pelarut mudah terjadi kontak maka bahan yang akan diekstraksi sebaiknya berukuran seragam Purseglove et al., 1981.
Tahapan yang harus diperhatikan dalam mengekstrak oleoresin adalah penyiapan bahan sebelum ekstraksi dan pemilihan pelarut.
Menurut Purseglove et al. 1981, persiapan bahan baku mencakup pengeringan bahan sampai kadar air tertentu serta dilanjutkan dengan
proses penggilingan untuk mempermudah kontak bahan dan pelarut. Dengan begitu, ekstraksi akan berlangsung efektif.
D. PELARUT
Sutianik 1999 menyatakan bahwa faktor yang penting dalam proses ekstraksi oleoresin adalah pemilihan pelarut. Selain itu, faktor-
faktor yang perlu diperhatikan oleh jenis pelarut adalah suhu, lama ekstraksi dan ukuran partikel. Faktor yang harus dipetimbangkan oleh
daya melarutkan oleoresin pada pemilihan jenis pelarut adalah titik didih, sifat keracunan, mudah tidaknya terbakar dan pengaruhnya
terhadap alat ekstraksi. Menurut Perry dan Dongreen 1984, beberapa pelarut yang biasa digunakan untuk proses ekstraksi beserta titik
didihnya dapat dilihat pada Tabel 4. Ada dua pemilihan utama dalam memilih jenis pelarut yang akan
digunakan yaitu harus mempunyai daya larut yang tinggi sehingga dapat menghasilkan oleoresin semaksimal mungkin serta pelarut yang tidak
berbahaya dan tidak beracun Somaatmadja, 1981. Pada ekstraksi oleoresin sebaiknya menggunakan pelarut organik yang mudah
menguap, karena pelarut yang tercemar dalam oleoresin pada akhirnya harus dipisahkan dengan cara penguapan Moetofa, 1981.
Tabel 3 . Beberapa pelarut dan titik didihnya
Jenis pelarut Titik didih
o
C
Aseton 56,2-56,5 Etilen Dikhlorida
83,5 Etil Alkohol Etanol
78,3-78,4 Heksana 68,64-69.0
Isopropil Alkohol 82.3
Metanol 64,7-65
Sumber : Perry dan Dongreen 1984 Menurut Sabel dan Waren 1973 menyatakan bahwa pelarut yang
digunakan hendaknya mempunyai titik didih yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, karena hal ini akan mempersulit pemisahan
pelarut. Dan Cripps 1973 menambahkan pada pelarut yang mempunyai titik didih rendah, pelarut akan mudah diperoleh kembali dan dapat
melarutkan oleoresin dengan cepat dan sempurna. Dalam pertimbangan ekonomi, diupayakan pemilihan pelarut yang murah harganya dan
mudah didapat. Sabel dan Waren 1973 mengatakan dalam pemisahan pelarut, harus dipertimbangkan titik didihnya. Pelarut bertitik didih
rendah biasanya banyak hilang karena penguapan, sedangkan pelarut bertitik didih tinggi baru dapat dipisahkan pada suhu tinggi.
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan jumlah pelarut adalah biaya produksi. Semakin banyak jumlah pelarut, maka
biaya produksi akan semakin tinggi. Biaya produksi ini dapat ditekan jika semua pelarut dapat diperoleh kembali. Tetapi hal ini sulit
dilakukan, karena kemungkinan kehilangan pelarut sangat besar. Kehilangan pelarut dapat disebabkan oleh kebocoran pada saat
evaporasi, kondensasi yang kurang sempurna, terikut dalam residu ekstraksi yang dibuang ataupun terikat dalam produk oleoresin Pollind,
1981. Selain jenis pelarut, volume pelarut serta daya larut komponen- komponen, terekstraknya zat lain seperti mineral akan mempengaruhi
rendemen oleoresin yang dihasilkan. Penggunaan pelarut dengan titik didih rendah dapat menyebabkan
kehilangan loss banyak pelarut pada saat evaporasi. Penggunaan