Pengaruh Kuantitas ANC terhadap Kejadian BBLR

pertama, ibu tidak merasa perlu memeriksakan kehamilannya karena ibu merasa kehamilannya baik – baik saja, pada kasus mayoritas dengan gravida II dan paritas yang ke II, ibu mengatakan sudah ada pengalaman dengan kehamilan yang pertama. mereka memeriksakan kehamilan yang pertama jika ada keluhan bukan karena ketika terlambat haid, jika terlambat haid mereka hanya membeli planotes untuk memastikan apakah hamil atau tidak, apabila positif hamil mereka baru datang ketenaga kesehatan jika ada keluhan. Kebanyakan mereka memeriksakannya ke dukun dengan alasan biasanya dukun lebih berpengalaman dalam memeriksa kehamilan, kalau pergi ke bidan hanya di planotes saja karena kehamilan masih terlalu kecil dan belum jelas hasilnya jika dilakukan pemeriksaan.

5.3.2 Pengaruh Kuantitas ANC terhadap Kejadian BBLR

Menurut Depkes RI 2007, disebutkan kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil dengan tenaga profesional untuk mendapatkan pelayanan Ante Natal Care ANC sesuai standar yang ditetapkan. Istilah kunjungan di sini tidak hanya mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan, tetapi adalah setiap kontak tenaga kesehatan baik di posyandu, pondok bersalin desa, kunjungan rumah dengan ibu hamil tidak memberikan pelayanan ANC sesuai dengan standar dapat dianggap sebagai kunjungan ibu hamil. Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua, dua kali pada triwulan ketiga. Dari hasil penelitian diketahui bahwa banyaknya kunjungan ANC diketahui memiliki pengaruh terhadap kejadian BBLR dengan nilai p = 0,001 p 0,05, Universitas Sumatera Utara berdasarkan nilai OR = 8,674 dapat diartikan bahwa kunjungan ANC merupakan faktor resiko terjadinya BBLR, jika banyaknya kunjungan ANC dilakukan tidak sesuai, maka kemungkinan ibu melahirkan berat badan lahir rendah 8,674 kali lebih besar dari pada ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC sesuai. Khatun dan Rahman 2008 menyebutkan bahwa antenatal care memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap kejadian BBLR pada bayi. Ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC kurang dari 4 kali kemungkinan akan melahirkan bayi dengan BBLR 29,4 kali dibandingkan dengan ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC 4 kali atau lebih pada masa kehamilan. Hasil penelitian lain dari Khatun dan Rahman 2008 menjelaskan bahwa bayi yang lahir dari ibu yang melakukan kunjungan ANC lebih dari 6 kali memiliki berat lahir 325,88 gram lebih berat dari pada yang melakukan kunjungan 4-5 kali dan memiliki bayi 727,26 gram lebih berat daripada ibu hamil yang melakukan kunjungan 1-3 kali. Hasil wawancara yang dilakukan kepada responden bahwa mereka hanya melakukan kunjungan ANC maksimal sebanyak 3x kunjungan yaitu pada kunjungan ANC I 1 kali, kunjungan ANC II 1 kali dan Kunjungan ANC III 1x karena mereka merasa kalau tidak ada keluhan kandungannya pasti baik-baik saja.

5.3.3 Pengaruh Kualitas Pelayanan ANC terhadap Kejadian BBLR

Dokumen yang terkait

Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013

6 80 114

Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tahun 2014

3 90 80

Pengaruh Konsumsi Tembakau Kunyah Terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Kabupaten Simalungun Tahun 2013

8 50 146

Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di RS Haji Medan Tahun 1997 - 2000

0 40 72

Faktor Yang Berhubungan Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Pada Bayi Yang Dilahirkan Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2003 -2004

0 33 99

Karakteristik Kematian Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di RSU Dr.Pirngadi Medan Tahun 2005-2009.

0 49 120

Hubungan Lingkar Lengan Atas Ibu Hamil dengan Berat Bayi Lahir di Puskesmas Sigumpar Kabupaten Tobasamosir

4 59 53

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) 2.1.1 Pengertian - Pengaruh Faktor Gizi, Merokok, Minum Kopi, Minum Teh dan Antenatal Care terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Batang Kuis Kabupate

0 0 21

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Faktor Gizi, Merokok, Minum Kopi, Minum Teh dan Antenatal Care terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

0 1 12

PENGARUH FAKTOR GIZI, MEROKOK, MINUM KOPI, MINUM TEH DAN ANTENATAL CARE TERHADAP KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013 TESIS

0 0 19