40 mesh tidak menaikkan daya ekstrak oleoresin dari bahan. Bila kehalusan lebih dari 40 mesh mungkin lebih banyak oleoresin yang
terekstrak karena kontak pelarut dan permukaan partikel lebih besar. Tetapi segi lain yang merugikan adalah menguapnya sebagian minyak
atsiri selama proses pengecilan bentuk jahe. Oleoresin yang diperoleh dengan ekstraksi juga dipengaruhi oleh
lama ekstraksi, suhu dan jenis pelarut yang digunakan. Ekstraksi akan lebih cepat dilakukan pada temperatur tinggi, tetapi pada ekstraksi
oleoresin ini akan menyebabkan beberapa komponen yang terdapat dalam rempah akan mengalami perubahan Moestafa, 1981. Suhu ekstraksi yang
terlalu tinggi harus dihindarkan, karena akan menyebabkan oleoresin menjadi rusak. Oleoresin tahan terhadap panas sampai suhu 90
o
C tanpa mengalami perubahan mutu yang nyata. Pemanasan yang melebihi suhu
100
o
C akan menyebabkan penguraian komponen penyusun oleoresin, sehingga akan menimbulkan perubahan bau dan minyak atsirinya banyak
yang menguap Sabel dan Warren, 1973. Kehalusan partikel bahan yang sesuai akan menghasilkan ekstraksi
yang sempurna dalam waktu yang singkat, tetapi jika terlalu halus maka minyak atsirinya akan hilang pada waktu penggilingan. Selain itu, serbuk
halus akan melewati lubang saringan dan berkumpul dengan hasil saringan. Partikel-partikel harus sama ukurannya, karena kalau ukurannya
bervariasi, maka partikel yang lebih kecil akan masuk ke dalam celah- celah yang terdapat antara partikel yang lebih besar, sehingga kontak
antara pelarut dan partikel akan berkurang Djubaedah, 1978. Oleoresin yang diekstrak dengan menggunakan pelarut polar, seperti aseton biasanya
akan mengandung pigmen lebih dari 45 persen dan kandungan minyak atsirinya sebesar 25 persen Purseglove, 1981.
Metoda ekstraksi yang digunakan akan sangat berpengaruh terhadap jumlah oleoresin yang diperoleh. Salah satu ekstraksi oleoresin
yang sering digunakan adalah perkolasi. Cara perkolasi pada prinsipnya adalah menambahkan pelarut pada bahan yang akan diekstraksi dengan
perbandingan tertentu, kemudian diaduk. Pengadukan dilakukan untuk
mempercepat ekstraksi dengan membentuk suspensi, serta melarutkan partikel-pertikel ke dalam media Oman, 1989. Kemungkinan kehilangan
pelarut pada saat ekstraksi adalah karena kebocoran pada saat proses. Kondensasi tidak sempurna, terikut ke dalam ampas atau sebagian.
Ekstraksi oleoresin menggunakan pelarut yang biasa dilakukan ada dua macam, yaitu dengan soxhlet dan cara perkolasi dengan atau tanpa
pemanasan Sabel dan Warren, 1973. Cara perkolasi pada prinsipnya adalah dengan menambah pelarut pada bahan yang akan diekstrak dengan
perbandingan tertentu kemudian diaduk dengan magnetic stirrer atau mixer
Djubaedah, 1978. Larian 1959 menyatakan bahwa pengadukan yang dilakukan bertujuan untuk mempercepat pelarutan dan ekstraksi
padatan dengan jalan membentuk suspensi serta melarutkan partikel- partikel ke dalam media pelarut.
Stahl 1973 menambahkan bahwa oleoresin diperoleh dengan cara ekstraksi mempergunakan pelarut organik, sehingga mengandung resin
yang tidak mudah menguap. Resin itulah yang menentukan rasa khas pada rempah tersebut.
Dalam ekstraksi dengan menggunakan pelarut menguap solvent extraction
sangat berhubungan dan prinsip kerjanya berdasarkan Hukum Raoult. Hukum ini diungkapkan oleh Raoult pada tahun 1887, yang
merumuskan kaitan kuantitatif antara penurunan tb atau ρ uap suatu
larutan dengan komposisikonsentrasinya. Hukum ini menegaskan bahwa uap parsial suatu pelarut di atas larutan
ρ berbanding lurus dengan fraksi mol pelarut dalam larutan X
A
dean bahwa tetapan kesebandingannya sama dengan tekanan uap jenuh pelarut murni
ρ
o
pada suhu tertentu Arsyad, 2001.
F. PEMISAHAN PELARUT
Pemisahan pelarut dari oleoresin merupakan tahapan yang sangat penting. Kesulitan yang sering dihadapi dalam pemisahan pelarut dari
oleoresin adalah dalam upaya menekan hilangnya minyak atsiri. Cara
pengambilan pelarut akan menentukan kandungan sisa pelarut yang masih tertinggal di dalam oleoresin, karena sisa pelarut ini akan mempengaruhi
mutu oleoresin. Menurut Ketaren 1985, oleoresin yang telah diekstrak
dipisahkan dari pelarutnya dengan penguapan pada tekanan vakum. Oleoresin hanya tahan sampai suhu 90
o
C tanpa mengalami penurunan mutu yang nyata. Suhu ekstraksi diatas titik didih pelarut yang digunakan
akan menyebabkan banyaknya pelarut yang terbuang. Selain itu, pemanasan yang tinggi melebihi 100
o
C dapat menyebabkan degradasi komponen penyusun oleoresin antara lain minyak atsiri dan pigmen.
