Klasifikasi Manifestasi Klinis Bayi Berat Lahir Rendah BBLR Penatalaksanaan

kehamilan 38 minggu, tapi berat badan lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya yaitu tidak mencapai 2500 gram.

2.1.2 Klasifikasi

Menurut Proverawati dan Ismawati 2010 ada beberapa cara dalam mengelompokkan bayi BBLR, yaitu : 1. Menurut Harapan Hidupnya a. Bayi berat lahir rendah BBLR berat lahir 1500-2500 gram b.Bayi berat lahir sangat rendah BBLSR berat lahir 1000-1500 gram c. Bayi berat lahir ekstrim rendah BBLER berat lahir kurang dari 1000 gram. 2. Menurut Masa Gestasinya a. Prematuritas murni: masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat atau biasa disebut neonates kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan NKB-SMK. b. Dismaturitas: bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berat bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya KMK.

2.1.3 Masalah-masalah yang Dapat Terjadi

Tingkat kematangan fungsi sistem organ neonatus merupakan syarat untuk dapat beradaptasi dengan kehidupan diluar rahim. Penyakit yang dapat terjadi pada bayi prematur berhubungan dengan belum matangnya fungsi organ-organ tubuhnya. Hal ini berhubungan dengan umur kehamilan saat bayi dilahirkan. Makin muda umur kehamilan, makin tidak sempurna organ-organnya. Konsekuensi dari anatomi dan Universitas Sumatera Utara fisiologis yang belum matang, bayi BBLR cenderung mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini harus diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal. Adapun masalah-masalah yang sering terjadi adalah sebagai berikut: 2.1.3.1 Masalah Jangka Pendek 1. Hipotermia Dalam kandungan, bayi berada pada suhu lingkungan yang normal dan stabil yaitu 36°C sampai dengan 37°C. Segera setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini memberikan pengaruh pada kehilangan panas tubuh bayi. Selain itu, hipotermi dapat terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup memadai, lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh, luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibanding dengan berat badan sehingga mudah kehilangan panas. Tanda klinis hipotermia adalah suhu tubuh dibawah normal, kulit dingin dan sianosis. 2. Sindrom Gawat Nafas Kesukaran pernafasan dapat disebabkan belum sempurnanya pembentukan membran hialin surfaktan paru yang merupakan suatu zat yang dapat menurunkan tegangan dinding alveoli paru. Pertumbuhan surfaktan paru mencapai maksimum pada minggu ke-35 kehamilan. Defisiensi surfaktan menyebabkan gangguan kemampuan paru untuk mempertahankan stabilitasnya, alveolus akan kembali kolaps setiap akhir ekspirasi sehingga untuk pernafasan berikutnya dibutuhkan Universitas Sumatera Utara tekanan negatif intratiraks yang lebih besar yang disertai usaha inspirasi yang kuat. Adapun tanda klinis sindrom gawat nafas yaitu pernafasan cepat, sianosis perioral, merintih waktu ekspirasi, retraksi substernal dan interkostal. 3. Hipoglikemia Penyelidikan kadar gula darah pada 12 jam pertama menunjukan bahwa hipoglikemia dapat terjadi sebanyak 50 pada bayi matur. Glukosa merupakan sumber utama energi selama masa janin. Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena terputusnya hubungan plasenta dan janin yang menyebabkan terhentinya pemberian glukosa. Bayi aterm dapat mempertahankan kadar gula darah 50-60 mgdl selama 72 jam pertama, sedangkan bayi berat lahir rendah dalam kadar 40 mgdl. Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi. Hipoglikemia bila kadar gula darah sama dengan atau kurang dari 20 mgdl. Tanda klinis hipotermia adalah gemetar atau tremor, sianosis, apatis, kejang, apnea intermiten, tangisan lemah atau melengking, kelumpuhan atau letargi, kesulitan minum, terdapat gerakan putar mata, keringat dingin, hipotermia, gagal jantung dan henti jantung. 4. Perdarahan Intrakranial Pembuluh darah masih sangat rapuh sehingga mudah pecah, perdarahan intracranial dapat terjadi karena trauma lahir, disseminated intravascular coagulopathy atau trombositopenia idiopatik. Matriks germinal epidermal yang kaya pembuluh darah merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap perdarahan selama minggu pertama kehidupan. Universitas Sumatera Utara Tanda klinis perdarahan intracranial: a. Kegagalan umum untuk bergerak normal b. Refleks moro menurun atau tidak ada c. Tonus otot menurun d. Letargi e. Pucat dan sianosis f. Apnea g. Kegagalan menetek dengan baik h. Muntah yang kuat i. Tangisan bernada tinggi dan tajam j. Kejang k. Kelumpuhan l. Fontanela mayor mungkin tegang dan cembung m. Pada bagian kecil penderita mungkin tidak ditemukan manifestasi klinik satupun. 5. Rentan terhadap Infeksi Pemindahan substansi kekebalan dari ibu kejanin terjadi pada minggu terakhir masa kehamilan. Bayi mudah menderita infeksi karena imunitas humoral dan seluler masih kurang sehingga bayi mudah menderita infeksi. 6. Hiperbilirubinemia Hal ini dapat terjadi karena belum maturnya fungsi hepar. Kurangnya enzim glukorinil transferase sehingga konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin direk Universitas Sumatera Utara belum sempurna dan kadar albumin darah yang berperan dalam transportasi bilirubin dari jaringan ke hepar kurang. Kadar bilirubin normal 10 mgdl. Tanda klinis hiperbilirubinemia: a. Sklera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut dan ekstremitas berwarna kuning. b. Letargi c. Kemampuan mengisap menurun d. Kejang 7. Kerusakan Integritas Kulit Lemak subkutan kurang atau sedikit. Struktural kulit yang belum matang dan rapuh. Sensitivitas yang kurang akan memudahkan terjadinya kerusakan integritas kulit, terutama pada daerah yang sering tertekan dalam waktu lama. Pemakaian plester dapat mengakibatkan kulit bayi lecet atau bahkan lapisan atas ikut terangkat Pantiawati, 2010.

