5. Analisa Visual
Analisa visual ini meliputi warna, bentuk dan aroma. Hasil penelitian menunjukkan oleoresin yang terbentuk ini berwarna coklat tua. Warna
yang dihasilkan ini berasal dari pigmen karotenoid, dimana zat warna merah akan berubah menjadi coklat tua atau hitam yang disebabkan karena
reaksi browning setelah dikeringkan. Selain itu, karaotenoid tersebut yang terdapat di dalam serbuk jahe merah ikut terekstrak bersama etanol.
Bentuk oleoresin jahe merah yang dihasilkan adalah kental. Sedangkan aroma yang dihasilkan pada oleoresin jahe merah ini adalah
aroma khas jahe merah. Aroma ini muncul karena masih adanya minyak atsiri dalam oleoresin tersebut walaupun dalam jumlah yang kecil. Selain
itu juga, aroma khas jahe ini muncul dari oleoresin yang memiliki aroma pedas yang tahan lama, dan beberapa zat lain yang tidak menguap.
6. Kadar Logam
Pada analisa kadar logam pada oleoresin jahe merah bahwa analisa kadar logam menggunakan metode AAS diperoleh hasil yang cukup
beragam pada dua sampel oleoresin jahe merah. Sampel oleoresin jahe merah yang diambil untuk dianalisa adalah sampel yang memiliki nilai
rendemen tertinggi dan terendah. Untuk sampel yang terbaik dengan rendemen oleoresin tertinggi yaitu 20,1 persen menghasilkan kadar logam
kalium 9551,24 ppm; magnesium 42,55 ppm; kalsium 73,86 ppm serta fosfor 279,81 ppm. Sedangkan untuk sampel yang terendah dengan
rendemen oleoresin ternedah 15,815 persen menghasilkan kadar logam kalium 6140,56 ppm; magnesium 58,50 ppm; kalsium 116,22 ppm serta
fosfor 660,53 ppm. Hasil analisa kadar logam dengan menggunakan metode AAS diperoleh data yang dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 . Kadar logam pada oloeresin jahe merah
Sampel Terbaik Sampel Terburuk
Jenis logam ppm ppm
PotasiumKalium K
9551,24 0,956 6140,56 0,614
Magnesium Mg 42,55 0,0043 58,50
0,0059
Kalsium Ca
73,86 0,0074 116,22
0,0116
Fosfor P 279,81 0,028 660,53
0,0661
7. Analisa Kromatografi Gas
Untuk mengetahui jumlah dan jenis komponen yang terkandung di dalam suatu minyak atsiri maka dilakukan analisa dengan metode
kromatografi gas. Analisa kromatografi gas pada penelitian ini diperoleh hasil yaitu komponen minyak jahe jahe gajah dengan jahe merah sama,
tetapi berbeda konsentrasi. Pada umumnya komponen yang terkandung di dalam minyak jahe untuk standar minyak jahe gajah dengan minyak jahe
merah sama. Pada minyak jahe gajah didapatkan bahwa konsentrasi zingiberen lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi zingiberol.
Sedangkan pada minyak jahe merah didapatkan bahwa konsentrasi zingiberol lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi zingiberen.
Dengan menggunakan analisa gas kromatografi, didapatkan standar minyak jahe yang umumnya terdiri dari komponen gingerol
33,23 persen, zingiberen 36,75 persen serta zingiberol 28,93 persen. Hasil analisa gas kromatrografi pada sampel minyak jahe merah dengan
kadar minyak atsiri tertinggi pada perlakuan nisbah 1:5 dan lama ekstraksi 1,5 jam 42,40 persen didapatkan komponen gingerol 32,50 persen,
zingiberen 4,08 persen dan zingiberol 24,52 persen. Sedangkan sampel minyak jahe merah dengan kadar minyak atsiri terendah pada perlakuan
nisbah 1:6 dan lama ekstraksi 1,5 jam 34 persen didapatkan komponen gingerol 31,76 persen, zingiberen 3,98 persen dan zingiberol
27,99 persen.
