B. METODE PENELITIAN
1. Penelitian Pendahuluan
Jahe merah segar yang berasal dari Cilebut, Bogor dikeringkan dengan metode pengeringan konvensional yaitu
dengan menggunakan energi sinar matahari. Pengeringan dilakukan setiap hari selama 14 hari dari jam 7 pagi hingga jam 5
sore. Perlakuan yang dilakukan pada rimpang jahe merah segar adalah rimpang dicuci terlebih dahulu, kemudian diiris-iris yang
dilanjutkan dengan pencucian kembali irisan rimpang jahe merah segar. Selanjutnya dikeringkan tampah.
Setelah jahe merah kering didapat, kemudian dilakukan karakterisasi rimpang jahe merah kering meliputi kadar air metode
AOAC, 1984, kadar minyak atsiri Metode Guenther, 1948, kadar oleoresin metode solvent dan kadar abu metode oven.
Sebelum dilakukan ektraksi, rimpang kering jahe merah digiling dengan menggunakan hammer mill dengan ukuran yaitu
20 mesh. Pada penelitian pendahuluan ini, proses ekstraksi menggunakan tiga jenis pelarut yaitu etanol, heksana dan aseton.
Pertimbangan-pertimbangan untuk menentukan jenis pelarut yang akan digunakan bukan hanya dari segi rendemen oleoresin yang
dihasilkan, tetapi juga dilihat dari sifat pelarut tersebut. Pelarut yang baik adalah pelarut yang tidak bersifat racun, tidak mudah
terbakar dan tidak bersifat korosif terhadap peralatan ekstraksi. Pelarut yang digunakan sebaiknya mempunyai titik didih yang
rendah agar mudah dalam recovery pelarut setelah ekstraksi dan tidak meninggalkan residu yang tinggi. Secara ekonomis, pelarut
yang baik adalah pelarut yang harganya murah dan mudah didapatkannya.
Kondisi prosesnya adalah ekstraksi dengan suhu ruang yaitu 28
o
C ekstraksi dingin dan ekstraksi panas yaitu dengan
suhu titik didih masing-masing pelarut. Ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jenis pelarut dan kondisi proses terbaik
pada proses ekstraksi oleoresin.
2. Penelitian Utama
Berdasarkan pada penelitian pendahuluan, hasil perlakuan terbaik pada penelitian pendahuluan akan dilanjutkan pada
penelitian utama. Perlakuan terbaik yang didapat yaitu ekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol dan suhu 78
o
C dimana suhu tersebut merupakan titik didih dari etanol .
Pada penelitian utama ini, waktu proses ekstraksi yang dilakukan yaitu 1 jam, 1.5 jam, dan 2 jam. Serta menggunakan
nisbah jahe merah dan pelarut adalah 1 : 4, 1:5, 1:6. Analisa oleoresin jahe merah yang akan dilakukan antara
lain rendemen oleoresin, kadar minyak atsiri Guenther, 1948, bobot jenis SP-SMP-17-1975 atau SNI 06-2388-1998, sisa
pelarut dalam oleoresin Ketaren, 1988, analisa visual, kadar logam AAS, dan gas kromatografi.
Gambar 9. Diagram alir ekstraksi oleoresin jahe merah pada
penelitian pendahuluan
Pelarut etanol, heksan dan aseton
Jahe merah segar Dicuci dan dipotong-poton
g
Potongan jahe merah Pengeringan Ka=8,5
Jahe merah kering Penggilingan 20 mesh
Bubuk jahe merah Karakterisasi jahe merah
Ekstraksi dengan pelarut dan suhu suhu ruang 27-28
o
C dan titik didih masing-masing pelarut
Penyaringan ekstrak jahe
Misella Distilasi
Oleoresin jahe merah Analisa rendemen oleoresin
Sinar matahari
Hammer mill
Corong buchner
Pelarut Rotary vacuum
evaporator