2.1.3.2 Masalah Jangka Panjang

A. Masalah Psikis

1. Gangguan Perkembangan dan Pertumbuhan Pada bayi BBLR pertumbuhan dan perkembangan lebih lambat berkaitan dengan maturitas otak. 2. Gangguan Bicara dan Komunikasi Universitas Sumatera Utara Penelitian longitudinal menunjukan perbedaan kecepatan bicara yang menarik antara BBLR dan berat lahir normal. Pada BBLR kemampuan bicaranya akan terlambat dibandingkan berat lahir normal sampai usia 6,5 tahun. 3. Gangguan Neorologi dan Kognisi Luaran jangka panjang BBLRS erat berhubungan dengan usia kehamilan dan kelainan neurologi berbanding terbalik dengan derajat imaturitas bayi ditinjau dari berat lahir atau masa gestasi. Hal ini juga berlaku untuk kognisi abnormal atau IQ rendah, bayi dengan Berat Badan Lahir Sangat Rendah BBLSR yang berhasil melewati masa kritis neonatal tetap beresiko tinggi untuk lambat berkembang dikemudian hari. 4. Gangguan Belajar Masalah Pendidikan Sulit menilai untuk negara berkembang karena faktor kemiskinan juga berperan pada kinerja sekolah. Negara maju seperti Eropa menunjukkan bahwa lebih banyak anak BBLR dimasukan kesekolah khusus. 5. Gangguan Atensi dan Hiperaktif Merupakan gangguan neurologi, gangguan ini lebih banyak terjadi pada anak laki-laki dari pada perempuan. Lebih banyak pada anak dengan berat lahir 2041 gram. Sering disertai dengan gejala ringan dan perubahan perilaku, paling sering disertai gangguan disfungsi integrasi sensori. Universitas Sumatera Utara