Tabel 7 . Hasil analisa kromatografi gas pada minyak jahe merah
Waktu detik
Standar minyak
jahe Waktu
detik Kadar
minyak tertinggi
Waktu detik
Kadar minyak
terendah
Pelarut
0,30 70,38 0,60 24,79 0,59 16,12
Gingerol 1,78 33,23 1,68 32,50 1,86 31,76
Zingiberen
5,53 36,75 5,41 4,08 5,60 3,98
Zingiberol 6,44 28,93 6,30 24,52 6,58 27,99
Pada umumnya senyawa yang terdapat di dalam minyak atsiri jahe antara lain zingiberen C
12
H
24
, sejumlah kecil sitral dan sineol, serta zingiberol C
12
H
26
O
2
. Di dalam standar dari hasil analisa gas kromatografi pada minyak jahe ditemukan pelarut yang terdeteksi pada
detik ke 0,30 dengan konsentrasi 70,38 persen; gingerol pada detik ke 1,78 dengan konsentrasi 33,23 persen; zingiberen pada detik ke 5,53 dengan
konsentrasi 36,75 persen; serta zingiberol pada detik ke 6,44 dengan konsentrasi 28,93 persen. Analisa gas kromatografi minyak jahe merah
pada penelitian ini menghasilkan senyawa, antara lain yaitu gingerol, zingiberen serta zingiberol. Pada sampel dengan kadar minyak atsiri
tertinggi yaitu 42,40 persen menghasilkan etanol yang terdeteksi pada detik ke 0,60 dengan konsentrasi 24,80 persen; gingerol pada detik ke 1,68
dengan konsentrasi sebesar 32,50 persen; zingiberen yang terdeteksi pada detik ke 5,41 dengan konsentrasi sebesar 4,08 persen serta zingiberol yang
terdeteksi pada detik ke 6,30 dengan konsentrasi sebesar 24,52 persen. Sedangkan pada sampel yang memiliki kadar minyak atsiri terendah yaitu
34 persen menghasilkan etanol yang terdeteksi pada detik ke 0,59 dengan konsentasi 16,12 persen; gingerol pada detik ke 1,86 dengan konsentrasi
sebesar 31,76 persen; zingiberen yang terdeteksi pada detik 5,60 dengan konsentrasi sebesar 3,98 persen serta zingiberol pada detik ke 6,58 dengan
konsentrasi sebesar 27,99 persen.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Pada ekstraksi oleoresin jahe merah ini menggunakan metode perkolasi dengan menggunakan pelarut etanol dan suhu titik didih etanol yaitu 78
o
C. Perlakuan yang dilakukan adalah lama ekstraksi 1; 1,5; 2 jam dan nisbah
bahan dengan pelarut 1:4, 1:5, 1:6. Untuk perlakuan lama ekstraksi dan nisbah bahan dengan pelarut tidak memberikan pengaruh terhadap rendemen,
kadar minyak atsiri dan sisa pelarut dalam oleoresin jahe merah. Kombinasi perlakuan terbaik adalah perlakuan nisbah 1:6 dengan lama
ekstraksi 2 jam. Pada perlakuan tersebut menghasilkan rendemen 20,1 persen; kadar minyak atsiri 38,76 persen; sisa pelarut dalam oleoresin 1,33 persen;
bobot jenis 1,04; kadar logam kalium 9551,24 ppm 0,96 persen; magnesium 42,55 ppm 0,004 persen; kalsium 73,86 ppm 0,007 persen serta fosfor
279,81 ppm 0,028 persen.
B. SARAN
Saran yang dapat diberikan untuk perbaikan penelitian selanjutnya antara lain adalah:
1. Menggunakan bahan baku dari ampas penyulingan minyak jahe merah
2. perlakuan pendahuluan seperti pengeringan dengan metode oven, jahe
merah segar dikuliti sebelum dikeringkan serta tidak dipotong-potong 3.
Menggunakan pelarut organik yang lain seperti metanol, etilen diklorida, isopropil alkohol, serta trikhloroetilen
4. Untuk pengembangan lebih lanjut perlu diteliti penerapan dalam skala
industri.