Kadar Minyak Atsiri dalam Oleoresin
pada nisbah 1:4 dengan lama ekstraksi 1,5 dan 2 jam memiliki bobot jenis yang paling kecil pula dibandingkan dengan yang lain.
Bobot jenis oleoresin tergantung dari komponen-komponen yang terkandung dalam oleoresin tersebut. Jika komponen-komponen yang
terkandung dalam oleoresin berbobot molekul tinggi maka oleoresin tersebut memiliki bobot jenis yang tinggi pula. Demikian sebaliknya, jika
komponen-komponen yang terkandung dalam oleoresin berbobot molekul rendah maka oleoresin tersebut juga akan berbobot jenis rendah.
Pada nisbah 1:5 dengan lama ekstraksi 1 jam yang menghasilkan bobot jenis yang tertinggi dibandingkan dengan yang lain. Ini disebabkan
kemungkinan dalam oleoresin jahe merah mengandung fraksi berat yang lebih besar dibandingkan fraksi ringan, karena pada dasarnya bobot jenis
dipengaruhi oleh perbandingan fraksi berat dan fraksi ringan. Hasil analisa keragaman pada Lampiran 13. menunjukkan bahwa
perlakuan lama ekstraksi dan nisbah memberikan pengaruh sangat nyata terhadap bobot jenis oleoresin jahe merah. Hasil uji lanjut Duncan pada
lampiran 14 dan 15. menunjukkan bahwa pada perlakuan lama ekstraksi serta nisbah berpengaruh terhadap bobot jenis.
Proses ekstraksi oleoresin dengan suhu yang tinggi dapat menghasilkan oleoresin dengan bobot jenis yang tinggi. Hal tersebut
dimungkinkan, karena pada suhu yang tinggi fraksi ringan zat volatil dari oleoresin akan teruapkan dan hilang, sehingga yang tertinggal hanya fraksi
berat. Menurut Ketaren 1985, minyak atsiri dapat menguap pada suhu kamar dan penguapan akan semakin besar dengan kenaikan suhu ekstraksi.
Jika suhu ekstraksi tinggi maka akan mudah terbentuk resin yang lebih banyak dan resin ini merupakan senyawa yang tidak menguap.
Standar mutu untuk parameter bobot jenis yang diterapkan oleh FAO adalah antara 0,880 sampai 0,910. Sehingga bobot jenis oleoresin pada
penelitian ini tidak memenuhi standar yang diterapkan oleh FAO, karena oleoresin jahe merah ini bernilai antara 1,01 hingga 1,15.
Tiap jenis pelarut mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam melarutkan komponen-komponen dalam suatu bahan. Kemampuan
melarutkan komponen-komponen dalam suatu bahan tersebut dipengaruhi oleh faktor kelarutan atau solubilitas pelarut. Pelarut yang sama akan
melarutkan komponen-komponen yang sama dari suatu bahan tanpa terpengaruh oleh banyaknya pelarut tersebut. Pelarut organik mampu
melarutkan senyawa resin, minyak, lemak, minyak atsiri, karbohidrat, asam lemak, dan senyawa-senyawa organik lainnya.
Gambar 14. menunjukkan hubungan antara bobot jenis dengan lama ekstraksi dan nisbah. Untuk setiap perlakuan lama ekstraksi dan
perbandingan nisbah diperoleh bobot jenis yang nilainya hampir sama. Tetapi pada nisbah 1:5 dengan lama ekstraksi 1 jam diperoleh nilai bobot
jenis yang tertinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain yaitu 1,15. Ini disebabkan karena hasil ekstraksi oleoresin pada perlakuan tersebut
banyak menghasilkan komponen dengan bobot molekul tinggi, sehingga oleoresin tersebut memiliki bobot jenis yang tinggi juga. Sedangkan untuk
lama ekstraksi 1,5 jam dan 2 jam dengan nisbah 1:4 menghasilkan nilai bobot jenis yang sama yaitu 1,01. Ini disebabkan karena hasil ekstraksi
oleoresin pada kedua proses ektsraksi tersebut menghasilkan komponen dengan bobot molekul kecil, sehingga oleoresin tersebut memiliki bobot
jenis yang kecil juga.
Gambar 14 . Hubungan antara bobot jenis oleoresin jahe merah dengan
nisbah dan lama ekstraksi
0,9 0,95
1 1,05
1,1 1,15
bobot j
e ni
s
sampel
Bobot jenis oleoresin
1 jam B1 1,5 jam B2
2 jam B3 1 jam B1
1,02 1,15
1,05 1,5 jam B2
1,01 1,13
1,04 2 jam B3
1,01 1,05
1,04 1:4 A1
1:5 A2 1:6 A3
Berdasarkan hasil analisa untuk bobot jenis oleoresin jahe merah, didapatkan perlakuan terbaik pada nisbah 1:4 dengan lama ekstraksi 1,5
jam dan 2 jam yaitu 1,01 karena bobot jenis tersebut merupakan bobot jenis yang lebih mendekati dengan standar yang telah diterapkan oleh
FAO.