G. KADAR LOGAM
Kegunaan logam baik logam ringan maupun berat sangat berguna dalam tubuh makhluk hidup esensial. Logam esensial ini dibagi menjadi
dua kelompok yaitu unsur makro mineral makro antara lain yaitu Kalsium Ca, Magnesium Mg, Fosfor P, Natrium Na, Klor Cl dan
Sulfur S. Sedangkan mineral mikro antara lain yaitu Besi Fe, Tembaga Cu, Seng Zn, Mangan Mn, Kobal Co dan Selenium Se Darmono,
1995. Menurut Farrel 1985, keempat jenis logam tersebut yang lebih
banyak komposisinya dalam jahe per 100 gram yaitu kalsium Cl 116 miligram, magnesium Mg 184 miligram, fosfor P 148 miligram dan
potasiumkalium K 1342 miligram. Sehingga dalam penelitian ini logam- logam yang dianalisa kadarnya antara lain yaitu magnesium Mg, kalsium
Cl, potasiumkalium Ca dan fosfor P.
H. KROMATOGRAFI GAS
Kromatografi merupakan metode pemisahan yang paling banyak digunakan untuk tujuan kualitiatif, kuantitatif dan preparatif. Pemisahan
dengan kromatografi dilakukan dengan memodifikasi langsung beberapa
sifat umum molekul seperti kelarutan, adsorptibilitas dan volatilitas Gritter et al., 1991.
Kromatografi adalah sebuah teknik separasi dimana komponen- komponen dalam campuran dipisahkan dengan melewatkan sampel
melalui bahan pengepak fase diam dengan menggunakan fase gerak. Fase diam tersebut dapat berupa padatan atau cairan yang didukung oleh
padatan yang berupa gel. Sedangkan fase bergeraknya dapat berupa gas atau cairan. Di dalam kromatogarfi cair, dibutuhkan sampel yang larut
dalam fase bergerak, jika tidak maka tidak dapat dibawa oleh fase bergerak untuk melewati kolom Sewel dan Clark, 1987.
Sedangkan menurut Nur dan Sjachri 1978, kromatografi adalah suatu teknik yang dapat digunakan untuk memisahkan dan
mengidentifikasi macam-macam senyawa. Teknik ini digunakan untuk penetapan kuantitatif, kualitatif atau preparatif.
Pemisahan dengan teknik kromatografi menyangkut beberapa sifat fisik umum dari molekul. Menurut Nur dan Sjachri 1978, sifat-sifat
utama yang berperan dalam teknik kromatografi adalah: 1 kecenderungan suatu molekul larut dalam suatu cairan, 2 kecenderungan suatu molekul
untuk melekat kepada bubuk halus suatu zat padat adsorption, dan 3 kecenderungan suatu molekul untuk menguap.
Keuntungan penggunaan kromatografi antara lain waktunya singkat, cukup efektif dan dapat melakukan pemisahan yang tidak mungkin
dilakukan dengan metode lain Nur dan Sjachri, 1978. Disamping itu, pengoperasiannya mudah dan sederhana serta hanya membutuhkan
cuplikan yang sedikit. Beberapa metode kromatografi yang banyak digunakan adalah kromatografi lapis tipis, kromatografi kertas dan
kromatografi gas Gritter et al., 1991.
III. METODOLOGI
A. BAHAN DAN ALAT
1. Bahan
a. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang jahe merah segar yang berasal dari Cilebut, Bogor. Rimpang jahe
merah segar ini memiliki umur panen 9 bulan. b.
Bahan Kimia Bahan-bahan kimia yang digunakan sebagai pelarut adalah
etanol, heksan dan etanol. Bahan kimia yang digunakan untuk analisis yaitu toluene, etanol dan aquades.
2. Alat
Alat-alat yang digunakan untuk pembuatan bubuk jahe merah kering antara lain: pisau, hammer mill, talam, dan tampah. Untuk
proses ektraksi, alat-alat yang digunakan antara lain soxlet apparatus, erlenmeyer, hot plate, magnetic stirrer, refluks condensor, pompa
vacuum, corong buchner, rotary vacuum evaporator, termometer. Sedangkan alat-alat yang digunakan untuk analisa antara lain:
pipet tetes, gelas ukur, termometer, erlenmeyer, gelas piala, cawan porselen, desikator, penangas, tanur, piknometer, rotary vakum
evaporator , penangas air, alat penyuling minyak atsiri, mikroburet
alat penampung minyak atsiri, oven vacuum, Spektrofotometer Serapan Atom SSA dan kertas saring.