terendah diperoleh pada nisbah 1:6 dengan lama ekstraksi 1,5 yaitu 42,40 persen. Ini disebabkan karena minyak atsiri merupakan senyawa yang
bersifat volatil, sehingga semakin lama oleoresin mengalami proses ekstraksi untuk mendapatkan kadar minyak atsirinya serta semakin tinggi
suhu yang digunakan maka semakin banyak kemungkinan minyak atsiri yang menguap dan sebaliknya.
Lama ekstraksi dan nisbah bahan dengan pelarut tidak memberikan pengaruh terhadap kadar minyak atsiri dalam oleoresin jahe merah, seperti
terlihat pada Lampiran 10. Hubungan antara kadar minyak atsiri dalam oleoresin jahe merah dengan lama ekstraksi dan nibah bahan dengan
pelarut ditunjukkan pada Gambar 13. Pada perlakuan lama ekstraksi 1,5 jam untuk nisbah 1:4 dan 1:6 menunjukkan nilai kadar minyak atsiri lebih
kecil bila dibandingkan dengan 1 dan 2 jam. Tidak pada perbandingan nisbah 1:5, ini disebabkan karena minyak jahe merah pada nisbah 1:5
dengan lama ekstraksi 1 dan 2 jam sedikit larut dalam etanol bila dibandingkan dengan nisbah 1:4 dan 1:6.
Tinggi rendahnya kadar minyak atsiri dalam oleoresin dipengaruhi oleh lama ekstraksi, jenis pelarut, dan volume pelarut yang digunakan.
Semakin besar volume pelarut dan semakin lama ekstraksi maka semakin banyak minyak atsiri yang dihasilkan. Pelarut yang mempunyai polaritas
atau solubilitas yang tinggi maka semakin besar kesempatan pelarut tersebut mengekstrak minyak yang terdapat dalam oleoresin jahe merah.
Penggunaan jumlah pelarut yang lebih besar memerlukan waktu pemisahan pelarut yang semakin lama, sedangkan minyak atsiri yang
dihasilkan bersifat volatil dan larut dalam pelarut sehingga semakin banyak minyak atsiri yang terdapat di dalam oleoresin menguap.
Berdasarkan hasil analisa untuk kadar minyak atsiri yang terkandung dalam oleoresin jahe merah, didapatkan perlakuan terbaik pada nisbah 1:5
dengan lama ekstraksi 1,5 jam yaitu 42,40 persen.
3. Bobot Jenis
Penentuan bobot jenis adalah salah satu karakteristik yang dapat menggambarkan kemurnian minyak atsiri. Bobot jenis oleoresin jahe
merah berkisar antara 1,01 sampai 1,15 seperti terlihat pada Lampiran 5. Bobot jenis tertinggi yang diperoleh pada nisbah 1:5 dengan lama
ekstraksi 1 jam yaitu 1,15. Bobot jenis terendah diperoleh pada nisbah 1:4 dengan lama ekstraksi 1,5 jam dan 2 jam yaitu 1,01. Ini disebabkan karena
nisbah 1:4 yaitu perbandingan volume dengan sampel yang paling sedikit dibandingkan 1:5 dan 1:6. Dengan sedikitnya jumlah volume pelarut yang
digunakan maka semakin lebih cepat jenuh pelarut tersebut untuk melakukan ekstraksi. Sehingga komponen-komponen yang terekstrak
lebih dahulu dan yang terbanyak adalah komponen-komponen yang memiliki bobot molekul yang kecil, dimana ini menyebabkan bobot jenis
Gambar 13 . Hubungan antara kadar minyak atsiri yang terdapat dalam
oleoresin dengan nisbah dan lama ekstraksi
10 20
30 40
50
ka d
a r m
in y
ak at
s ir
i
sampel
Kadar minyak atsiri dalam oleoresin
1 jam B1 1,5 jam B2
2 jam B3 1 jam B1
40,48 35,91
38,56 1,5 jam B2
37,08 42,4
34 2 jam B3
40,32 36,93
38,76 1:4 A1
1:5 A2 1:6 A3
pada nisbah 1:4 dengan lama ekstraksi 1,5 dan 2 jam memiliki bobot jenis yang paling kecil pula dibandingkan dengan yang lain.
Bobot jenis oleoresin tergantung dari komponen-komponen yang terkandung dalam oleoresin tersebut. Jika komponen-komponen yang
terkandung dalam oleoresin berbobot molekul tinggi maka oleoresin tersebut memiliki bobot jenis yang tinggi pula. Demikian sebaliknya, jika
komponen-komponen yang terkandung dalam oleoresin berbobot molekul rendah maka oleoresin tersebut juga akan berbobot jenis rendah.
Pada nisbah 1:5 dengan lama ekstraksi 1 jam yang menghasilkan bobot jenis yang tertinggi dibandingkan dengan yang lain. Ini disebabkan
kemungkinan dalam oleoresin jahe merah mengandung fraksi berat yang lebih besar dibandingkan fraksi ringan, karena pada dasarnya bobot jenis
dipengaruhi oleh perbandingan fraksi berat dan fraksi ringan. Hasil analisa keragaman pada Lampiran 13. menunjukkan bahwa
perlakuan lama ekstraksi dan nisbah memberikan pengaruh sangat nyata terhadap bobot jenis oleoresin jahe merah. Hasil uji lanjut Duncan pada
lampiran 14 dan 15. menunjukkan bahwa pada perlakuan lama ekstraksi serta nisbah berpengaruh terhadap bobot jenis.
Proses ekstraksi oleoresin dengan suhu yang tinggi dapat menghasilkan oleoresin dengan bobot jenis yang tinggi. Hal tersebut
dimungkinkan, karena pada suhu yang tinggi fraksi ringan zat volatil dari oleoresin akan teruapkan dan hilang, sehingga yang tertinggal hanya fraksi
berat. Menurut Ketaren 1985, minyak atsiri dapat menguap pada suhu kamar dan penguapan akan semakin besar dengan kenaikan suhu ekstraksi.
Jika suhu ekstraksi tinggi maka akan mudah terbentuk resin yang lebih banyak dan resin ini merupakan senyawa yang tidak menguap.
Standar mutu untuk parameter bobot jenis yang diterapkan oleh FAO adalah antara 0,880 sampai 0,910. Sehingga bobot jenis oleoresin pada
penelitian ini tidak memenuhi standar yang diterapkan oleh FAO, karena oleoresin jahe merah ini bernilai antara 1,01 hingga 1,15.
Tiap jenis pelarut mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam melarutkan komponen-komponen dalam suatu bahan. Kemampuan