B. Masalah Fisik

1. Penyakit Paru Kronis Keadaan ini dapat disebabkan karena infeksi, kebiasaan ibu merokok selama kehamilan dan radiasi udara di lingkungan. 2. Gangguan Penglihatan Sering kali dikeluhkan gangguan penglihatan meskipun telah diberikan oksigen terapi terkendali. Biasanya retinopathy of prematurity ROP ini menyerang bayi BBLR dengan BB1500 gram dan masa gestasi 30 minggu. Bayi bisa mengalami kebutaan. 3. Kelainan Bawaan Kelainan Congenital Kelainan bawaan adalah suatu kelainan pada struktur, fungsi maupun metabolisme tubuh yang ditemukan pada bayi ketika ia dilahirkan. Cacat bawaan lebih sering ditemukan pada bayi BBLR dari pada bayi lahir hidup lainnya. Sekitar 3-4 bayi baru lahir memiliki kelainan bawaan yang berat. Angka kejadian cacat bawaan meninggi pada bayi sesuai masa kehamilan SMK dan kecil masa kehamilan KMK, sedangkan kejadian yang paling tinggi adalah pada bayi dengan pertumbuhan intrauteri yang terlambat. Penyebab terjadinya kasus kelainan bawaan 60 tidak diketahui, sedangkan sisanya disebabkan oleh lingkungan atau genetik atau kombinasi dari kedua faktor tersebut. Secara umum kelainan struktur dan kelainan metabolisme terjadi akibat hilangnya bagian tubuh tertentu, kelainan pembentukan bagian tubuh tertentu, kelainan bawaan pada kimia tubuh. Universitas Sumatera Utara

2.1.4 Manifestasi Klinis Bayi Berat Lahir Rendah BBLR

Menurut Proverawati dan Ismawati 2010, secara umum gambaran klinis dari BBLR adalah sebagai berikut: 1. Berat kurang dari 2500 gram 2. Panjang kurang dari 45 cm 3. Lingkar dada kurang dari 30 cm 4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm 5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu 6. Kepala lebih besar 7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang 8. Otot hipotonik lemah 9. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea 10. Ekstremitas: paha abduksi, sendi lutut kaki fleksi lurus 11. Kepala tidak mampu tegak 12. Pernapasan 40-50 kali menit 13. Nadi 100-140 kali menit.

2.1.5 Penatalaksanaan

A. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi

Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat di dalam inkubator. Inkubator yang modern dilengkapi dengan alat pengatur suhu dan kelembaban agar bayi dapat mengatur suhu tubuhnya yang normal, alat oksigen yang dapat diatur, serta kelengkapan lain untuk mengurangi kontaminasi bila inkubator dibersihkan. Universitas Sumatera Utara Kemampuan bayi BBLR dan bayi sakit untuk hidup lebih besar bila mereka dirawat pada suhu lingkungan yang netral. Suhu ini ditetapkan dengan mengatur suhu permukaan yang terpapar radiasi, kelembaban relatif, dan aliran udara sehingga produksi panas sesedikit mungkin dan suhu tubuh bayi dapat dipertahankan dalam batas normal Proverawati dan Ismawati, 2010. Menurut Hidayat 2008, cara perawatan bayi dalam inkubator adalah sebagai berikut : a. Inkubator Tertutup 1. Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dibuka apabila dalam keadaan tertentu seperti apnea, dan apabila membuka inkubator usahakan suhu bayi tetap hangat dan oksigen harus selalu disediakan. 2. Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui hidung. 3. Bayi harus dalam keadaan telanjang tidak memakai pakaian untuk memudahkan observasi. 4. Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi tubuh. 5. Pengaturan oksigen selalu diobservasi. 6. Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira dengan suhu 27°C. b. Inkubator Terbuka 1. Pemberian inkubator dilakukan dalam keadaan terbuka saat pemberian perawatan pada bayi. Universitas Sumatera Utara 2. Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan keseimbangan suhu normal dan kehangatan. 3. Membungkus dengan selimut hangat. 4. Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk mencegah aliran udara. 5. Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang melalui kepala.

