakan kehamilannya, bertujuan untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang mungkin ada atau akan timbul pada kehamilan tersebut lekas diketahui, dan segera dapat diatasi sebelum berpengaruh tidak baik terhadap kehamilan. Berdasarkan hasil analisis multivariat diketahui bahwa kunjungan ANC pertama berpengaruh terhadap kejadian BBLR, dengan nilai p = 0,001 p 0,05. Hasil nilai OR = 8,763. Hal ini sejalan dengan penelitian Subkhan 2011, yang menyatakan ada hubungan antara ANC dengan kejadian BBLR p = 0,0001, OR = 12,50. Penelitian Handani 2013 mengatakan bahwa apabila tidak melakukan kunjungan ANC pertama berisiko melahirkan bayi berat lahir rendah sebesar 3,37 kali dibandingkan dengan yang melakukan kunjungan ANC pertama. Menurut Indrayani 2011, waktu terbaik untuk melakukan kunjungan awal pada kehamilan adalah saat wanita tersebut merasakan bahwa dirinya kemungkinan hamil. Biasanya terjadi pada sepuluh minggu kehamilan. Adapun tujuannya adalah untuk mempersiapkan ibu hamil dan keluarganya terhadap kehamilannya, persalinan dan nifas termasuk laktasi, perawatan bayi baik dari segi fisik, psikologi, spiritual dan sosial sebagai suatu hal yang dipandang secara holistik. Hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner didapatkan bahwa responden pada kasus sebanyak 60,78 tidak melakukan kunjungan ANC yang Universitas Sumatera Utara pertama, ibu tidak merasa perlu memeriksakan kehamilannya karena ibu merasa kehamilannya baik – baik saja, pada kasus mayoritas dengan gravida II dan paritas yang ke II, ibu mengatakan sudah ada pengalaman dengan kehamilan yang pertama. mereka memeriksakan kehamilan yang pertama jika ada keluhan bukan karena ketika terlambat haid, jika terlambat haid mereka hanya membeli planotes untuk memastikan apakah hamil atau tidak, apabila positif hamil mereka baru datang ketenaga kesehatan jika ada keluhan. Kebanyakan mereka memeriksakannya ke dukun dengan alasan biasanya dukun lebih berpengalaman dalam memeriksa kehamilan, kalau pergi ke bidan hanya di planotes saja karena kehamilan masih terlalu kecil dan belum jelas hasilnya jika dilakukan pemeriksaan.

5.3.2 Pengaruh Kuantitas ANC terhadap Kejadian BBLR

Dokumen yang terkait

Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013

6 80 114

Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tahun 2014

3 90 80

Pengaruh Konsumsi Tembakau Kunyah Terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Kabupaten Simalungun Tahun 2013

8 50 146

Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di RS Haji Medan Tahun 1997 - 2000

0 40 72

Faktor Yang Berhubungan Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Pada Bayi Yang Dilahirkan Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2003 -2004

0 33 99

Karakteristik Kematian Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di RSU Dr.Pirngadi Medan Tahun 2005-2009.

0 49 120

Hubungan Lingkar Lengan Atas Ibu Hamil dengan Berat Bayi Lahir di Puskesmas Sigumpar Kabupaten Tobasamosir

4 59 53

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) 2.1.1 Pengertian - Pengaruh Faktor Gizi, Merokok, Minum Kopi, Minum Teh dan Antenatal Care terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Batang Kuis Kabupate

0 0 21

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Faktor Gizi, Merokok, Minum Kopi, Minum Teh dan Antenatal Care terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

0 1 12

PENGARUH FAKTOR GIZI, MEROKOK, MINUM KOPI, MINUM TEH DAN ANTENATAL CARE TERHADAP KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013 TESIS

0 0 19