B. Pengaturan dan Pengawasan Intake Nutrisi

Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi dalam hal ini adalah menentukan pilihan susu, cara pemberian dan jadwal pemberian yang sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR. Air susu ibu ASI adalah pilihan pertama jika bayi mampu mengisap. ASI juga dapat dikeluarkan dan diberikan pada bayi yang tidak cukup mengisap. Bila faktor mengisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde kelambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cckgBBhari. Jika ASI tidak ada atau tidak mencukupi khususnya pada bayi BBLR dapat digunakan susu formula yang komposisinya mirip ASI atau susu formula khusus bayi BBLR. Cara pemberian makanan bayi BBLR harus diikuti tindakan pencegahan khusus untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan masuknya udara dalam usus. Pada bayi dalam inkubator dengan kontak yang minimal, tempat tidur atau kasur inkubator harus diangkat dan bayi dibalik pada sisi kanannya. Sedangkan pada bayi lebih besar dapat diberikan makan dalam posisi dipangku. Universitas Sumatera Utara Pada bayi BBLR yang lebih kecil, kurang giat mengisap dan sianosis ketika minum melalui botol atau menetek pada ibunya, makanan diberikan melalui Naso Gastric Tube NGT. Jadwal pemberian makanan disesuaikan dengan kebutuhan dan berat badan bayi BBLR. Pemberian makanan interval tiap jam dilakukan pada bayi dengan berat badan lebih rendah.

C. Pencegahan Infeksi

Infeksi adalah masuknya bibit penyakit atau kuman kedalam tubuh, khususnya mikroba. Infeksi terutama disebabkan oleh infeksi nosokomial. Rentan terhadap infeksi ini disebabkan oleh kadar immunoglobulin serum pada bayi BBLR masih rendah, aktivitas bakterisidal neotrofi, efek sitotoksik limfosit juga masih rendah dan fungsi imun belum berpengalaman. Infeksi lokal bayi cepat menjalar menjadi infeksi umum. Tetapi diagnosis dini dapat ditegakkan jika cukup waspada terhadap perubahan kelainan tingkah laku bayi. Perubahan tersebut antara lain: malas menetek, gelisah, letargi, suhu tubuh meningkat, frekuensi pernafasan meningkat, muntah, diare, dan berat badan mendadak turun. Bayi BBLR tidak boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun. Digunakan masker dan baju khusus dalam penanganan bayi, perawatan luka tali pusat, perawatan mata, hidung, kulit, tindakan aseptis dan antiseptic alat-alat yang digunakan, isolasi pasien, jumlah pasien dibatasi, rasio perawat pasien ideal, mengatur kunjungan, menghindari perawatan yang terlalu lama, mencegah timbulnya asfiksia dan pemberian antibiotik yang tepat. Universitas Sumatera Utara

D. Penimbangan Berat Badan

Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.

E. Pemberian Oksigen

Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah yang serius bagi bayi BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi oksigen yang diberikan sekitar 30-35 dengan menggunakan head box, konsentrasi oksigen yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.

F. Pengawasan Jalan Nafas

Bayi BBLR berisiko mengalami serangan apneu dan defisiensi surfaktan, sehingga tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya diperoleh melalui plasenta. Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas segera setelah lahir, dibaringkan pada posisi miring, merangsang pernafasan dengan menepuk atau menjentik tumit. Bila tindakan ini gagal, dilakukan ventilasi, intubasi endotrakheal, pijatan jantung dan pemberian oksigen dan selama pemberian intake dicegah terjadinya aspirasi. Dengan tindakan ini dapat dicegah sekaligus mengatasi asfiksia sehingga memperkecil kematian BBLR. Universitas Sumatera Utara

2.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi BBLR

2.2.1 Faktor Gizi

Dokumen yang terkait

Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013

6 80 114

Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tahun 2014

3 90 80

Pengaruh Konsumsi Tembakau Kunyah Terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Kabupaten Simalungun Tahun 2013

8 50 146

Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di RS Haji Medan Tahun 1997 - 2000

0 40 72

Faktor Yang Berhubungan Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Pada Bayi Yang Dilahirkan Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2003 -2004

0 33 99

Karakteristik Kematian Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di RSU Dr.Pirngadi Medan Tahun 2005-2009.

0 49 120

Hubungan Lingkar Lengan Atas Ibu Hamil dengan Berat Bayi Lahir di Puskesmas Sigumpar Kabupaten Tobasamosir

4 59 53

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) 2.1.1 Pengertian - Pengaruh Faktor Gizi, Merokok, Minum Kopi, Minum Teh dan Antenatal Care terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Batang Kuis Kabupate

0 0 21

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Faktor Gizi, Merokok, Minum Kopi, Minum Teh dan Antenatal Care terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

0 1 12

PENGARUH FAKTOR GIZI, MEROKOK, MINUM KOPI, MINUM TEH DAN ANTENATAL CARE TERHADAP KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013 TESIS

0 0 19